10. LB : Rindu

898 63 2
                                    

Jika hanya tertulis satu bab kisah kita, maka aku akan meminta jika buku itu hanya berisi satu bab itu saja
-Javier Cavanka-

𓂃 ࣪˖ ִֶָཐིཋྀ ִֶָ ࣪˖ ִֶָ𓂃

Pagi ini cuaca sedikit mendung, dengan Rayan yang tengah duduk di sofa sambil mengkhawatirkan kondisi kedua orang tuanya yang tak kunjung pulang.

Sedangkan sang bi Wina tengah menghampiri Rayan dan memberikan segelas teh untuk nya.

"Bi kenapa ayah sama ibu belum pulang?" Isyarat kecil teralun dari jari lentik Rayan.

"Bibi kurang tau den, den khawatir ya?" Angguk Rayan dengan tertunduk.

"Gapapa den, tunggu sebentar lagi, udah mau hujan juga pasti mereka pulang"

Dengan sabar dan sambil menonton televisi Rayan menunggu kepulangan Ayla dan kedua orang tuanya. Dia nampak bosan hingga pesan masuk dalam ponsel nya.

(abaikan waktu yaa)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(abaikan waktu yaa)

Ternyata itu pesan dari Javier. Dia mengajak Rayan pergi entah kemana. Padahal cuaca sedang tidak cerah namun entah mengapa Javier mau mengajaknya untuk jalan keluar.

Rayan tak menghiraukan, dia masih saja diam tanpa membuka pesan itu. Hingga beberapa menit berselang, bell pagar rumahnya terdengar dan di pun menghampiri.

"Hai cantik"

Rayan mengernyit keheranan karena Javier benar benar ingin mengajaknya pergi. Rayan bertanya kemana Javier akan membawanya, namun pria itu malah tak memberitahu.

"Ayo udah naik langsung, pake ini aja udah cakep pacar gua" Javier memakaikan helm pada rayan dan memaksa Rayan untuk naik tanpa memberitahu bi Wina dirinya akan pergi.

Javier melajukan motornya dengan sedikit cepat membuat Rayan mau tak mau harus memeluk pinggang nya.

Rayan merasakan debaran hebat ditubuhnya. Detak jantung yang tak beraturan dengan desiran darah yang deras pada nadi nya.

Ya dirinya merasa deja vu dengan moment dimana dia dan Javier sering sekali jalan jalan seperti-namun itu dulu. Sekarang hanya memanfaatkan waktu, atau mungkin tidak ada waktu.

"Kenapa cantik? ada yang buat lo sedih hm?" Tanya Javier dengan tangan kiri memegang erat tangan Rayan di perut nya.

Rayan menggeleng untuk mengisyaratkan pada Javier. Namun sebenarnya Rayan tengah -sedikit-berbahagia walau awan gelap abu abu tepat berada di atas kepalanya. Bahagia? tentu saja. Rayan bahkan mengharapkan ini kembali terjadi tanpa harus melibatkan luka.

LAST BUTTERFLY || [ NOREN ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang