20. LB : Manja

1K 51 6
                                    

Apa masih bisa mengejar, jika sesuatu yang aku inginkan menginginkan orang lain?
—Yugasta Fadilion karendra

𓂃 ࣪˖ ִֶָཐིཋྀ ִֶָ ࣪˖ ִֶָ𓂃

Dengan senja yang muncul, membubarkan kawanan siswa siswi untuk pergi melangkah melewati garis gerbang. Membawa mereka pada kesenangan dan waktu istirahat yang di dambakan.

Brian kini berpapasan dengan sang mantan pacar tepat di gerbang sekolahnya. Pria itu menatap malas nanar wanita yang kini tak bisa dia ungkapkan bagaimana parasnya.

Dirinya tidak membenci nya, hanya saja rasa kecewa menutup semua indra nya untuk gadis itu. Tak memperdulikan nya dirinya terus melaju menjauhi karangan sekolah, namun arah jalannya mengapa berbalik arah dengan tempat tinggalnya?

Entah kemana pria itu akan pergi, dengan motor merah kesayangannya. Perasaan nya berkecamuk, campur aduk dan mungkin berantakan, hingga ia tak fokus dalam menyetir motor dan terbangun karena klakson mobil.

Tittttt....

Suara ricuh jalanan sangat membuat perhatian. Bagaimana motor yang terlempar sejauh satu setengah meter ke arah trotoar itu hampir saja sepenuhnya patah. Beberapa body motor dan spion bahkan terlepas dari tempatnya. Jantungnya berdegup kencang, menetralkan rasa takutnya dengan berbaring terlentang di jalanan yang sudah macet karena nya.

Pandangannya ia gelapkan sejenak, mendesir merasakan aliran darah bergerak seirama dengan jantungnya yang saling bekerja sama. Banyak pejalan kaki yang tengah membantunya, bahkan supir truk itu harus turun untuk memastikan kondisi anak yang dirinya serempet tadi.

"Kamu gapapa nak?" tanyanya.

"Huh..." lirih nya menjawab.

"Telpon ambulance cepat, dia pingsan,"  ucapnya dengan panik.

"Ah pak tidak usah, saja baik baik aja, hanya hanya masih menetralkan rasa takut nya tadi."

"Ya ampun syukurlah bapak kira kamu pingsan, ada yang terluka?" Ia menggeleng untuk menjawab pertanyaan sang bapak paruh baya.

"Motor kamu ringsep, maafin bapak ya."

"Jangan minta maaf, ini salah saya pak, baiklah terima kasih atas bantuannya ya, dan tolong bantu saya angkat motornya ya pak," ucapnya berdiri seusai tubuhnya kembali tenang.

"Iya iya nak, tapi beneran bisa bawa motor?" Angguk Brian menyakinkan.

Lalu lintas yang tadinya sangat padat dan ramai kembali berjalan normal. Brian pun kembali melajukan motornya entah kemana. Syukurnya dia masih menggunakan helm untuk melindungi kepalanya dari benturan keras aspal jalanan.

Syukur nya juga tadi hanya sebuah insiden kecil dimana dirinya yang akan menyalip terserempet oleh truk besar yang mungkin tak dirinya lihat dalam indranya karena terlalu fokus pada pikirannya. Tak sampai dirinya tertabrak truk besar itu hingga terlindas oleh ban besar yang beratnya hampir satu ton.

"Hampir aja." Gumamnya di balik helm full face nya yang mengalami goresan acak akibat bersentuhan dengan aspal.

Di rumah sakit kini Javier masih dalam posisi yang sama bahkan mungkin tengah bermanja bersama Rayan. Dirinya membaringkan kepalanya pada paha pria kecil itu dan meminta nya untuk mengusapnya.

LAST BUTTERFLY || [ NOREN ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang