Berharap jika akan terus menjadi sosok protagonis dalam setiap bab ceritamu. Walau aku tau, aku tidak selalu hadir dalam harimu.
—Javier Cavanka—𓂃 ࣪˖ ִֶָཐིཋྀ ִֶָ ࣪˖ ִֶָ𓂃𓂃 ࣪˖ ִֶָཐིཋྀ ִֶָ ࣪˖ ִֶָ𓂃
Rayan dan Wilona kini tengah di hukum karena sudah membolos dua jam pelajaran dari guru matematika. Mereka berdiri di depan pintu hingga jam pelajaran yang di ajar selesai.
"Kalian kenapa disini?" Tanya Brian yang melewatinya setelah balik dari toilet.
"Kita di hukum, hehe"
"Pasti dalang nya lo kan na? ye bolos ngajak ngajak."
"Apa an sih, tuh liat muka Rayan bonyok, itu yang obatin siapa kalo bukan gua?!" sindir Wilona.
Brian melirik sekilas Rayan yang kini malah tengah tertunduk diam, melihat bagaimana netra redup dan kecewa terpampang jelas di wajahnya.
"Are you okay?" Rayan menggelengkan kepalanya.
"Jangan nunggu Javier, dia ga akan kembali, jangan sia sia in tenaga lo yan" Tepuk bahu Rayan dan Brian pun melengos pergi.
Rayan dan Wilona di buat bingung dengan sikap Brian. Rayan tak mengerti maksud dari ucapan pria tinggi itu. Tapi rasanya Brian seperti tengah mengungkapkan sesuatu kepadanya.
Tringggg....
Jam pelajaran itu sudah selesai, mereka di beri keringanan Karena alasan Wilona yang jelas. Hingga mereka tak harus berurusan dengan guru galak itu di kantor ruangannya.
Keduanya masuk dan duduk pada kursinya masing masing. Wilona tampak lelah karena harus berdiri sekitar satu jam setengah.
"Oh jadi lo bawa Rayan itu karena lo obatin dia?" angguk si gadis blonde itu.
"Diapain lagi sama Deo?" pria itu menopang kepalanya di bahu Rayan sembarangan bertanya.
Namun tetap saja Rayan hanya menggelengkan kepalanya, tak minat untuk menjelaskan semua kejadiannya.
Yugas tak bisa memaksa, jika Rayan tidak mau menjelaskan. Akhirnya untuk menghibur suasana Yugas memberikan permen kepada Rayan sambil melontarkan beberapa candaan. Itu berhasil membuat Rayan sedikit tersenyum dan kembali ceria.
"Luka lo terlalu jelas, lo ga minat di tutupin?" Sosok yang sedari tadi sibuk bermain game itu tiba tiba berceloteh.
Rayan sadar dan melihat beberapa lukanya memang tak tertutup kaos lengan pendeknya. Dia pun bingung, walaupun sudah di beri plester oleh Wilona tetap saja ruam merah merekah tak bisa di tutupi begitusaja.
"Pake foundation gua aja" Lirik Wilona dengan wajah jahilnya.
"engga mau ona!" Rayan menolak saat Wilona mulai mengeluarkan semua alat make up nya.
"Lo bawa make up?"
"Iya kenapa masalah buat lo?!"
Yugas tak percaya, gadis yang ia kenal sarkas dan galak itu ternyata juga suka make up. Dia melongo melihat semua peralatan make up yang di bawa gadis bule itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
LAST BUTTERFLY || [ NOREN ]
RomanceDiselingkuhi oleh sang kekasih dengan adiknya sendiri adalah hal paling dirinya benci saat ini. Belum lagi keterbatasan nya dalam berbicara membuatnya selalu di kucilkan bahkan di keluarganya sendiri. "Saya malu punya anak bisu kaya kamu!" "Lo itu b...