5. LB : Big pain

1.3K 97 0
                                    

Tidak ada lagi rumah aman dan hangat. Semuanya hilang dan runtuh, dengan mulut yang tak bisa berucap dan mengeluh.
—Rayanza skyrio


𓂃 ࣪˖ ִֶָཐིཋྀ ִֶָ ࣪˖ ִֶָ𓂃𓂃 ࣪˖ ִֶָཐིཋྀ ִֶָ ࣪˖ ִֶָ𓂃

Brian yang tadi mengajak Rayan pulang, kini malah membawanya ke suatu taman, membuat Rayan kebingungan. Motor itu dia parkiran pada salah satu minimarket, masuk sambil mengandeng erat tangan Rayan.

"pilih" suruh Brian di depan chest freezer.

Rayan hanya bisa mengangkat alisnya bingung, menatap tubuh laki laki tinggi itu dengan raut polos nya.

"Pilih mana ice cream yang lo mau, sekalian pilihin buat gua"

Pria kecil itu mengangguk lucu dan segera memilih ice cream mana yang akan dirinya beli. Dia menetapkan pilihannya pada ice cream vanila dengan Baluran coklat kacang dan membawa satu untuk Brian.

Segara membawanya ke kasir untuk membayar, namun saat Rayan hendak mengeluarkan dompet nya tangan besar itu langsung menghalanginya sambil menggeleng.

"Gua aja"

Mereka berdua keluar bersama duduk di salah satu bangku taman dekat minimarket itu.

"Enak engga?" Angguk Rayan memandang Brian dengan tatapan polos.

"Syukurlah"

"Hubungan lo sama Javier belum putus, lalu asa gimana?" Brian menoleh memandang binar yang tengah menikmati ice cream.

Rayan yang tau bahwa Brian tak mengerti dengan bahasanya, dia membuka ponselnya dan mengetikan sesuatu pada laman pesannya.

"Gua ga tau bi, Javier pergi gitu aja dan kembali dengan menjadi orang yang berbeda"

"Oh, Gua kira kalian udah putus, Javier pernah cerita ke gua, kalo dia telah melakukan satu kesalahan, dia beberapa kali bilang ke gua buat selalu siap entah untuk apa" Ucap Brian menatap kelangit.

"Kapan itu?"

"Bulan mei kala itu, saat ... saat lo ..." Tatap Rayan yang menunggu kelanjutan dari ucapan pria tinggi di depannya.

"Ah ga lupakan aja, aneh padahal kita lagi duduk berdua, tapi terasa jauh kala lo ngirim gua pesan" senyum Brian dengan kikuknya tak bermaksud menyakiti hati Rayan.

Tangan pria kecil itu bergerak menunjuk dirinya dengan salam ke depan, Menggenggam tangan nya dan memutarnya di dada sebagai tanda meminta maaf dengan mulut yang juga ikut berucap.

Brian melihat itu nampaknya paham, bagaimana Rayan menjelaskan kata maaf dengan raut wajah yang sedikit murung.

"Hey sorry, bukan gitu maksud gua, tapi gua sakit liat lo, lo lebih kuat di banding orang normal lainnya"

"Lo juga lebih bersyukur atas kekurangan lo di bandingkan manusia normal yang malah ngeluh sama jalannya" Sedetik itu Rayan kembali tersenyum walau itu hanya senyum palsunya.

Sejujurnya untuk mengobrol dengan Brian dirinya masih malu, dan juga tak enak kala Brian juga tak akan mengerti arti bahasanya.

LAST BUTTERFLY || [ NOREN ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang