two

2.7K 239 19
                                    

Setelah mendapat pesan itu, Caine menyimpan ponsel genggamnya dan fokus untuk makan. Bahkan sesekali bercanda dengan anaknya- maksud saya temannya.. hehe..

Dan anak Warrior pun melajutkan bermain Truth Or Dare nya. Oke... kita tinggalkan saja geng populer ini.

Tak lama kemudian, bel pulang berbunyi. Sontak semua siswa bingung keheranan, pasalnya jam pulang bisa di bilang masih lama.

"Pengumuman. Diberitahukan kepada siswa siswi SMA NOIR, dikarenakan guru guru sedang rapat dan mungkin memakan waktu yang lama, dengan terpaksa kami para guru akan memulangkan kalian. Dan ingat, tidak ada yang keluyuran sana sini, langsung pulang. Itu saja info dari kami para guru, silahkan pulang. Jangan lupa piket!" Kira kira begitulah pengumuman yang di sampaikan oleh kepala sekolah.

Nah, mendengar pengumuman itu, semua siswa siswi reflek bersorak gembira, jarang sekali sekolah ini pulang cepat.

"YESS PULANGGGG!! YUHUUUU!!" teriak Echi kegirangan.

"Echi... jangan teriak teriak." tegur Caine dengan suara lembutnya. Sungguh, siapapun yang mendengar itu pasti langsung meleleh.

"Eh? Hehehe maaf, mii.." ucap Echi cengengesan dan menggaruk tengkuk lehernya yang sama sekali tak gatal.

"Nggak apa apa. Ayo pulang, ada yang piket hari ini?" tanya Caine.

"Nggak ada, mi." jawab semua serempak.

"Oke, kalau gitu ambil tas kalian, les't go kita pulang."
Mendengar titahan dari Caine, semua langsung mengangguk dan menuruti perintah Caine.

"Chi, lu pulang sama siapa?" tanya anak yang berambut blonde, Aenon.

"Oh nanti sama zakar, anak XIIC" jawab Echi. Jujur, ia sedang pdkt dengan kakak kelasnya itu.
Mendengar jawaban Echi, membuat hati Aenon sakit, benar benar sakit. Ia sudah lama menyukai Echi, bahkan dari mereka masih berteman di taman kanak kanak, mungkin saat ini lah Aenon mundur dan akan menjauh dari Echi...

"Yaudah deh, have fun ya!" ucap Aenon dan mengambil tas nya lalu pergi pulang meninggalkan kelas, bahkan tak berpamitan pada Caine. Namun Caine yang melihat dan mendengar itu, ia paham bahwa Aenon sedang patah hati, ia memberi waktu untuk Aenon sendiri.

Semuanya bergegas mengambil tas mereka dan segera pulang. Posisinya, Key membonceng Elya, Echi yang pulang dengan Zakar, Mia di bonceng kakaknya yaitu Mako, kenapa Mako nggak pulang sama Gillbert? Karna Gillbert ada urusan, ntah urusan apalah itu. Dan Caine yang pulang sendiri dengan motornya. Jika kalian tanya Aenon, ia sudah pulang sendiri sebelum Caine dan anak anak yang lain pulang.

Namun saat berjalan keluar gerbang, nampak ada anak kelas sebelah yang terlihat sedang menunggu seseorang.

"Lah? Itu si cupu, malah di kacangin gua." gerutu Rion. Ya, orang yang menunggu itu adalah Rion, ia ada janji dengan Caine untuk bertemu.

"Woi! Lu Caine kan?" tanya Rion.

"Ah iya, ada apa ya?"

"Gua Rion XIB, lu lupa kalau ada janji sama gua?"

"Aduh! Maaf aku lupa, lagian aku nggak tau juga bentukan wajah kamu."

"Nggak apa apa, ayo ketaman sebelah sana" ajak Rion dengan menunjuk taman disebelah sekolah mereka. Caine mengangguk dan mengikuti Rion.

Sesampainya disana, meraka duduk disalah satu bangku taman. Rion langsung to the point karna memang ia tak suka basa basi. Toh cuman Dare kan?

"Gua suka lu, Caine. will you be mine?" ucap Rion sambil menggenggam kedua tangan Caine.

"E-eh? Aku harus jawab apa.." lirih Caine bingung. Masa kalian baru bertemu langsung di tembak? apa kalian akan terima? tentu tidak. Caine bisa saja menolak, namun ia tak tega. Dan ia juga bisa menerima, namun ia tak kenal. Ibaratnya, ini salah, itu juga salah.

"Jawab sesuai hati lu, kalau lu nggak suka, lu bisa nolak gua."

"E-emm kalau aku jawab mau, gimana..?"

"Boleh banget, itu jawaban yang gua mau."

"Oke, aku mau." jawab Caine. Aduh Caine! Kenapa mudah sekali kau menerima itu? Ku kokop juga kamu Caine! AOPP.

"Beneran? Makasih, Caine." ucap Rion dan langsung memeluk Caine. Tentu saja Caine kaget dengan pelukan tetiba itu. Namun perlahan, tangannya terulur untuk membalas pelukan tersebut.

Tapi, siapa sangka? Rion tersenyum licik di dalam pelukan itu.

"S-sama sama..."

Disisi Aenon, ia benar benar sakit hati

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Disisi Aenon, ia benar benar sakit hati. Orang yang ia nanti dari dulu sampai sekarang, ternyata sudah memiliki orang lain.

Bagaimana jika kalian di posisi Aenon? Kalian pasti sakit hati, bukan? Ah tidak, mungkin sangat sakit.

Sungguh berat rasanya jika ia harus menjauh dari Echi. Karna jujur, ia kalau ada apa apa, ngadu nya pasti ke Echi, dan Echi pun tak masalah, Echi malah menerima perlakuan manja Aenon itu.

Seperti memberi harapan bukan? Ya, itulah pesona anomali ungu itu.

Dan disinilah Aenon sekarang, di pantai favorit Echi. Bagaimana cara Aenon untuk melupakan Echi? Jika ia terus menerus mengingat apa yang Echi suka dan tidak suka.

"Hahh..." helaan nafas panjang terdengar di bibir perempuan berambut blonde itu.

"Rumah gua cuman lu, Chi. Tapi sekarang lu malah pergi ninggalin gua, rumah gua siapa lagi kalau bukan lu, Chi? Gua nggak ada tempat pulang lagi selain lu, gua bener bener nggak tau arah. Lu tega bener ngasih gua harapan gitu..."

Perlahan lahan, air mata jatuh ke pipi perempuan cantik itu, ia tak bisa menahan tangisnya lagi, ia butuh Echi sekarang untuk menegangkannya, ia butuh pelukan Echi, ia butuh pundak Echi, ia butuh Echi. Hanya Echi, Echi, dan Echi.

Aenon tersentak kaget karna ada yang menepuk pundaknya, Aenon menoleh kebelakang, ia melihat laki laki berambut coklat madu dengan badan tinggi berotot.

"Ah maaf ngagetin lu, lu ngapain sendirian disini? trus, lu nangis?" tanya lelaki itu.

Aenon dengan cepat menghapus air matanya dan menjawab "Gua nggak kenapa napa,  siapa lu?"

"Gua Gin, gua cuman jalan jalan kesini, eh ngeliat ada orang disini, makanya gua samperin. Btw nama lu siapa? Gua kayak pernah ngeliat lu."

"Gua Aenon, lu Gin anak XIB?"

Gin tersenyum mendengar jawaban Aenon. "Iya, itu lu tau."

"Lu yakin nggak kenapa napa? Lu aja nangis, non." lanjut gin.

"Hahh... Nggak tau, Gin. Kepala gua penuh." jawab Aenon seadanya. Sungguh, ia benar benar butuh Echi sekarang.

"Lu bisa cerita ke Gua sini, nggak bakal gua sebar, kok. Soalnya gua liat, lu kayak orang stress banget, banyak pikiran gitu."

"Gua... Gua suka sama seseorang, bahkan dari kecil gua udah suka sama dia, tapi sekarang dia udah punya orang yang dia suka juga." ucap Aenon menahan nangis.

Gin yang mendengar dan melihat itu, merasa kasihan. Ia menarik kepala Aenon agar bersandar pada pundaknya, Gin juga mengelus lembut surai perempuan berambut blonde itu.

Aenon tak memberontak, ia malah senang di perlakukan begitu.

"Yang sabar, ya. Gua pernah kok ngerasain itu, bahkan sekarang."

"Pfftt- lawak banget ya kisah kita berdua."

"Haha iya, nama nya juga takdir."

Mereka berdua meratapi nasib bersama sama, dengan canda dan tawa, mereka saling mengobati luka satu sama lain.

TBC

Can't help falling in love. {RIONCAINE}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang