nine

2.1K 218 10
                                    

Terhitung sudah dua minggu Caine menjalin hubungan kekasih dengan Rion, dan selama menjadi kekasih pun Rion memperlakukan Caine sangat sangat posesif, bahkan hanya berbincang dengan orang lain sebentar saja tidak boleh, mau pria ataupun wanita.

Jangankan orang lain, ke anak anaknya Caine juga begitu, terlebih lagi Souta sama Mia yang nempelnya minta ampun. Anak WARRIOR pun sampai bingung, perjanjiannya cuman dare, kan...?

Saat ini anak WARRIOR sedang berkumpul di salah satu meja kantin, mereka berbincang bincang santai, hingga ada salah satu anggota WARRIOR bertanya.

"Rion, hubungan lu sama Caine gimana? gua liat liat makin deket trus posesif banget lagi, kan cuman dare ya? lu sendiri juga bilang lu ngga bakal suka apalagi cinta sama Caine."

Dan sialnya saat Marcell mengatakan hal itu, Caine berada di sana. Tunggu, kok bisa? Nah tadi Caine niatnya mau ngasih bekal yang dia bikin buat Rion. Tapi sampai disana bukannya dia seneng malah denger hal yang ngga seharusnya dia denger.

kalian kalau di posisi caine pasti sakit hati kann? nah sama kayak caine.

Caine yang mendengar itu reflek menjatuhkan kotak bekalnya, ia benar benar tak menyangka jika Rion begitu padanya. Karna selama ini Rion memperlakukan Caine seperti miliknya yang paling berharga, namun ternyata harapan Caine terlalu tinggi.

'terkadang kita ngga perlu ber-expectation tinggi, ntar jatuh nangis.'

Sontak semua anak WARRIOR menoleh ke arah Caine, mereka dapat melihat bahwa mata Caine berkaca kaca sekarang.

"Iyon? Tega kamu. Kita putus."  ucap Caine to the point dan langsung pergi meninggalkan Rion yang membeku tak percaya.

"Hah anjing? Gua ngomong tadi ada mami?? Waduh mampus gua.." lirih Marcell lesu, pasti dia yang kena amuk Rion ini.

"Caine! CAINE! DENGERIN DULU PENJELASAN AKU!!" teriak Rion dan dengan cepat mengejar Caine.

Caine berlari ke kelasnya tanpa mempedulikan pandangan siswa dan siswi lain padanya. Sampai di depan pintu kelas, semuanya menoleh ke arah pintu yang dimana terdapat Caine menatap siswa dan siswi kelas itu dengan mata sembabnya.

Semua anak anak Caine yang melihat 'mami' nya menangis langsung saja berjalan cepat menuju Caine dan Key dengan sigap mendekap Caine erat.

"Mami? Mami kenapa hei? Ngomong sama Echi, siapa yang bikin mami nangis hah?!" tanya Echi beruntun dengan emosi yang meluap luap.

Caine tak dapat menjawab karna ia menangis terisak di dekapan Key. Key mengerti dan membawa Caine menuju mejanya. Baru saja Key dan Caine mendudukan dirinya di bangku, datanglah Rion dengan ngos ngosan seperti sedang di kejar setan.

Rion melihat Caine yang di dekap oleh Key, dengan laju ia berlari ke meja Caine.

"Caine, dengerin dulu penjelasan aku.."

"Tunggu, apa tadi? Penjelasan? OH JADI ELU YANG BIKIN MAMI NANGIS?!! SINI LU ANJENGG" bentak Echi dengan rahang yang mengeras serta menampakan urat urat di lehernya. Tak pandang badan, Echi meninju perut Rion dengan keras sehingga Rion terjatuh dan menimpa meja di belakangnya.

"Arghh apa sih, chi? Gua punya urusan sama Caine, bukan lu." sarkas Rion.

"Lu udah bikin mami gua nangis, sekarang urusan lu sama gua. kalau mau ngomong sama mami, lewatin dulu mayat gua." sungguh, ucapan Echi tak main main jika sudah menyangkut orang yang paling ia sayangi.

"Ck untung lu cewe, kalau lu cowo, udah gua hajar lu." ujar Rion berdecak kesal.

Echi tertawa meremehkan. "Kalau gitu, anggap gua cowo." ucap Echi dengan penuh penekanan, Echi siap memasang gerture seperti ingin berkelahi dengan Rion dan untuk saat ini Echi benar benar seperti serigala yang sedang melihat domba putih dan siap untuk menyantapnya.

"E-chi.. udah, aku ngga apa apa..."

Mendengar suara lembut milik Caine, Echi dengan cepat menuju Caine dan menangkup kedua pipi Caine. "Mami ngga apa apa? apa yang di lakuin sama si bajingan itu ke mami? mami di lukain? mami di sakitin?" tanya Echi beruntun sekali lagi.

"Dan kamu.." ucap Mia menunjuk Rion. "Keluar dari sini." lanjutnya. "Jangan sampai kamu nunjukin muka bajingan kamu itu kesini lagi, merusak pemandangan." bukan, kali ini bukan Mia yang berbicara, tetapi Jaki, ia sudah tak takut lagi dengan bajingan satu ini. Rion menatap Caine sejenak dan pergi keluar dengan berat hati.

"Nanti jelasin di chat aja, siapa tau Caine mau baca.." batin Rion dengan tekad nya yang pantang menyerah.

Setelah Rion pergi, Echi mendudukan dirinya di samping Aenon dan Caine menceritakan semua yang ia dengar, namun ia masih di dekapan Key karna pasti ia akan menangis jika menceritakan itu semua. Mendengar cerita dari Caine membuat rahang Echi semakin mengeras, Aenon yang berada di samping Echi dapat melihat jika aura Echi sangat mencekam sekarang.

Aenon menangkup kedua pipi Echi. "Cicii.. jangan marah marah, ini nya jangan di kerasin.." ucap Aenon sambil mengelus lembut rahang Echi.

Mendengar teguran lembut dari 'kekasih' nya itu, seketika aura nya yang tadi mencekam menjadi luluh. Ia memeluk Aenon dan menghirup aroma vanilla milik Aenon yang menjadi candunya itu.

Aenon mengelus lembut punggung Echi agar emosi sang dominan mereda. Dirasa emosinya sudah mereda, Echi menatap Aenon dengan tatapan memelasnya.

Aenon terkekeh gemas lalu mengecup singkat bibir Echi. Echi yang di perlakukan begitu, salah tingkah sendiri. Sedangkan anak anak yang lain menatap geli terhadap pasangan bulol itu.

TBC
gua kasi konplik ye, sekalian noh chinon.

Can't help falling in love. {RIONCAINE}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang