Bertemu Kembali

147 6 0
                                    

"Sayang? Maaf aku malam ini pulang telat. Kamu enggak usah nunggu aku, langsung tidur aja." 

Begitulah tuturnya dari dalam telepon tadi. 

Padahal aku sudah menyiapkan beberapa makanan kesukaannya untuk makan malam. Dibantu oleh mbak Yah dengan sepenuh hati. Hadiahnya juga sudah siap. Bahkan aku menaruh sedikit dekorasi di meja makan, agar terlihat lebih mewah. Mbak Yah juga sudah pulang. Bagaimana aku bisa menghabiskan semua ini sendiri? 

Aku masih berharap pada kepulangan mas Ratan. Aku selalu ingin melakukan kencan makan malam dirumah dengan masakanku yang menjadi menu utamanya. Apa susahnya untuk merealisasikan itu?

-0o0-

Aku menunggunya hingga pukul 10:00 malam, tapi dia tidak kunjung pulang juga. Aku benar benar masih mengharapkan kehadiran mas Ratan malam ini. Aku benar benar ingin makan malam bersamanya sekarang, agar bisa menjadi semangatku untuk perjuangan di esok hari.

Aku pun memutuskan untuk meneleponnya, bermaksud ingin memastikannya sekali lagi.

"Halo? Mas Ratan?" 

"Kenapa sayang? Aku udah bilang kan, kalau hari ini aku pulang telat. Aku lagi ada kerjaan penting." 

"Iya, aku ngerti tapi-" 

Teleponnya ditutup tanpa seizinku. Bahkan aku belum sempat menyelesaikan kata kataku. Aku menghela napas panjang. Padahal aku hanya ingin melakukan suatu perayaan. Aku akan melakukan kemoterapi besok. Aku dengar itu sangat menyakitkan. Tapi akan aku lalui semuanya walaupun dengan sedikit menangis.

Aku tidak tahu apakah aku bisa menyiapkan makan malam seperti ini lagi kedepannya. Akankah aku masih diberi kesempatan oleh kuasa tertinggi dunia ini.

-0o0-

"Istri kamu lagi?" Tanya Jennifer sambil menggoyangkan gelas yang berisi wine.

"Iya." Jawab Ratan sambil menyimpan teleponnya.

"Posesif banget ya dia. Orang aku sama kamu cuma makan malam." Ucap santai Jennifer.

"Jangan bicara apapun tentang Rania, atau kita batalkan makan malam ini." Ratan mengancam dengan tatapan seriusnya.

"Oke oke, maaf ya. Kita lanjutin makan malam kita yang gagal di New York, sesuai janji kamu. Habis makan malam mau ke hotel?" Jennifer beranjak duduk di pangkuan Ratan sembari menggodanya.

"Itu tergantung kamu." Jawab Ratan berbisik di telinga Jennifer.

Rania berada di meja makan sendirian menatap kursi Ratan yang kosong, sedangkan Ratan malah menghabiskan malam bersama Jennifer di sebuah restoran mewah.

-0o0- 

Dinginnya udara pagi yang menembus memasuki rumah membangunkanku. 

Aku terbangun di meja makan, dengan makanan yang masih tertata rapi diatas meja. Lilin yang sebelumnya menyala terang juga berakhir menjatuhkan lelehannya di taplak meja yang baru di beli.

"Aku ketiduran disini?" Tanyaku kebingungan.

Jika aku masih tertidur disini, itu berarti mas Ratan belum pulang. Aku beranjak menuju ke kamar dan mengecek ruangan lain, apakah ada jejak dari mas Ratan.

Namun tidak ada.

Sudahlah, mungkin dia menginap di hotel. Yang aku pikirkan, apakah dia menginap sendiri atau bersama wanita lain?

Sudahlah, aku tidak punya waktu untuk memikirkan itu. Aku harus menjalani kemoterapi di siang hari. Aku harus segera bersiap siap, meskipun ini masih pagi.

Pergi Bersama HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang