Anna dan Lino sudah kembali ke tempat tinggal masing masing. Sekarang tinggal aku sendiri di dalam vila ini. Mereka bilang tidak mau berlama lama karena ingin membiarkanku beristirahat.
Aku pun berbaring di kasurku dan menyelimuti tubuhku menggunakan 2 selimut tebal. Entah kenapa malam ini rasanya lebih dingin dari biasanya. Aku memejamkan mataku bermaksud untuk segera tidur agar bisa menghilangkan semua lelahku hari ini.
-0o0-
Terlihat Ratan yang sedang berbicara dengan seseorang dari dalam telepon. Amarahnya terlihat sedang bergejolak.
"Kim saya enggak mau tahu, saya mau tiket menuju Bali sekarang juga!"
"Maaf tuan tapi malam ini semua penerbangan menuju Bali ditiadakan karena masalah cuaca."
Ratan pun menutup telepon dengan kesal. Dia tidak terima dengan keadaan ini. Ratan pun mengambil jaketnya dan berjalan menuju mobilnya. Jika tidak ada pesawat, dia akan menuju Bali menggunakan mobilnya.
"Pak sopir kita jalan." Perintah Ratan pada sopir yang sudah siap siaga di dalam mobil.
"Kita menuju bandara tuan? Tapi saya dengar semua penerbangan malam ini dibatalkan karena masalah cuaca." Tanya pak sopir memastikan.
"Kita berangkat menuju Bali sekarang." Jawab singkat Ratan dengan serius.
Pak sopir tampak terdiam mendengar jawaban yang baru saja dia dengar. Karena menuju Bali menggunakan mobil di tengah malam seperti ini sepertinya kurang meyakinkan.
"Ayo jalan!" Ucap tegas Ratan.
"Baik tuan." Tanpa pikir panjang lagi pak sopir segera memacukan mobilnya.
Ratan terlihat begitu senang, tetapi juga sedikit gelisah. Karena dia benar benar akan segera menemukan Rania. Devalino memberikan semua informasi tentang keberadaan Rania.
Namun tak lama setelah Ratan berangkat dengan mobilnya, hujan deras mulai mengguyur. Disertai dengan kilatan cahaya halilintar yang terus menyambar. Ratan sama sekali tak gentar, dia terus melaju dengan penuh keyakinan walaupun diliputi perasaan gusar.
Namun sesuatu yang lain terjadi, ada kemacetan panjang di jalan.
"Ada apa ini?" Kekesalan Ratan semakin bertambah.
"Saya akan keluar sebentar tuan." Pak sopir pun keluar dan menggunakan jaketnya sebagai payung untuk mencari tahu apa yang sedang terjadi.
Tin! Tin! Tin!
Ratan berulang kali membunyikan bel mobilnya karena kesal. Dia pikir itu akan bekerja? Tentu saja tidak. Membunyikan bel di tengah kemacetan tidak akan membantu apapun.
Ratan pun keluar dari mobil tanpa menggunakan payung, karena dia tidak membawanya. Ratan tidak menyangka, sejauh matanya memandang hanya terlihat mobil mobil yang mengantri baik di depan maupun di belakang mobilnya. Selain itu, juga ada kerumunan orang yang berada jauh di depan.
"Apa ada kecelakaan?" Gumam Ratan.
Pak sopir pun kembali dan mendekat membawakan payung untuk Ratan. Sepertinya dia membeli payung itu dari orang lain di tengah kemacetan ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Pergi Bersama Hujan
RomantikTak semua yang kita tahu harus diutarakan. Kadang malah memilih untuk memendam padahal tahu rasanya sesakit apa, karena akan lebih sakit jika diungkapkan. Diam juga merupakan sebuah cara, bahkan ada yang bilang bahwa diam adalah emas. Kalau begitu a...