Bertemu Kembali, Lagi

280 13 0
                                    

Mentari pagi ternyata sudah menyingsing. Aku pun terbangun dari tidurku, namun kali ini aku bangun lebih siang dari biasanya. Rasanya seperti ada yang kurang. Tubuhku juga terasa sangat lemah tidak tahu kenapa. Apakah karena aku melewatkan kemoterapi?

Tapi aku masih membawa sisa obatku, aku juga meminumnya dengan teratur. Anggap saja ini adalah perjuangan terakhir untuk melawan penyakitku. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, semua akan baik baik saja. Jika memang waktunya sudah dekat, biarkan saja mendekat. Aku akan menyambutnya dengan hangat.

Aku pun beranjak ke kamar mandi untuk melakukan rutinitas pagi seperti biasa. Setelah selesai, aku kembali duduk santai di kursi yang menghadap ke pantai.

Ting tung...

Suara bel vila berbunyi. Siapa lagi yang bertamu pagi pagi begini kalau bukan Anna.

Aku segera beranjak dari tempatku dan menuju pintu untuk menyambut tamu yang datang.

"Ngapain pencet bel segala? Orang langsung masuk juga bisa." Ucapku sembari membukakan pintu untuk Anna.

Anna pun melangkah maju dan berdiri di depan pintu yang masih terbuka lebar.

"Jadi begini Ran... Anu... Itu..." Ucap Anna yang tampak ragu ragu dan raut wajahnya tidak tenang.

"Ada apa An?" Tanyaku kesal karena Anna membuatku penasaran. Padahal biasanya dia selalu to the point.

"Akhirnya kita ketemu." Sahut Dekalino yang tiba tiba memasuki ruangan dan berdiri di depanku.

"Lino? Kenapa bisa disini?" Aku terkejut bukan main melihat kedatangan Dekalino.

Aku menatap sinis ke arah Anna, karena siapa lagi kalau bukan dia biang keladi dari semua ini.

Anna menghindari tatapan sinisku, dan menatap ke arah langit langit vila sembari bersiul lirih.

"Rania, kamu enggak bisa begini. Tiba tiba pergi tanpa kasih kabar apapun ke siapapun. Semua orang khawatir sama kamu." Ucap Dekalino mencoba untuk meyakinkanku.

"Lino, ini pilihan aku. Jadi tolong kamu hargai. Jangan kasih tahu siapapun tentang keberadaan aku." Balasku mengelak dengan halus.

"Oke, aku enggak akan kasih tahu siapapun. Tapi gimana sama penyakit kamu? Kamu bahkan enggak hadir di jadwal kemoterapi kamu kemarin." Raut wajah Dekalino menyiratkan kekhawatiran yang besar kepadaku.

"Aku enggak perlu kemoterapi. Lino tolong, biar aku yang pilih kehidupan aku akan berjalan kemana."

"Terus, kamu mau aku diam aja lihat kamu jalan menuju kematian?" Dekalino menatapku penuh rasa tidak percaya.

Aku pun terdiam, menunduk sembari terus memikirkan cara bagaimana untuk menenangkan Dekalino.

"Kita duduk dulu." Ucapku sembari mempersilahkan Anna dan Dekalino untuk duduk di sofa.

Aku pun pergi ke dapur dan membuat tiga cangkir kopi. Setelah selesai, aku kembali untuk menyajikan kopi itu.

"Aku pergi untuk kebaikan mas Ratan dan hati aku sendiri. Bisa dibilang, aku menyerah. Aku udah memikirkan ini dari lama banget, dan baru mengambil keputusan kemarin. Aku butuh banyak keyakinan buat menjalani keputusan ini, jadi tolong jangan suruh aku kembali." Ucapku panjang lebar berusaha untuk meyakinkan Dekalino.

"Kebaikan Ratan gimana? Asal kamu tahu, Ratan sekarang lagi sakit di rumah sakit. Karena dia keracunan alkohol. Dia pasti stres banget sampai minum banyak alkohol." Ucap Dekalino menggebu gebu.

"Apa!?" Aku terkejut mendengar hal itu. Perasaan khawatir tiba tiba saja menyerangku.

"Akhirnya kena karma juga dia." Celetuk Anna.

Pergi Bersama HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang