CHAPTER 5

165 110 56
                                    

Tidak terhitung sudah berapa kali Sadam menghela nafas panjang hari ini, terkhususnya dari sore hingga sekarang. Laki-laki yang memangku laptopnya itu, terus mencoba untuk tetap fokus di tengah perdebatan sengit yang terjadi di antara Harsa dan Winona.

Sebenarnya, ia tidak mempermasalahkan dan tidak memperdulikan itu. Toh, sudah biasa juga. Harsa dan Winona itu ibaratkan Tom dan Jerry. Dimanapun dan kapanpun, pasti ada saja hal yang membuat mereka berdebat dan bertengkar lalu berakhir dengan saling mengurung diri di kamar.

Tapi kali ini, Sadam wajib mempermasalahkannya. Pasalnya, kedua manusia itu saling beradu mulut dengan menjadikan Sadam perantaranya. Harsa di kiri dan Winona di kanan. Keduanya saling menyerang satu sama lain dan sama-sama tak mau kalah. Tidak hanya itu, Sadam juga dijadikan samsak oleh Winona saat gadis itu kesal dengan serangan yang diberikan Harsa.

"Jangankan angin badai, datang angin sepoi-sepoi aja pasti lo terbang," Harsa melempar serangan kepada Winona yang tentu saja dibalas oleh gadis itu.

"Gue pegangan sama lo kalau gitu. Mau angin badai, angin topan, angin ribut, angin puting beliung sekalipun ga bakal mempan. Lo kan berat, jadi susah di bawa terbang," Winona berujar tanpa memberi filter sedikitpun di ucapannya.

"Pegangan sama tiang aja sana. Biar lo di putar-putar angin kayak baling-baling," Harsa memutar-mutar tangannya seperti baling-baling.

"Dih, lo pikir gue seringan, sekurus, se- se- se- itu?!" protes Winona mencodongkan badannya ke arah Harsa. Ia mencoba menggapai laki-laki yang terus memperlihatkan wajah tengilnya itu. Tidak peduli dengan punggung Sadam yang dijadikan tumpuan hingga laki-laki itu terpaksa membungkuk.

"Lah, kemana aja lo selama ini? Sering ngaca tapi ga sadar kalau badan isinya tulang semua," cibir Harsa semakin menjadi-jadi.

"Mendingan sih, daripada lo, isinya lemak semua. Sapi kurban pun kalah saing," Sadam rasanya ingin tertawa mendengar balasan dari Winona. Tapi, ia tidak memiliki tenaga sedikitpun sekarang. Sepertinya, tenaganya sudah tersedot habis oleh dua orang itu.

"Setidaknya gue ngga kayak lo yang sebelas dua belas sama kambing ngga keurus. Kerempeng," Bantal sofa langsung melayang dan mendarat di depan wajah tampan Harsa. Winona yang sudah duduk seperti semula, menatap tak terima pada laki-laki itu.

"Serius lo samain gue yang sewangi ini sama kambing?!" Gadis maniak parfum itu tentu saja tidak terima di samakan dengan hewan yang menurutnya sangat bau.

"Wangi neraka lo mah," balasan itu sangat lancar keluar dari mulut Harsa tanpa hambatan sedikitpun.

"Lo kali!" tunjuk Winona terang-terangan.

"Lo berdua diam atau gue jual ke situs jual beli online?"

Sadam akhirnya bersuara yang membuat keduanya berhenti berbicara untuk beberapa detik. Ia menutup laptopnya, menatap kesal kedua saudaranya bergantian.

"Emang ada yang beli? Yang beli mikir perlu mikir seratus kali dulu kayaknya," komen Harsa dengan ekspresi yang membuat Sadam ingin memukul wajahnya.

"Barang berharga kayak gue ngga layak untuk di perjualbelikan. Mau yang nawar 271 trilliun, 300 trilliun, atau 700 trilliun sekalipun ngga bakal sebanding. Beda sama abang, dia dua ratus sama kandang," Kali ini, Winona yang menjadi sasaran bantal melayang. Rambutnya yang dibiarkan terurai, menjadi acak-acakan dan menutupi separuh wajah cantiknya.

"Mulut lo emang minta di ulek sama sambel kayaknya," gemas Harsa tersenyum manis.

"Ulek aja. Habis itu gue dorong lo ke jurang," tantang Winona dengan senyum yang tak kalah manis.

"Gue tarik lo sekalian,"

"Terus! Terusin aja. Sampai gue dengar ada yang nangis, gue minta Papa buat coret nama lo berdua dari KK,"

TUJUH BELAS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang