CHAPTER 13

68 45 12
                                    

Happy Reading

Tumpukan formulir pendaftaran, lembaran penilaian dan absensi yang belakangan ini sering di sentuh, kini sudah di tumpuk rapi di atas meja. Jam dinding yang tidak berhenti berdetak sudah menunjukkan pukul delapan malam. Tetapi, sepuluh orang yang berada di satu ruangan sama ini masih belum menunjukkan tanda-tanda akan pulang.

"Selesai juga seleksinya," gumam Kiran bersandar nyaman di bahu Gladys.

"Capek banget asli. Punggung gue rasanya mau copot," sahut Harsa yang sudah di pijiti oleh Tirta.

"Mau aja lo pijitin tuh orang, Ta," cibir Raynan mengundang tatapan sinis dari Harsa.

"Bacot. Iri kan lo? Ga ada yang mijitin," balas Harsa dengan wajah tengilnya.

"Please, jangan berantem dulu, Ray, Sa. Pala gue udah mau meledak ini," sela Erika yang masih sibuk memandangi laptopnya.

"Pelantikannya jadinya kapan, Jem?" tanya Abim pada Jemian yang duduk di hadapannya.

"Senin habis UTS," jawab Jemian menghela nafas panjang.

"Ga jadi habis terima rapor?" tanya Harsa.

Jemian menggeleng. Berbeda dengan Kiran yang menjawab penuh emosi. "Lo ga dengar Jemi ngomong apa? Dia bilang habis ujian loh! Kenapa masih nanya juga?"

"Santai dong, Neng. Kan gue mau mastiin aja," balas Harsa gantian memijiti Trista. Trista ga bodoh karna mau-mau aja pijitin Harsa. Harus ada timbal balik dong.

"Gue capek gini bawaannya emosi mulu loh, Sa. Lo jangan mancing-mancing deh," ujar Kiran mendengus.

"Maaf, cantik," Harsa menyilangkan jari telunjuk dan jempolnya membentuk seperti hati. Tak lupa mengedipkan matanya membuat Kiran mengacungkan jari tengahnya.

"Eh, berhubung kita udah mau lengser, gimana pas pelantikan OSIS baru, malamnya kita bakar-bakar?" usul Zoya dengan wajah penuh harap.

"Nah, ini yang gue tunggu-tunggu. Gass lah!" jawab Gladys bersemangat.

"Bakar apa?" tanya Harsa lagi-lagi membuat yang menjawab diiringi oleh emosi.

"Bakar rumah lo!" jawab Raynan.

"Bakar ayam aja ga sih? Atau mau barbeque-an sekalian?" tanya Erika sudah menyimpan laptopnya.

"Kalau bisa dua-duanya, kenapa harus satu?" tanya Jeano mendapat lirikan sinis dari Kiran.

"Pantesan semua di embat. Di kasih pilihan, malah pilih dua-duanya," sindir Kiran.

"Biasa, namanya juga crocodile," kekeh Abim.

"Crocodile Kebagusan. Buaya aja," sela Harsa.

"Sama aja, Bego!" sewot Kiran ingin menelan Harsa bulat-bulat.

"Ah, lo mah, marah-marah mulu," sungut Harsa pundung. "Dys, liat deh. Masa gue di marahin mulu sama Kiran. Ray juga," adu Harsa pada gadis yang duduk di sofa sebelahnya.

"Ngaduan anak bunda," ledek Trista.

"Mereka marah-marah juga karna lo yang mancing-mancing. Coba diam bentar. Pasti Kiran dan Ray santai-santai aja," ujar Jemian membuat Harsa menutup mulutnya rapat-rapat.

"Lanjut aja diskusinya. Ni anak udah gua amanin," suruh Trista membungkam mulut Harsa menggunakan tangannya.

"Menurut gue, bakar-bakarnya malming aja ga sih? Kalau senin, besoknya kita sekolah," Raynan menyampaikan pendapatnya.

Abim mengangguk, "Malming aja. Kalau kemalaman, bisa nginap,"

"Di rumah siapa?" tanya Jemian membuat mereka berpikir kembali.

TUJUH BELAS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang