CHAPTER 16

52 31 24
                                    

✨Happy Reading✨

Jika selama ini kalian berpikir bahwa Winona hanya jatuh cinta sendirian, maka kalian salah besar. Jauh sebelum Winona terang-terangan menyukai Jemian, Jemian lebih dulu diam-diam menyukai Winona. Jemian tidak seberani Winona yang menampakkan dengan jelas perasaannya.

Perhatian yang selama ini Jemian berikan pada Winona, awalnya memang pure perhatian seorang abang pada adiknya. Namun, setelah Jemian sadar akan perasaannya pada Winona, laki-laki itu diam-diam menyalurkan perasaannya melalui semua tindakannya dan berlindung di balik kata abang adik untuk menjaga kedekatan mereka.

Banyak hal yang membuat Jemian menaruh hati pada bungsu dari keluarga Suaka itu. Selain parasnya yang cantik dan manis, semua tingkah lucu gadis itu juga menjadi pemicu jantung Jemian sering berdebar tak karuan.

Ketika mood Winona sedang bagus-bagusnya, senyum manis tidak pernah luntur di wajahnya. Mata indah di balik kelopak mata yang dihiasi bulu mata lentik itu akan berbinar dengan sendirinya. Namun jika seseorang merusak mood nya, maka bibir tipisnya akan melengkung ke bawah. Hidung kecil nan mancungnya akan memerah karena menahan tangis atau memerah seusai menangis. Pipi tembabnya akan menjadi landasan bagi air matanya untuk bercucuran. Di saat-saat seperti itu, Jemian tidak tahu harus merasa iba atau menahan gemas karena kelucuan gadis itu.

Selama empat tahun, tidak ada yang mengetahui perasaan Jemian pada Winona kecuali Kanaya. Dari awal ketertarikannya pada adik dari sahabatnya itu, Jemian tidak pernah absen untuk menceritakannya pada Kanaya. Bagaimana lucunya Winona saat mengadu karena di jaili Harsa, cantiknya Winona dengan hairstyle yang berbeda terus setiap harinya, manisnya Winona saat tersenyum dan tertawa, semua Jemian ceritakan pada sepupu yang sudah seperti saudara sendiri baginya.

Kanaya sebenarnya enjoy-enjoy aja di jadikan tempat cerita oleh Jemian. Tapi, yang membuat Kanaya kesal dan jengah adalah Jemian yang tidak pernah mau menyebutkan nama dari cursh nya itu. Bisa di hitung jari Kanaya mendengar nama Winona dari mulut Jemian. Selebihnya hanya kata bocil gue yang Kanaya dengar.

"Jemiii~"

Lamunan Jemian yang memandangi fotonya dengan Winona di layar ponselnya menjadi buyar mendengar seruan cempreng Kanaya. Gadis itu tanpa ijin masuk ke dalam kamar Jemian yang berada di sebelah kamarnya.

Jemian menaruh ponselnya, memutar kursi belajarnya ke arah Kanaya yang sudah tiduran di kasurnya. "Lo kalau masuk kamar orang, ketuk pintu dulu apa susahnya sih? Main nyelonong aja," omel Jemian.

"Kamu kalau di kasih telinga, di gunain baik-baik apa salahnya sih? Tangan aku udah kebas ngetuk pintu tapi kamu ga dengar-dengar. Ya udah, aku masuk aja lagi," balas Kanaya membalikkan omelan Jemian.

Jemian menghela nafas, "Mau ngapain? Lo ngga mungkin numpang rebahan doang di kamar gue kan?" tanya Jemian membuat Kanaya langsung merubah posisinya menjadi duduk.

"Aku barusan di chat Jeano," Kanaya mesem-mesem sendiri. Ia menggoyangkan ponsel dengan case biru di tangannya.

"Lo tukeran nomor sama dia tadi?" tanya Jemian penasaran. Jemian tidak merasa memberi nomor Kanaya pada Jeano.

Kanaya menggeleng masih dengan senyum manisnya.

"Terus?"

"Aku curi nomornya dari hp kamu. Terus aku chat dia deh," jawab Kanaya membuat Jemian tersenyum paksa.

"Itu lo yang nge-chat  duluan, bukan Jeano yang nge-chat lo, Nayaa," gemas Jemian menatap malas Kanaya yang terkikik.

TUJUH BELAS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang