CHAPTER 10

127 69 23
                                    

Happy Reading

Winona terlihat sedang berjalan sendirian di tengah ramainya koridor utama. Gadis dengan pita yang mengikat separuh rambut coklatnya itu sesekali menyapa murid yang ia kenal dan membalas sapaan dari murid yang mengenalinya. Dalam hati ia sedikit menggerutu disebabkan oleh ketiga sahabatnya yang meninggalkannya begitu saja saat ia disuruh mengantar buku ke ruang guru. Bukannya merasa bersalah, Selena dengan santainya mengirim foto yang menampilkan Rachael dan Mikaila yang sedang menunggu pesanan mereka.

"Sumpil ya, masa anak sekiyowo ini di tinggal sendirian? Kalau gue ilang, mereka orang pertama yang gue salahin," dumel Winona semakin mempercepat langkahnya.

"Abang juga. Pada kemana sih? Biasanya rutin banget ngajakin kantin. Sekarang malah ga ada yang nongol satupun. Mereka sengaja apa gimana?" Belum puas mendumel, Harsa dan teman-temannya juga menjadi sasaran Winona. Winona merasa terabaikan hanya karna ke kantin sendirian. Padahalkan, mereka di kantin juga pasti nunggu Winona.

"Duh, mamiii. Ini manusia kok pada ngeliatin semua? Gue secantik itu kah? Ga heran sih. Manusia mana yang nggak terpikat sama kecantikan dan kelucuan bidadari yang kehilangan selendangnya ini," Winona bukannya kepedean, tapi memang semua murid yang ia lewati terus meliriknya. Tatapan mereka tidak ada yang menghakimi sama sekali. Malah, mereka menatap Winona dengan kekaguman dan penuh binar. Terutama dari kaum adam. Hanya saja, Winona sedikit risih dengan itu meskipun ia suka karena merasa menjadi bintang utama hari ini.

"Jeong guwon mana Jeong guwon? Gue butuh kekuatannya buat teleportasi ke kantin," Winona heboh sendiri dengan mulut yang tak bisa diam.

"Lucunya. Ngedumelin siapa sih? Sampai manyun-manyun gitu,"

Winona menoleh kaget saat suara berat seseorang memasuki telinganya. Mata coklat terangnya langsung menangkap wajah tampan Jemian yang menebar senyum padanya. Untuk yang kesekian kalinya, Winona menyembunyikan kesaltingannya melihat senyuman yang menurutnya terlampau manis itu.

"Abang kok sendiri? Yang lain mana?" tanya Winona menyadari bahwa Jemian hanya sendirian tanpa ada tiga makhluk hidup disisinya.

"Gue suruh ke kantin duluan," jawab Jemian menyamakan langkah besarnya dengan langkah kecil Winona.

"Kenapa nggak bareng aja?" tanya Winona.

"Gue tadi di panggil Pak Mido ke ruangannya. Buat ngebahas pendaftaran OSIS untuk angkatan sekarang. Karna gue tau mereka pasti nggak akan mau nunggu lama, ya udah, gue suruh duluan daripada tantrum," jelas Jemian membuat mulut Winona membentuk huruf O.

"Lo sendiri kenapa sendirian? Yang lainnya mana?" tanya Jemian balik.

"Gue ditinggal sama trio maung itu. Padahal gue udah minta tungguin, soalnya gue disuruh buat nganterin buku ke ruang guru dulu. Tapi apa? Tetap aja di tinggal. Ini cuma ada dua kemungkinan. Mereka yang ngga dengar gue nyuruh nunggu atau mereka sengaja ninggalin manusia secantik ini. Mereka ngga mikir apa, gimana kalau ada yang ngasih gue album kpop, terus gue di culik karna albumnya gue terima," jawab Winona dengan dumelan.

Jemian terkekeh geli mendengar dumelan Winona. Tangannya otomatis bergerak merapikan poni Winona yang sedikit berantakan. "Siapa juga yang mau nyulik ngasihnya album kpop?" tanya Jemian heran.

Winona mengedikan bahunya, "Kalau pakai permen udah biasa, pake album biar beda," jawab Winona asal-asalan.

Saat kaki mereka menginjak lantai kantin, Winona menghentikan langkahnya yang membuat Jemian ikut berhenti. Gadis itu sedikit berjinjit untuk membisikan sesuatu pada Jemian. "Nanti ga usah sapa mereka. Kita duduk berdua aja, disana ada bangku kosong. Gue ngambek soalnya," bisik Winona sembari memperhatikan enam manusia yang terlihat sangat menikmati makanan mereka.

TUJUH BELAS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang