- 04

501 81 47
                                    

Laksamana Tarung terjebak di lorong yang di bagian dalamnya, terpagar oleh jaring-jaring besi. Jaring-jaring itu dibuat dari besi yang menacap ke tanah, dililit kawat berduri, dan dipasang oleh kepala sanitasi untuk mencegah tikus, ular air, serta zombie Nega-Genesis masuk ke Shelter melalui gorong-gorong air.

Sedangkan di mulut gorong-gorong, seorang tentara Shelter Kanagawa memegang selang yang diatur melalui arbiter berupa keran. Itu flamethrower. Pelontar api terobosan peperangan parit di Perang Dunia I. Tabung propelan di punggung si tentara Shelter Kanagawa mendesis, mendorong bahan bakar keluar dari sungkup.

Tentara Shelter Kanagawa itu tertawa dibalik masker klorobutil di kepalanya, lalu ia melepehkan semburan api dari tabung propelan melalui selang gas di moncong flamethrowernya. Api menjalar cepat kemana-mana, membakar bahkan air yang menggenang setinggi lutut di gorong-gorong, dan menjilat udara dengan beringas.

Api terjurus pada Laksamana Tarung, dan perlahan membakar area di sekelilingnya. Hingga api itu menyentuh selang dari masker alat bantu napas sang Laksamana.

Laksamana Tarung menyaksikan masker respiratori yang terpasang di setengah wajahnya dimakan api, dan tubuhnya mulai kepanasan. Laksamana Tarung lekas melepas masker wajahnya, dan membuang masker penuh api itu ke genangan air di gorong-gorong, menyisakan headsock bergambar tengkorak dan helm warbonnets belapis baja di wajah marahnya.

Laksamana Tarung tidak menjauhi api, ia malah berlari ke sumber api, menerobos api-apinya dengan mata merah, dan penegangan otot di tubuh.

Tentara Shelter Paris itu berlari, menembus api, dan melawan tekanan air yang mengalir dari saluran pembuangan utama. Hingga pada akhirnya, Laksamana Tarung berhasil berkontak fisik dengan si Tentara Shelter Kanagawa. Laksamana Tarung segera mencengkram erat pergelangan tangan si Tentara Shelter Kanagawa, meremasnya hingga tentara itu menjerit kesakitan dan bunyi retakkan tulangnya terdengar nyaring.

Perih menjalar melalui saraf-saraf di tubuh si Tentara Shelter Kanagawa, sampai ia perlu menghentikan persebaran apinya secara total karena flamethrowernya jatuh, ia lalu bertekuk-lutut pada Laksamana Tarung. Tangannya dipelintir ke depan, lehernya tercekik siku si Laksamana, dan mulutnya dibekap.

Laksamana Tarung lekas menggaet shot gun di belakang punggungnya dan menembak mati si tentara. Urusannya di sini, sudah selesai.

Bunyi pohon roboh, material rusak, dan longsornya tanah tertangkap telinga Laksamana Tarung. Setelah dicari tahu secara seksama, rupanya tank milik Shelter Paris bergerak dari balik bukit, dan melandas di depannya.

Roda rantainya menginjak bekas reruntuhan posko jaga Shelter, dan menjadikan tanah di belakang roda rantainya berbekas. Bentuknya seperti Holt Caterpillar, namun bagian bajanya telah dimodernisasi dengan meriam-meriam kecil lain.

Tank itu dikendalikan oleh rekannya, dan bergerak dalam kecepatan high velocity. Kecepatan semacam itu membakar sistem suspensi torison barnya dengan ganas, hingga menimbulkan bunyi mesin pemanas yang menderu.

Seseorang menyembulkan kepala dari atap tanknya.

"Sayap kanan telah bergerak, Laksamana." Blaze, seseorang dalam balutan seragam tentara belapis rompi anti peluru, dan atribut pertahanan tubuh di sekujur tubuhnya melapor. Wajahnya tak sempurna terlihat. Laksamana Tarung hanya dapat mengenali Blaze dari matanya di headsock hitam dan di bawah masker respiratorinya.

Laksamana Tarung lekas menunggangi tanknya dengan Blaze, dan masuk ke bagian buritan.

"Baik. Ayo." Laksamana Tarung menarik bazoka dari timbunan senjata di dalam tank. Ia bersiap menghancurkan Shelter Kanagawa sampai rata dengan tanah.

Gempa x Reader | NegagenesisWhere stories live. Discover now