- 18

343 75 40
                                    

Sisi Shelter Paris yang jarang diliput BBC. Arondisemen XIIE, di jalan Rue de Rocher. Wilayah ini, sebelum wabah, tidak seburuk sekarang. Dahulu, ketika Paris masih belum dibangun menjadi Shelter perlindungan umat manusia, Arondisemen XIIE masihlah menjadi destinasi wisata turis, dengan daya tarik wahana hiburan Théâtre Tristan-Bernard. Orang zaman dua ribuan sangat menggemari pertunjukan musik dan seni tari, atau drama zygomatik. Poster-poster teeater Spectacle de Stéphane Guillon disebar di mading terminal kereta Saint-Lazare. Bahkan poster Spectacle de Stéphane Guillon ditempel di gerbong kereta menuju Cergy Le Haut, Versailles Rive Droite, Pont Cardinet, masih dari peron Saint-Lazare.

Belum lagi, balai kota arrondissement ke delapan juga ada di wilayah Rue de Rocher. Masyakat Perancis tak jarang melaksanakan pernikahannya di sini. Atau jika bukan untuk menikah dan menikmati halaman hijau butik mewah itu, biasanya orang-orang berdatangan ke balai kota untuk memperbaharui paspor, mendaftarkan anak ke playgroup, meminta sertifikasi proxy, vaksinasi COVID 19, memperoleh tanda tangan notaris atau berdemo karena rektorat Paris menutup kelas SD Louis de Funès yang berspesialisasi merawat anak disabilitas.

Namun mobilisasi sosial itu melemah, karena sentralisasi kegiatan administratif hanya dipegang oleh Tembok Champ de Mars. Tidak ada otonomi daerah lagi semenjak Shelter Paris dipatenkan. Akibatnya, orang berbondong-bondong meninggalkan Arondisemen XIIE. Hanya tersisa orang dari kalangan menengah ke bawah saja.

Dan Ying memilih jalan Rue de Rocher untuk lokasi transaksi ilegalnya.

Ying telah siap dengan hoodienya. Mukanya tertutup oleh tudung hoodie, masker, dan kacamata hitam. Ying berjaga di belakang tiang papan reklame, menunggu kliennya datang. Pada dasarnya, pekerjaannya berbahaya sekali, sebab Ying tidak tahu, dengan dia akan siapa berurusan.

Pukul dua belas siang telah tiba. Jarum panjang jam mencapai angka dua belas pada hentakkan yang memacu deru jantung Ying. Ying memandang ke sekeliling jalan sekali lagi, memindai keadaan, mencari keberadaan sang klien.

Janji mereka begini; datanglah ke Rue de Rocher, dan temukan aku—Ying, sang penjual—di belakang reklame terbengkalai di sebrang restoran Jejepangan milik kedutaan.

Drap drap drap

Di antara segelintir orang yang berlalulalang di trotoar, seseorang datang padanya dengan langkah gamblang tanpa ragu-ragu. Perempuan, tubuhnya ramping kurang gizi, cukup ideal tapi memprihatinkan, membawa senjata api di tengah keramaian seolah ia memiliki izin atas benda itu, ia berjalan kepada Ying.

Si perempuan mendadak merogoh saku celananya, dan menunjukkan layar ponselnya pada Ying.

Ying mencondongkan tubuhnya ke depan, lalu membaca isi tangkapan layar pada ponsel pipih itu. Karena bukti transfernya telah dikirim ke rekeningnya, Ying mengangguk dan melonggarkan kewaspadaannya.

(Nama) menyimpan kembali ponselnya, dan ia melemparkan flashdisck kopongan pada tangkapan tangan Ying.

"Lakukan. Cepat." (Nama) memperingatkan.

Ying berjongkok. Ia menarik resleting tasnya, dan ia menyalakan kembali laptopnya. Ying memasang flashdisk itu di salah satu port, mengidentifikasi kapasitasnya, dan memindahkan file yang diinginkan (Nama) sampai-sampai perempuan itu rela membayar mahal.

Selagi datanya ditransfer, Ying mendongak dan mempelajari tingkah laku (Nama), "Apa yang sebetulnya kamu inginkan dengan data sampah ini?"

Ying membau adanya jejak aneh dalam prilaku pembelian (Nama). Di lapaknya, Ying menjual semua hal, kecuali narkoba dan manusia. Ying menawarkan laporan alokasi anggaran-anggaran pemerintah, Ying menjajakan bukti kecurangan politik ayahnya sendiri, Ying bahkan menjual data pribadi seseorang supaya konsumennya bisa memalsukan akta kelahirannya. Tapi (Nama) malah memborong habis file yang dianggapnya tidak begitu penting, dan ... tidak ada gunanya untuk dimiliki.

Gempa x Reader | NegagenesisWhere stories live. Discover now