- 23

389 75 43
                                    

Pancaran radio cepat, didefinisikan sebagai gelombang radio yang sangat kuat. Durasinya tidak lebih dari satuan milidetik. Namanya FRB.

FRB pertama ditemukan pada tahun 2007, dan sejak saat itu, ratusan sambaran kosmik dideteksi muncul dari titik-titik di luar Bima Sakti. Kanal berita CNN meliput, pancaran gelombang yang diberi nama FRB 20220610A berlangsung kurang dari satu milidetik, tapi dalam waktu sepersekian detik itu, ia melepaskan energi yang setara dengan emisi energi matahari selama 30 tahun. Mulanya, ilmuwan dunia menyikapi keberadaan FRB biasa saja.

Semburan radio itu dinilai terlalu abstrak untuk ditelusuri dimana muara datangnya. Jangkauan pencaharian manusia hanya bisa mencapai titik terjauh Voyager berkelana. Atau paling tidak, ASKAP. Tahun 2022, seorang astronom di Universitas Macquarie Australia meluncurkan penelitian terhadap FRB mempergunakan susunan parabola ASKAP, dan mengindera lewat teknologi Very Large Telescope milik European Southern Observatory di Chile. Dia menjumpai galaksi sumber bising radionya. Suaranya justru didapatkan berasal dari kelompok-kelompok kecil galaksi yang berada dalam proses penggabungan masif.

Sebuah wilayah dimana bintang-bintang baru sedang terbentuk rupanya menimbulkan FRB. Itu menjelaskan hampir segalanya. Namun pemaknaan FRB di dunia ilmiah terasa semu sebab komputer Ying menangkap sebuah gelombang radio misterius, tapi sifatnya endogen.

Berada di dalam bumi. Gelombangnya begitu kuat dan tajam, sehingga Ying mencurigai gelombangnya merupakan gelombang jenis FRB. Kesalahpahaman itu berlanjut hingga Ying merenungkannya di depan (Nama), Gentar, Halilintar, dan si tukang selfie.

Sehubungan dengan pencarian bukti-bukti komunikasi anggota Champ de Mars melalui penggunaan teleskop radio, alih-alih memergoki percakapan anggota Champ de Mars yang sibuk membicarakan video porno favorit mereka, Ying malah menangkap gelombang-gelombang aneh itu.

"FRB itu emisi getaran radio. Sifatnya intens sekali. Tidak sulit melacaknya." Ying mengetuk-ngetuk ujung pulpennya pada print out sinyal-sinyal udara yang ditangkapnya dari teleskop radio. Ying menunjuk pada garis tebal warna merah di antara kurva-kurva hitam lain. Garisnya sangat tebal, dan begitu kontras. "Itu FRB. Fast radio burst. Proses astrofisika berenergi tinggi yang belum dipahami sepenuhnya."

"Apa yang berusaha kamu katakan? Teleskop radiomu menangkap kehidupan lain? Alien?" Gentar menyilang tangan.

"Tolol. Dengarkan dulu sampai akhir. Brengsek! Ini bisa dilacak! Dia bukan datang dari luar bumi!" Ying mendecak. "Melainkan menara Eiffel."

"Apa?" (Nama) meletakkan cangkirnya ke meja.

"Ada sesuatu di pucuk menara Eiffel." Ying memincingkan mata. Punggungnya tertegak, dan badannya condong ke arah meja. Dia bersikap sangat serius, sampai kacamatanya merosot dari hidung.

"Kita tidak punya waktu untuk temuan itu." Halilintar tidak memindahkan fokusnya dari tablet di pegangan tangannya. Halilintar tidak punya ketertarikan akan hal lain, kecuali pekerjaan utamanya. "Aku tidak peduli ap—"

"Bagaimana jika aku katakan, FRB ditumbulkan dari sumber sebesar pembentukan galaksi, dan radio yang menghasilkan pancarannya berteknologi amat canggih dan mahal, dan hal itu juga berkaitan pada ... penyelidikanmu." Ying memotong.

"Apa maksudmu?" Halilintar menurunkan tabletnya, dan beralih menatap Ying, menudingnya berbohong.

"FRB ialah fenomena besar. Sebagian besar FRB bersifat ekstragalaksi, tetapi FRB Bima Sakti pertama terdeteksi oleh teleskop radio CHIME. Yah. Tapi mayoritasnya tetap datang dari luar tata surya, sih. Artinya, untuk melahirkan gelombang semasif FRB, seseorang butuh ... teknologi luar biasa cerdas, atau .. AI bertenaga besar. Aku belum tahu pasti apa yang ada di pucuk menara Eiffel, tapi itu pasti lebih canggih dari AI, dan harganya mahal. Mahal. M-A-H-A-L!" Ying menekankan.

Gempa x Reader | NegagenesisWhere stories live. Discover now