- 11

340 81 50
                                    

"Aku tidak akan ragu menembak," Gentar berteriak memperingatkan. Negosiasinya berujung berantakan. Gentar tak punya alasan untuk mengkhianati Interpol, karena dia telah benar-benar berhutang pada Kaizo, sejak saat Kaizo mengadopsinya dari gerombolan tunawisma di region White Chapel Shelter London.

"Aku juga tidak," (Nama) menodong balik Gentar dengan senapan laras panjangnya. (Nama) melihat melalui scope, satu matanya tertutup, seperti sedang menilik benda di bawah penginderaan mikroskop. Mata (Nama) memindai keadaan tubuh Gentar, dan setelah ditilik, kamera inframerah pada pixel detectornya memperlihatkan abnormalitas thermal di lehernya Gentar.

"Kamu berkhianat dari Kaizo," Gentar memperjelas dakwaannya. Ia mengeratkan pegangannya pada revolvernya, dan membersediakan jari telunjuknya di pelatuk, agar jika (Nama) macam-macam dengannya, Gentar bisa langsung menembak binatang liar itu.

"Kamu mengkhianati," (Nama) berhenti sebentar, "Umat manusia."

(Nama) tidak bergerak dari posisinya. Gentar bisa membodohinya kapan saja, makanya (Nama) berjaga-jaga. Jika (Nama) perlu menembak, (Nama) akan menembak. Dan begitu juga sebaliknya.

Dor!

Gentar duluan menembak. Sekejap mata, Gentar merasakan kesemutan di pergelangan tangannya. Kemudian, setelah ia selesai mengerjap, Gentar memergoki revolvernya menjorok ke atas karena laras dari shot gun (Nama) menghantamnya, memaksanya mengubah haluan tembakkan.

Gentar menghela napas penuh keresahan. Ketua satuan tugasnya tentu saja sulit dibunuh.

"Tiarap." (Nama) menggerakkan moncong shot gunnya turun ke leher Gentar. Tatapannya lelah. (Nama) tidak tidur dengan layak. Matanya memerah, dan bagaimana cara perempuan itu memelototinya atas nama peri kemanusiaan, umat manusia, menjadikan Gentar lagi-lagi membuang napas ragu. Kemudian, Gentar menyerah pada keadaan, ia menyimpan revolvernya di holster, dan ia berekspresi kecut, "Apa rencanamu?"

(Nama) menurunkan kewaspadaannya. (Nama) berhenti menodongkan shot gun pada Gentar.

Brak!

(Nama) mengayunkan kakinya, dan menjatuhkan Gentar menggunakan cara curang. Gentar tidak mengestimasi gerakan mendadak dari (Nama), jadi dia benar-benar hanya terlungkup di tanah dengan (Nama) yang begerak ke atas punggungnya, dan memborgol kedua tangannya.

"Ini demi kebaikan bersama." (Nama) berbisik. Lalu, wanita itu mengeluarkan sebilah pisau dari holster di bagian bahu kanannya, "Jangan bergerak."

"Apa maumu?" Gentar meronta menuntut kebebasan, tapi borgol di belakang pingangnya menghambatnya begitu ampuh. Dan karena (Nama) menekan lehernya ke tanah, Gentar merasa semakin sulit memberontak.

"Orang seperti kamu bisa hidup sekalipun tanpa kepala." (Nama) mengaba-aba, sebelum ia menusukkan pisaunya dalam insisi dangkal ke area lehernya, dan mencungkil keluar organisme di dalam leher Gentar. (Nama) tidak bisa menyuruh Gempa mengangkat spesimen jahat itu selagi (Nama) tidak tahu kapan ia akan bangun. (Nama) juga tidak tahu bagaimana melaksanakan penyumbatan arteri di antara terowongan akar gingseng, dan menarik keluar organismenya mempergunakan mosquito.

"Tidak ada operasi. Tidak ada merengek. Diam dan tunggu!" (Nama) menjungkit pisaunya, membawa serta gingseng itu di ujung tusukannya, membongkar implantasi organismenya keluar dari tubuh Gentar, dan membuangnya ke tanah. Gentar mengerang sakit, ia diserang rasa nyeri, tapi satuan rasa nyeri yang diterimanya sedikit sekali, sebab organisme itu telah lama menginfeksi plasma darahnya, dan secara tidak langsung, meningkatkan toleransi rasa sakitnya lebih dari puluhan del. Tidak ada banyak darah, karena kebetulan, (Nama) tidak mengacaukan satu pun pembuluh darah di lehernya.

Gempa x Reader | NegagenesisWhere stories live. Discover now