Aku merasakan seperti ada seseorang yang mengguncang tubuhku. Suara bising juga memenuhi indera pendengaranku. Seketika aku mengerjapkan mataku dan melihat banyaknya kerumunan orang-orang di sekitarku.
"Oohhh cuma orang mabuk" ujar orang-orang yang berdiri mengelilingiku
"Saya kira mayat" celetuk seorang pria paruh baya
Baiklah, ini benar-benar memalukan. Aku tidak sadarkan diri di pantai dan kini warga sekitar sedang mengerumuniku.
Aku menoleh ke kanan dan kiri untuk mencari keberadaan Austin namun dia sama sekali tidak ada di sekitarku.
Hingga akhirnya aku mendengar seseorang berteriak dari arah yang tidak jauh dariku
"Masih hidup nih, udah sadar"
Dengan cepat aku berlari ke arah sumber suara itu dan menghampiri Austin. Aku benar-benar malu dengan kejadian ini.
Setelah meminta maaf kepada warga sekitar karena ulah kami berdua. Kami pun kembali pulang dan beristirahat.
Aku merebahkan tubuhku di atas tempat tidur dan seketika tertawa mengingat kejadian kemarin. Jujur saja aku tidak patah hati dengan kejadian kemarin. Meskipun aku diputuskan begitu saja sekaligus mendapatkan hadiah tamparan dari mereka.
Aku sama sekali tidak mencintai mereka, mereka hanyalah orang yang aku gunakan untuk mengalihkan pikiranku dari seseorang yang tidak pernah aku kenal.
Dia adalah Cinta...
Jujur saja aku tidak tahu siapa nama aslinya. Aku memanggilnya Cinta karena sepertinya aku jatuh cinta padanya ketika pertama kali aku melihatnya.
Aku mengambil sebuah foto yang aku pajang tepat di samping tempat tidurku. Untuk kesekian kalinya jantungku berdebar begitu kencang ketika menatap fotonya.
Flashback on
Hari ini Austin berjanji untuk mengajakku ke sebuah taman hiburan. Kemarin Austin mengatakan kalau dia mendapatkan bonus yang banyak, sehingga hari ini dia ingin membawaku ke sebuah taman hiburan.
Aku tinggal bersama Austin ketika aku berumur 10 tahun, saat itu Austin sudah berkuliah dan memilih untuk keluar dari panti asuhan. Selain berkuliah Austin juga mulai bekerja paruh waktu sehingga ketika aku merengek untuk ikut dengannya, dia sama sekali tidak mempermasalahkan itu.
Sebenarnya dulu aku pernah di adopsi oleh dua keluarga berbeda, tapi setelah satu hari aku bersama mereka, mereka akan mengembalikanku karena aku selalu menangis. Namun ketika Austin menggendongku, tangisanku akan berhenti begitu saja.
Sejak saat itu lah, pihak panti asuhan membuat aku dan Austin menjadi satu paket. Bila ada seseorang yang ingin mengadopsiku, maka mereka juga harus mengadopsi Austin. Begitu pun sebaliknya.
Jarak usiaku dengan Austin terpaut 10 tahuh, meskipun begitu, Austin tidak pernah mempermasalahkan panggilanku padanya.
"Ini buat kamu" ujar Austin sembari memberikanku sebuah kotak
"Ini apa Au?" tanyaku penasaran
"Buka aja dulu, aku kan udah janji mau beliin ini buat kamu"
Aku pun membuka kotak itu dan di dalamnya berisi sebuah kamera digital. Selain itu ada dua buah tiket masuk ke taman hiburan.
Ini berarti Austin benar-benar menepati janjinya padaku.
"Au ini beneran?" Austin hanya mengangguk sembari tersenyum. Aku pun memeluk Austin dengan perasaan riang gembira.
Tidak menunggu lama, aku pun pergi bersama Austin ke sebuah taman hiburan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me In
RandomSatu... dua... tiga... Hanya dalam hitungan tiga detik, dia mampu membiusku dengan auranya yang begitu mempesona. Bagaimana bisa aku jatuh cinta pada seseorang yang sama sekali tidak aku kenal dan tetap mengharapkannya meskipun pertemuan itu sudah...