AURORA'S POV
Sejak kemarin aku sama sekali tidak bisa menyembunyikan perasaanku yang sangat senang. Rain benar-benar mampu membuatku merasa lebih baik dari sebelumnya.
Sepertinya memanjakanku adalah prioritas untuknya. Selama satu minggu kami berpacaran, dia sama sekali tidak pernah absen untuk membuatku tertawa dan merasa beruntung.
Sepertinya aku memang benar-benar beruntung karena memilikinya.
Namun selama satu minggu ini pula ada hal yang seakan-akan membuatku bertanya-tanya. Ketika sedang tidak bersamaku Rain tampak selalu gelisah dan seperti sedang memikirkan sesuatu yang berat.
Pagi ini aku berniat untuk memberikannya kejutan. Aku sudah memasak beberapa makanan untuk kami makan bersama.
Aku sengaja tidak mengabarinya ketika aku datang kerumahnya. Karena seperti yang aku katakan tadi, aku ingin membuat kejutan.
Ketika aku ingin mengetuk pintu rumahnya, tiba-tiba saja pintu itu sudah terbuka dan menampilkan seorang wanita paruh baya bersama dengan Rain. Melihatku berada di depan pintu seperti ini, membuat Rain membelalakkan matanya.
"Permisi" ujar wanita itu lalu pergi begitu saja
Seakan mengerti isi pikiranku, Rain menarikku untuk masuk dan mencium pipiku ketika pintu itu sudah tertutup.
"Dia Bu Dina, yang punya rumah ini, dia cuma mau nanya kapan aku mulai pindah, karena rumah ini mau segera diiklanin"
"Loh, memangnya rumah ini mau dijual? Kamu gak diinfoin sebelumnya?"
"Udah sayang, dari seminggu kemarin. Cuma ya aku belum nemu tempat tinggal yang pas"
"Ooohh aku tau sekarang"
"Apa?"
"Jadi karena ini kamu keliatan gelisah selama satu minggu ini. Kenapa kamu gak bilang sama aku? Aku kan bisa bantu kamu cari tempat tinggal baru, atau kamu bisa tinggal di rumahku"
"Kamu mau aku tinggal sama kamu" ujarnya dengan penuh senyum "Kamu..."
"Bukan begitu maksud aku"
"Hehe"
"Jadi kenapa kamu gak cerita masalah ini?"
"Aku bukannya gak mau cerita, sayang. Aku gak mungkin bebanin kamu dengan semua permasalahan hidup aku. Diterima jadi pacar kamu aja, aku senengnya bukan main"
"Ya tapi kan kalau kamu cerita, setidaknya aku bisa bantu cari tempat tinggal baru untuk kamu, ya udah nanti aku akan bantu kamu buat cari tempat tinggal baru. Kamu gak usah khawatir"
"Kamu gak ada niat cariin aku rumah yang harganya lima kali lipat dari harga sewa rumah ini kan?"
"Memangnya kamu gak mau?"
"Ra, kamu bercanda kan? Bayar sewa rumah ini aja aku udah kayak napas senin kamis, engap banget"
Aku hanya tertawa mendengar celotehan Rain. Meskipun dia sedang memikirkan hal yang berat, dia sama sekali tidak ingin memberikan bebannya sedikit saja untukku.
"Ini kamu masak sendiri, sayang?" Aku hanya mengangguk sembari tetap mengunyah makananku. "Ini enak banget, aku nambah ya"
Sepertinya aku harus berterima kasih pada Irene karena pagi tadi aku memasak ini semua sambil melakukan panggilan video dengannya.
Setelah makanan itu dihabiskan tanpa sisa, aku mulai membereskan piring-piring yang kami gunakan tadi.
"Eeiitss, tangan Bu Ara gak boleh dipake buat cuci piring, nanti jadi kasar"
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me In
RandomSatu... dua... tiga... Hanya dalam hitungan tiga detik, dia mampu membiusku dengan auranya yang begitu mempesona. Bagaimana bisa aku jatuh cinta pada seseorang yang sama sekali tidak aku kenal dan tetap mengharapkannya meskipun pertemuan itu sudah...