17

1.2K 142 16
                                    

RAIN'S POV

Setelah penolakan tadi, Aurora meninggalkanku dengan alasan ingin menyelesaikan pekerjaannya. Kini aku duduk termenung sendirian di pinggir pantai.

Ketika aku merasa angin malam begitu jahat untuk tubuhku malam ini, aku memutuskan untuk berjalan ke sebuah bar yang tidak jauh dari tempatku saat ini.

Aku memesan sebuah minuman yang sama sekali tidak memabukkan, hanya segelas soda saja.

"Boleh gabung?" Ujar seseorang yang tiba-tiba duduk di sebelahku "Mas, pesan yang sama ya"

Aku menoleh ke arah orang itu dan ternyata dia adalah "Mershian" gumamku tanpa sengaja yang sepertinya terdengar olehnya.

"Excuse me?"

"Sorry, salah orang" kilahku cepat

Orang itu kini menautkan alisnya dan menatapku dengan begitu lekat. Kalau dilihat-lihat dia serasi juga dengan Aurora, wajahnya yang sama-sama seperti bule, tinggi badannya yang melebihi Aurora. Baiklah, aku juga tinggi namun tidak melebihi Mershian.

"Lo kenal gue" ucapnya lagi sambil menarik kerah bajuku.

Jujur saja aku panik dengan situasi seperti ini. Aku takut kalau dia menghajarku karena salah paham. Apalagi Aurora pernah mengatakan kalau mantannya ini pemegang sabuk hitam karate. Bisa-bisa aku rata kalau dia menghajarku sekarang.

"Okay-okay, sorry" aku menurunkan cengkraman tangannya dari kerah bajuku. Dan kini dia kembali menatapku "Lo mantan pacarnya Aurora kan?" Ujarku cepat sebelum tangan itu meninjuku.

"Aurora?" Mershian tampak menautkan kedua alisnya "Lo tahu dari mana?"

"Ya dari dia sendiri..."

"Wait, lo pemilik kafe yang kemarin baru dibuka itu kan?" Aku mengangguk pelan "Udah gue duga" ujarnya pelan "Jadi lo ngapain disini? Patah hati?"

"Ya begitulah, tadi gue abis nyatain perasaan gue ke dia dan gue ditolak"

"Ara nolak lo?" Tanya-nya tidak percaya "Ara nolak lo?" Aku kembali mengangguk dan sialnya dia malah tertawa. Bagaimana bisa orang ini malah tertawa ketika melihatku sengsara. Dasar minim empati.

Aku tidak lagi memperdulikannya yang sedang mentertawakanku. Aku kembali menceritakan bagaimana perasaanku pada Aurora.

"Gue suka sama dia sebelum dia kenal gue" ucapanku kali ini mampu membuatnya berhenti tertawa

"Jadi waktu Ara pindah kesini, lo sering ngeliat dia?"

"Jauh sebelum itu" aku mengeluarkan ponselku dan menunjukan foto yang dulu pernah aku tangkap. Disana ada wajahnya dan juga Aurora.

Melihat foto itu, otomatis dia kembali menarik kerah bajuku dan mengatakan sesuatu

"Lo stalker" ujarnya sambil menarik kerahku dan satu tangannya mencengkram tanganku.

Baiklah, kini wajah Mershian berubah menyeramkan. Tangannya begitu kuat mencengkram tanganku.

"Lo dengar dulu" ujarku tidak terima dianiaya seperti ini. Mershian melepaskan tangannya dari kerah bajuku dan juga tanganku. "Foto ini gue ambil waktu gue lagi liburan dan untuk pertama kalinya dalam hidup gue, gue ngerasain ada yang beda dalam diri gue. Ngeliat Aurora untuk pertama kalinya pada saat itu, bener-bener bikin gue gak bisa berpaling ke arah manapun. Bahkan selama kurang lebih 11 tahun gue harus manggil dia dengan sebutan 'Cinta' sambil terus ngeliatin dia dari foto ini karena gue gak tau siapa nama aslinya. Hingga takdir kembali mempertemukan kita tanpa sengaja, tapi takdir ini ternyata hanya mempertemukan, bukan menyatukan"

Let Me InTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang