Bab 24

10.1K 407 0
                                    


༶•┈┈⛧┈♛

" Mama Papa Cellyn pulang ! ", ceria Cellyn memasuki mansion Moretti.

Kepala Cellyn menoleh kesana kemari mencari keberadaan dari sang pemilik rumah.

Netra hitamnya menyisir ke seluruh tempat, dari pojok atas sampai ke pojok bawah, tapi masih belum mendapati tanda-tanda kehidupan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Netra hitamnya menyisir ke seluruh tempat, dari pojok atas sampai ke pojok bawah, tapi masih belum mendapati tanda-tanda kehidupan.

" Ini gak mungkin kan gue tinggal seminggu, mansion mendadak kena gusur, terus harus di kosongin ? ", bingung Cellyn bercampur kesal.

Brakk

Satu persatu pintu yang berada dalam mansion Moretti, Cellyn tendang hingga mengeluarkan bunyi cukup keras.

Kaki Cellyn yang tadinya terangkat tinggi, perlahan mulai turun. Otaknya semakin bekerja keras menelaah setiap peristiwa, yang mungkin bisa jadi petunjuk selama satu minggu ini.

Klontang

Suara barang jatuh dari arah dapur berhasil menarik atensi Cellyn. Spontan kaki Cellyn melangkah mengikuti darimana suara berasal.

Dengan langkah hati-hati Cellyn mengintip tipis ke arah dapur. Sambil berjinjit, Cellyn memegang tembok putih, pembatas antara ruang tengah dan dapur.

" Hayo maling ya l--kosong ? ", bingung Cellyn melihat dapur yang bersih tanpa noda.

" Masa iya gue di kerjain di rumah sendiri ? ", ucap Cellyn bertanya-tanya.

" Awas kalau sampai gue tahu siapa yang berani jahilin seorang Cellyn, gue hantam kepalanya sampai mampus ", sengit Cellyn.

" Bagaimana dengan saya ? ", bisikan halus entah darimana, memasuki gendang telinga Cellyn.

" HUAA SETAN ! ", kaget Cellyn.

Brughh

Seorang pria bertubuh kekar terkapar lemah di lantai, akibat bantingan keras dari Cellyn.

Ini hanya reflek ok ? salahkan Mama Cellyn yang memaksanya untuk ikut berbagai kelas bela diri, sehingga membuat kepekaan Cellyn di atas rata-rata.

" Setelah menghilang selama satu minggu, rupanya ini ucapan selamat datang dari anda ", serak pria tersebut mengusap hidung yang sedikit nyeri, karena harus berbenturan dengan lantai marmer.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Second Chance (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang