14. Mabuk

152 17 10
                                    

   Matahari pagi baru saja mengintip dari balik gorden tebal, menerobos masuk ke dalam ruangan dan membangunkan Jennie dari tidurnya. Namun, lagi-lagi rasa kantuknya tak kunjung hilang. Pikirannya masih tertuju pada kejadian semalam, saat ia melihat pelayan Jeon family berbisik ketakutan, wajahnya pucat pasi.

  "Mungkin aku berlebihan" Jennie mencoba menepis rasa khawatir yang menggerogoti hatinya. Namun, rasa ingin tahu dan tanggung jawabnya sebagai sekretaris pribadi Jungkook membuatnya tak bisa diam. Ia memutuskan untuk mengunjungi kediaman Jeon family, memastikan bahwa semuanya baik-baik saja.

  Jennie bergegas bersiap, memilih pakaian yang rapi dan profesional. Tak lupa mengabari hyunjin bahwa hari ini dia tidak ke kantor, tapi ke rumah pak Jeon.

  Sesampainya di depan gerbang kediaman Jeon family, Jennie menarik napas dalam-dalam. Ia tahu ini ranah pribadi Jungkook, dan ia tak seharusnya datang tanpa izin. Namun, rasa penasaran dan ingin tahu mengalahkan rasa takutnya.

  Untungnya, satpam yang berjaga di pos tidak diliburkan. Ia membuka gerbang dengan ramah, menyambut Jennie dengan senyum hangat. Mereka sudah berkenalan saat Jennie datang kemarin. "Selamat pagi, Nona Jennie" Sapa satpam, Jennie membalas sapaan satpam dengan senyuman tipis. Ia melangkah masuk ke dalam halaman, matanya tertuju pada rumah megah yang berdiri kokoh di tengah halaman.

  Saat memasuki ruang tamu, Jennie langsung disambut oleh pemandangan yang tak mengenakkan. Botol-botol wine berserakan di lantai, bau alkohol masih tercium kuat. Di tengah kekacauan itu, Jungkook tertidur pulas di sofa, wajahnya pucat, matanya sembab, dengan rambutnya yang berantakan. "Astaga! Apa yang terjadi semalam?" Gumamnya, menggelengkan kepala.

  "Pak Jeon" panggil Jennie. Jungkook mengerang, matanya masih terpejam.
"Pak Jeon, bangunlah!" Desak Jennie, mengulurkan tangan untuk membangunkannya.

  "Jennie?" gumamnya, suaranya serak.  Dia mengerang pelan, tubuhnya terasa berat dan kepalanya berputar.

  Jungkook menarik tangan Jennie dengan kuat, membuat tubuh Jennie terhuyung dan terjatuh di atas sofa. Tubuh mereka kini berhimpitan, Jennie terduduk di atas Jungkook, wajah mereka berdekatan. "Lepaskan!" Desis Jennie, berusaha melepaskan diri dari cengkeraman Jungkook.

  Jungkook malah tersenyum jahil, tangannya merangkul pinggang Jennie, menariknya lebih dekat. "Tenanglah, hanya sepuluh menit." bisiknya dengan suara berat.

  Jennie meronta, berusaha melepaskan diri. "Jangan macam-macam, Pak Jeon!" bentaknya, wajahnya memerah menahan amarah. "Kenapa? Kau takut?” tanya Jungkook, matanya menatap Jennie dengan tajam.

  "Tentu saja! Anda masih di bawah pengaruh alkohol!" Jawab Jennie, suaranya bergetar. "Kau terlalu serius, Jennie." Kata Jungkook, "Relaks sedikit."

  Jennie tersentak, Ia langsung mendorong tubuh Jungkook dengan kuat, membuat Jungkook terjatuh ke belakang. "Jangan melewati batas Anda, Pak Jeon!" bentak Jennie. "Atau persetan dengan kontrak kita!"

  Jungkook tertawa kecil "Kau benar-benar menarik, Jennie." katanya, "Aku suka." Ia bangkit dari sofa, lalu duduk tegak, matanya menyipit mencoba mengumpulkan kesadarannya kembali. "Bangunlah, anda harus bersihkan diri, banyak perkerjaan yang harus segera diselesaikan."

  Jungkook bangkit dengan susah payah, tubuhnya terasa lemas. Dia berjalan gontai menuju kamar mandi, matanya masih terpejam.

  Jennie menghela napas, kepalanya masih berdenyut-denyut. Tidak ada gunanya mendebatkan kejadian tadi, ia cukup mengerti Jungkook sedang mabuk. Pasti Jungkook tidak menyadari perbuatannya.

   Dia tidak tahu apa yang terjadi pada Jungkook semalam. Tidak mungkin juga dia bertanya pada bosnya, tentang apa yang terjadi sampai dia memutuskan untuk minum-minum. Syukurnya, hari ini Jungkook sudah tidak demam lagi.

  Jennie melihat ke sekeliling, tidak ada satu pun pelayan yang terlihat. Dia memutuskan untuk memasak bubur untuk Jungkook. Dia berharap makanan sederhana itu bisa sedikit meringankan rasa mual bosnya.

  "Saya akan membuatkan bubur. Makanlah agar anda merasa lebih baik." Jungkook hanya mengangguk lemah, dia terlalu lelah untuk berbicara.

  Jennie memasak bubur dengan hati-hati, ini pertama kalinya ia memasak. Dia berharap Jungkook bisa cepat pulih dan kembali bekerja seperti biasa. Dia tidak ingin pekerjaan mereka terbengkalai.

  "Ini buburnya" Kata Jennie, meletakkan mangkuk bubur di meja. Setelah melihat Jungkook selesai membersihkan diri.

  Jungkook mengambil mangkuk itu dan mencicipi bubur dengan ragu, Wajahnya langsung mengerut. "Asin sekali" Keluhnya.

  Jennie malu. "Ini pertama kalinya saya memasak. Makan saja, jika tidak mau anda bisa membuangnya." Jungkook tertawa, Jungkook cukup terkejut saat Jennie bilang akan memasakan bubur, tapi lebih terkejut lagi bahwa dia adalah orang pertama yang merasakan masakan Jennie. "Tenang saja, rasanya cukup bisa dimakan kok." katanya.

  Jennie menatap Jungkook dengan kesal. "Jangan menggoda saya pak" katanya.

  Mereka berdua tertawa. Suasana tegang yang sempat menyelimuti mereka perlahan menghilang. "Bagaimana keadaan anda sekarang?" tanya Jennie. "Lebih baik." jawab Jungkook. "Terima kasih sudah membuatkan bubur untukku."

  "Sama-sama, saya senang anda sudah merasa lebih baik. Karena semakin lama anda berada dalam situasi seperti ini semakin susah saya membetulkan jadwal anda, Hyunjin sampai kerepotan juga"

  "Oke, berarti aku harus kembali bekerja." Kata Jungkook setelah selesai makan. "Saya juga sudah membawa dokumen yang perlu diselasaikan hari ini"

  Jungkook mengangguk. "Terima kasih" katanya. "Aku berhutang budi padamu" Jennie tersenyum. "Tidak masalah, sudah tugas saya" Walaupun dia terpaksa bekerja di perusahaan Jeoright, Jennie mencoba sebisa mungkin profesional. Mengesampingkan rasa tidak suka dan kesalnya pada seorang Jeon Jungkook.

  Jungkook bangkit dari kursinya dan berjalan menuju meja kerjanya. Jennie mengikutinya dari belakang. "Saya akan membantu menyiapkan dokumen-dokumennya" Kata Jennie.

  "Terima kasih, tapi ini memang sudah tugasmu kan?" Ah dasar Jeon Jungkook, mulai lagi menjengkelkan. Jennie mengangguk sarkas. Dia tahu bahwa dia akan menghadapi hari yang panjang dan melelahkan.

>>>>♡<<<<
TBC

 

How Can He?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang