11. Sekertaris Ke-2

179 12 0
                                    

  "LO!!" setelah mengetahui siapa CEO dari Jeoright. Oh ya Tuhan Jennie ingin saja membalikkan badannya dan segera pulang jika ia bisa.

  Sedangkan yang ditunjuk hanya menunjukkan seyum tipis. "Apakah seperti itu cara bicaramu pada bosmu jennie-ssi?, lalu aku lebih tua dari usiamu, sudah seharusnya kau bersikap sopan kepadaku" Jungkook melipat tangannya di dada.

  "Percaya diri banget ya, siapa juga yang mau jadi karyawan lo" Jennie memutar badannya dengan tujuan ingin meninggalkan semua harapannya berkerja di perusahaan Jeoright. Namun Jungkook dengan sigap menahan tangan Jennie.

"Lepasin gue!" Sudah kedua kalinya Jungkook melakukan hal yang sama pada Jennie. Apakah Jungkook memiliki fetish pada tangan sehingga Jennie berusaha menarik tangannya dari Jungkook, tapi karena tenaga Jungkook lebih besar dari tenaganya, pemberontakan yang dilakukan Jennie berakhir sia-sia. Daripada tangannya memerah lagi seperti di taman lebih baik dia menyerah.

  "Maaf Jennie-ssi jika kau lupa, aku akan mengingatkanmu lagi bahwa kau mengatakan aku boleh meminta apapun dan berapapun sebagai tanggung jawab atas tindakanmu yang ceroboh itu. Aku tidak akan meminta kau mengganti rugi kemejaku tapi sebagai gantinya kau akan menjadi karyawanku selama enam bulan" Jungkook akhirnya melepaskan gengamannya.

  Oke, Jennie akui dia kalah. Dia menyesal mengatakan hal itu jika akhirnya akan begini, padahal tumpahan cappucino itu adalah hal kecil, tapi kenapa bisa sejauh ini. Jennie mengatur nafasnya sebelum kembali membuka suara.

  "Baiklah, saya minta maaf telah berbicara tidak sopan pada bapak" Jennie menampilkan seyum sarkas terbaiknya "Saya maafkan" Ucap Jungkook sambil mengangguk.

  "Tapi, apa pekerjaan yang akan saya lakukan?"

   "Kau akan bekerja sebagai sekretarisku"

  "Maaf pak,  bukankah pria yang bernama Hyunjin itu adalah sekretaris anda, mengapa saya harus menjadi sekertaris anda juga?"

  "Bos di sini adalah saya, jadi terserah saya ingin memiliki berapapun sekretaris. Itu semua tidak ada hubungannya denganmu" Jawaban menjengkelkan yang keluar dari mulut Jungkook, membuat Jennie berterima kasih karena syukurnya ia hanya enam bulan bekerja bersama orang seperti ini. rasa nya jennie ingin saja melepas sepatu nya dan melaparkan nya ke arah bosnya itu

  "Ini adalah jadwalku dan ini jadwalmu, kau harus memiliki kedua catatan ini karena kau akan menemaniku kemanapun aku pergi sedangkan Hyunjin akan menyiapakan laporan"

  "Baiklah dimana meja untuk saya membaca semua jadwal itu" Sekarang tangan Jennie sudah dipenuhi kertas-kertas berisi jadwal Jungkook. "Keluarlah dan tanyakan pada Hyunjin, dan kau memiliki waktu 30 menit untuk mempelajari apa yang aku suka dan apa yang tidak aku suka. Sebagai sekretaris kau harus tahu itu, dan setelahnya kau harus menemaniku rapat seperti yang dituliskan di jadwal" Jelas Jungkook. Dan Jennie mati-matian menahan agar tidak melempar semua kertas di tangannya pada bosnya itu.

"Banyak sekali maumu, huh dasar brengsek" Karena tidak ingin menambah masalah, Jennie hanya mengatakan hal itu di pikirannya.

  "Kalau begitu saya permisi dulu" Jennie menunduk dan keluar dari ruangan Jungkook.

  "HAHAHA" Sudah berapa lama  Jungkook tidak tertawa selepas ini, ia sangat bahagia melihat ekspresi Jennie yang sedang menahan kesal.

----^---^----


  Jika saja Jennie tahu bahwa CEO Jeoright adalah Jungkook, bisa dipastikan bahwa Jennie tidak akan sudi menginjakkan kakinya di perusahaaan ini.

  Lihat saja bahkan Jennie disuruh mencari Hyunjin sendiri, manalah ia tahu Hyunjin berada dimana saat ini. Untungnya aura Hyunjin cukup mencolok untuk Jennie temukan di depan mesin kopi.

  "Hyunjin-ssi !" Jennie mendekat ke arah Hyunjin. "jadi begini, tadi aku diterima sebagai sekretarisnya pak Jeon, dan dia menyuruh saya menaykan dimana meja saya pada anda"

  "Kalau begitu berarti kita akan menjadi partner, mohon kerja samanya. Ayo ikut denganku" Hyunjin berhenti di ruangan yang ada di samping ruangan milik Jungkook.

  "Ini mejaku dan ini mejamu, ini adalah ruangan khusus yang dipilih pak Jeon untuk sekretarisnya" Hyunjin menaruh kopinya di atas meja dan duduk di kursinya, begitu juga dengan Jennie.

  "Hyunjin-ssi saya disuruh mengetahui apa yang pak Jeon suka dan apa yang tidak pak Jeon suka, dimana saya bisa mendapatkan informasi itu?"

  "Sudah kuduga, dia memang suka menyulitkan karyawan baru. Bacalah ini" Hyunjin memberikan buku tebal kepada jennie "Dan jangan memakai saya anda, bicara saja seperti pertama kali kita bertemu karena aku bukan bosmu Jennie"

  "Baiklah" Jennie mengaggukkan kepalanya tanda ia setuju. Dan mengenai buku yang diberikan pada Jennie terlalu tebal, bagaimana mungkin biodata seseorang bisa setebal buku sejarah. "Melihatnya saja aku mual, bagaimana lagi saat sedang membacanya. Buku ini terlalu tebal, di hari pertamaku kerja saja sudah  betumpuk pekerjaan yang harus kulakukan, lihatlah jadwal ini begitu banyak"

  "Jennie-ssi kau bahkan belum menjalaninya bagaimana bisa bilang begitu, jalani saja dulu" Hyunjin terseyum tipis melihat tingkah wanita di sampingnya yang terlalu jujur.

  Jennie rasa Hyunjin benar dia harus mencoba sebisanya dulu, baru mengeluh. Andai saja buku di depannya ini adalah cerita novel kesukaannya, dengan senang hati Jennie akan membacanya walau setebal apapun itu.

  Tapi kenyataannya buku yang harus dibaca jennie adalah tentang orang yang menyebalkan di matanya.

>>>>♡<<<<

TBC

Spam vote=next!

How Can He?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang