Dua minggu lagi kontrak jennie sudah berakhir, itu artinya jennie telah bekerja enam bulan di perusahaan Jeoright. Walaupun Jungkook, menyebalkan di awal pertemuan mereka, tapi Jungkook menjadi lebih menghargai Jennie sejak ia mengakui perasaan nyamannya pada Jennie. Jennie bisa merasakan perubahan dalam dirinya. Ia mulai terbiasa dengan kejahilan Jungkook, ia menyadari bahwa Jungkook, dengan segala kekacauannya, telah mencuri sebagian hatinya.
Hari ini adalah acara tahunan Perusahaan Rythem, tepat pada 18 desember. Jennie tampil memukau dengan gaun panjang berwarna putih yang mengalir anggun di sepanjang tubuhnya. Dengan potongan yang mengikuti garis tubuhnya yang ramping, gaun tersebut juga memperlihatkan bagian pundak menambah kesan seksi namun tetap elegan.
Rambut hitamnya dibiarkan tergerai indah, dengan aksesori kecil berkilauan yang menyempurnakan penampilannya. Malam ini menjadi kesempatan bagi Jennie untuk menunjukkan bahwa dia tidak hanya menguasai pekerjaannya dengan baik di perusahaan Jeoright, tetapi juga mampu beradaptasi dengan lancar di lingkungan sosial yang berbeda.
Di tengah keramaian acara tahunan perusahaan Rythem, Jennie terlihat percaya diri meskipun dia bukan karyawan perusahaan tersebut. Sebagai anak perempuan satu-satunya dari pemilik perusahaan Rythem, kehadirannya mencerminkan kebanggaan dan penghargaan terhadap tradisi perusahaan keluarga.
Di seberang ruangan, Jungkook CEO dari perusahaan Jeoright, hadir dengan tampilan yang khas. pakaian formal yang rapi dengan gaya yang menunjukkan keanggunan dan wibawa sebagai pemimpin perusahaan. Bersama Hyunjin, yang selalu setia mendampinginya, tampak menatap sekeliling dengan sikap waspada dan siaga yang melekat pada posisinya sebagai sekretaris sekaligus pengawal pribadi Jungkook.
Ketika matanya menyapu ruangan, Jennie melihat Jungkook dan Hyunjin mendekat. "Hai, pak Jeon, Hyunjin-ssi" Sapa Jennie ramah, tersenyum manis.
Jungkook tersenyum tipis, matanya menatap Jennie dengan intens. "Kau terlihat cantik sekali malam ini" Ucapnya, suaranya yang biasanya tegas terdengar lebih lunak di antara kerumunan. "Always." Jawab Jennie dengan senyum tersipu, merasa hangat di dalam hatinya meskipun dia mencoba menahannya.
Hyunjin tersenyum ramah ke arah Jennie, "Selamat malam, Jennie-ssi. Sepertinya acara ini akan sangat menyenangkan."
Jennie mengangguk setuju. "Tentu saja, Hyunjin-ssi. Bagaimana perasaan kalian tentang acara tahunan kali ini?"
Jungkook tertawa kecil. "Tidak seperti biasanya. Aku rasa ini akan jadi malam yang menarik, terutama karena kehadiranmu di sini."
Jennie hanya tersenyum menanggapinya. "Jennie-ssi, bagaimana jika kita keluar sebentar mencari udara segar?" Jungkook menaikan satu alisnya, menunggu jawaban dari Jennie.
"Saya rasa bisa, jika sebentar.""Kalau begitu pakai ini, supaya kau tidak kedinginan" Jungkook memakaikan jasnya pada Jennie, sedangkan Jennie hanya diam dan menurut. Mengingat bagaimana hubungan mereka telah berkembang selama enam bulan terakhir.
>>>>♡<<<<
Hyunjin menghela napas, matanya terpaku pada email di layar komputer. 'Biodata Sekretaris' Judulnya sederhana, namun isi email itu membuat Hyunjin mengerutkan kening. Hyunjin merasa ada yang janggal dengan email ini. "Kenapa harus sekretaris baru?" gumam Hyunjin. "Bukankah aku sudah bekerja dengan baik?"
"Kim Jennie? Ini pasti semua hanya akal-akan Pak Jeon." Pikir Hyunjin. "Dia pasti ingin mencari orang untuk meladani keusilannya."
Hyunjin dan Jungkook sudah berteman sejak lama. Mereka bahkan pernah satu kelas di universitas. Hyunjin tahu betul sifat Jungkook yang suka iseng dan suka membuat orang di sekitarnya kesal. Sehingga Hyunjin memutuskan untuk mengabaikan email itu. Dia yakin Jungkook akan segera melepaskan sekretaris barunya itu jika dia bosan.
Beberapa hari kemudian, Jungkook memanggil Hyunjin ke ruangannya.
"Hyunjin, aku akan memiliki sekretaris baru. Jadi kamu akan ada partner kerja untuk mengurusku" Kata Jungkook dengan senyum jahil.Hyunjin mengerutkan kening. "Kenapa harus sekretaris baru? Memangnya saya saja tidak cukup?"
"Kau terlalu sibuk mengurusku, hingga tidak sempat mengerjakan hal lain" jawab Jungkook sambil tertawa. "Aku butuh sekretaris yang bisa bekerja lebih keras dan lebih efisien." Hyunjin menghela napas. Dia tahu Jungkook sedang bercanda.
"Tapi, pak. Saya rasa kita tetap tidak membutuhkan sekretaris baru." Kata Hyunjin, berusaha untuk menghentikan rencana gila apapun yang dimiliki Jungkook. "Oh, ayolah Hyunjin. Jangan bersikap terlalu serius" Kata Jungkook. "Ini hanya sedikit hiburan untukku."
Hyunjin menggelengkan kepala. Dia tahu dia tidak akan bisa mengubah pikiran Jungkook. "Baiklah, pak. Tapi saya tidak akan bertanggung jawab jika anda membuat sekretaris baru itu stres."
Jungkook tertawa. "Tenang saja, Hyunjin. Aku tidak akan melakukan itu." Hyunjin berharap Jungkook benar-benar tidak akan membuat sekretaris barunya stres. Dia tidak ingin melihat orang lain menderita karena keusilan Jungkook.
Hyunjin teringat itulah kali pertama Jungkook mengatakan akan ada patner untuk membantu pekerjaan hyunjin. Namun dari awal hyunjin tahu bahwa itu hanya akal-akalan bosnya. Jungkook belakangan ini memang haus perhatian, jadi menjadikan Jennie sekretaris adalah alasan untuk mengikat Jennie agar terus berada di sekitar Jungkook.
Tapi pemandangan apa yang dilihatnya sekarang? Jungkook dan Jennie pergi keluar ruangan berdua, meninggalkan Hyunjin sendirian. Mereka sesekali juga bertatapan dan tertawa. "Sejak kapan mereka seakur ini?" Gumam hyunjin, merasa heran.
Sudah tiga bulan sejak terakhir kali Jennie dan Jungkook berdebat karena hal-hal kecil. Hyunjin sekarang bahkan ragu apakah Jennie benar-benar akan mengakhiri kontraknya dalam beberapa minggu lagi.
>>>>♡<<<<
TBCKim Jennie
KAMU SEDANG MEMBACA
How Can He?
RomanceJennie tahu bahwa tidak ada yang mudah di dunia ini. Terlahir dari keluarga kaya, tidak membuat Jennie menyerah. Mencari perkerjaan tanpa koneksi apapun dari pihak keluarganya. Namun, dari banyaknya perusahaan, kenapa ia malah berkerja di Jeoright...