21. Hamil

173 11 0
                                    

  Hanya dalam waktu semalam, kehidupan rose berputar 360 drajat. Dia tidak menyangka bahwa segala sesuatunya akan berubah begitu drastis. Kemarin Jimin memanggilnya ke kantor setelah Rose tidak masuk selama seminggu, mungkin Jimin juga membutuhkan waktu untuk menenangkan dirinya sendiri.

   Ketika Rose tiba di kantor, dia menemukan Jimin berlutut di depan pintu, memohon maaf. Jimin yang biasanya tegas dan percaya diri, kali ini terlihat hancur dan penuh penyesalan. Rose merasakan kebingungan dan kekhawatiran yang mendalam saat melihat Jimin berlutut di depannya.

  "Rose, aku benar-benar minta maaf atas yang terjadi." Ucap Jimin dengan suara gemetar. "Aku tahu aku salah, tapi situasinya di luar kendaliku. Maaf, aku juga masih takut untuk memberitahu Nayeon tentang kita."

  Rose hanya bisa terdiam, mencoba menahan tangisnya. Bahkan Jimin yang biasanya sangat profesional, kini tampak rapuh di hadapannya.

  "Pak." ucap Rose dengan suara serak. "Saya... saya tidak tahu harus bagaimana lagi. Semuanya terasa begitu sulit."

   Jimin bangkit dari posisinya dan menatap Rose dengan penuh penyesalan. "Karena itulah, aku memutuskan untuk memindahkanmu ke posisi sekretaris Suga hyung. Ini demi kebaikan mental kita berdua, dan kau juga perlu waktu untuk dirimu sendiri, jadi aku memberimu libur beberapa minggu."

  Rose menelan ludah. Dia mengangguk perlahan, meskipun hatinya terasa hancur. Jimin tersenyum getir. "Maafkan aku, Rose. Aku benar-benar tidak ingin hal ini terjadi."

  "Pak, semuanya akan baik-baik saja." ucap Rose, mencoba memberikan sedikit dukungan pada Jimin yang tampak begitu terpuruk. Walaupun ia juga ia tak begitu yakin bahwa semuanya akan baik-baik saja.

   Mereka berdua hanya bisa saling menatap sejenak, merasakan beban emosional yang berat dalam situasi yang tidak pernah mereka prediksi sebelumnya.

   Rose pikir malam itu adalah titik paling hancur dalam hidupnya. Sebelum ia mengetahui bahwa dirinya hamil. Rose memandang benci pada tespek yang baru saja dilemparnya. Tangannya gemetar melihat tespek tersebut menunjukkan dua garis merah.

  "Kenapa begini, Tuhan?" gumam Rose dalam hati. "Apa yang harus aku lakukan sekarang?" Dia merasa sendirian, tanpa siapa pun yang bisa diajak bicara. Kehidupannya yang sebelumnya terasa sudah cukup sulit, kini menjadi semakin rumit dengan kehamilan yang tidak diinginkan ini.

  Dia tidak pernah mengharapkan bahwa dia akan menjadi korban dari kekejaman dan ketidakadilan dunia. Tetapi, seperti yang sering terjadi dalam kehidupan, segala sesuatunya bisa berubah dalam waktu singkat.

   Setelah beberapa saat membiarkan pikirannya merenung, Rose akhirnya mengambil keputusan untuk menyembunyikan kehamilannya sebisanya. Dia tidak tahu bagaimana caranya, tetapi dia tahu dia harus melakukannya. Itu satu-satunya cara baginya untuk menjaga kehidupan yang masih ada dari kehancuran lebih lanjut.

>>>>♡<<<<

  Sudah tiga bulan sejak Rose dipindah tugaskan menjadi sektetaris Suga. Aneh, Jimin yang bersikeras menahan Rose di sisinya, tiba-tiba saja melepaskannya begitu saja.

  Entah apa alasannya, yang penting suga memang lagi membutuhkan sekretaris seperti Rose. Tidak peduli apapun alasan Jimin. Namun, Suga rasa kinerja Rose tidak sebagus biasanya. Suga lihat belakangan ini Rose selalu pucat dan sering mual.

  Saat Suga sedang sibuk mengurusi dokumen, tiba-tiba terdengar suara keras dari ruangannya. Ia segera berlari ke arah suara itu dan menemukan Rose tergeletak tak sadarkan diri di lantai.

  "Sial, Rose! Bangun, tolong bangun." Ucap Suga sambil mencoba membangunkan Rose.

  Namun, Rose tetap tidak merespon. Kulitnya yang biasanya berwarna cerah, kini terlihat semakin pucat. Suga tidak bisa menyembunyikan kepanikannya.

  Suga menggendong Rose dengan hati-hati dan segera membawanya ke mobil. Mereka pergi ke rumah sakit, agar Rose bisa melakukan pemeriksaan.

  Setelah dibawa ke rumah sakit, Rose diperiksa oleh dokter dengan cermat. Suga duduk gelisah di ruang tunggu, menunggu hasil pemeriksaan.

  Akhirnya, dokter keluar dari ruang pemeriksaan dan Suga segera mendekat. "Bagaimana keadaannya, dok?"

  Dokter mengangguk pelan. "Melalui hasil tes darah yang dilakukan menunjukkan bahwa istri anda sedang hamil"

  "Hah?!" Suga terkejut. Setahu Suga, Rose tidak memiliki pasangan. Jadi siapa ayahnya?

  "Dia sedang hamil tapi terlalu stres, ini membahayakan ibu dan janinnya. Kondisi fisiknya juga lemah, tapi tidak ada masalah serius. Saya akan memberikan beberapa resep obat untuk membantu mengatasi mual yang dialaminya."

  Suga menghela napas lega. "Terima kasih, dokter. Apakah saya boleh masuk untuk menemui Rose sebentar?"

  "Tentu saja," kata dokter sambil memberi jalan pada Suga.

  Suga masuk ke dalam ruangan di mana Rose sedang berbaring di tempat tidur rumah sakit. Wajahnya terlihat pucat, tapi sedikit demi sedikit warna mulai kembali ke pipinya.

  Suga memandang Rose yang sedang terdiam, matanya kosong menatap langit-langit. Pertanyaan itu terasa berat, dan akhirnya, dia tidak bisa menahan diri lagi.

  "Rose," ucap Suga dengan hati-hati. "Maaf jika terdengar tidak sopan, tapi siapa ayah dari bayi ini?"

  Tenggorokan Rose terasa sesak, seolah-olah dia kehilangan suaranya. Tiga bulan menyembunyikan kehamilannya bukanlah hal yang mudah, dan sekarang, dihadapkan dengan pertanyaan seperti ini, dia merasakan beban yang begitu berat. Akhirnya, dia memutuskan untuk mengungkapkan kebenaran yang membebani pikirannya.

  "Jimin." Jawab Rose pelan, matanya masih terpaku ke arah kosong.

  "Jimin?" Ulang Suga, suaranya penuh dengan ketidakpercayaan. "Rose, maaf jika pertanyaanku menyinggungmu, tapi tolong jangan bercanda soal adikku."

  Rose menutup matanya, mencoba untuk tetap tegar. "Adik anda! Kim Jimin, adalah ayahnya."

  Suga terdiam, mencerna pengakuan itu. Pikirannya dipenuhi dengan perasaan bingung dan marah. Apakah benar Jimin melakukan ini? Dia tahu betapa Jimin mencintai Nayeon. Namun, Rose tidak mungkin berbohong soal sesuatu yang serius seperti ini.

  "Oh Tuhan!" Desis Suga pelan. Tanpa berkata apa pun lagi, dia meninggalkan ruangan rumah sakit, pikirannya sudah mantap untuk menemui Jimin, berharap mendapat jawaban dari semua kebingungannya.

>>>>♡<<<<
TBC

How Can He?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang