.
.
.
.
."Perusahaan sudah membuat keputusan. Sepuluh bulan lagi semuanya yang ada di sini akan debut. Kita tak punya banyak waktu untuk berbuat kesalahan."
Luce berdiri di antara delapan teman seperjuangannya yang tengah beristirahat di ruang latihan ini.
"Evaluasi tiga puluh menit lagi. Aku tak mau tau, besok kalian semua tak ada lagi kesalahan sekecil apa pun itu dalam koreo lagu pertama kita. Mengerti?" tambah Luce berwajah serius.
"Kita semua sudah berjuang sebaik mungkin," lantang Dayton sebelum melirik ke arah Jade, lalu membuang muka dengan cepat.
Jade tak tahu apa yang Dayton bicarakan, tapi dia tahu Dayton menyinggung atas ketidak mampuannya dalam menari dan menghapal gerakan dengan cepat.
"Jade!" lantang Luce.
Jade langsung berdiri, menunduk seolah dimarahi seorang guru pembimbing koreografi.
"Kenapa gerakan bahumu dua hari ini?" ucapan Luce langsung ditranslate ke bahasa Inggris oleh Ryusei.
"Maafkan aku, mungkin aku sedikit kurang bertenaga hari ini," jawab Jade terbata, dan Cyan kali ini mentranslate supaya Luce mengerti.
"Kurang bertenaga? Kami semua sama capeknya, sama kurang istirahatnya juga. Jadi, apa itu pantas menjadi sebuah alasan ketidakmampuanmu hari ini?"
"Jangan terlalu keras, Luce," potong Hwan.
"Hwan, bisakah kau pastikan tak ada satu pun yang tertinggal dalam groub kita? Apa yang akan kau lakukan jika ada satu yang tertinggal? Membiarkannya? Membuatnya merasa bersalah? Dia, harus berjuang lebih keras untuk menyamakan langkah, kau tau itu, Hwan?"
Luce bersuara tajam, dan Hwan membuang muka.
Dayton segera berdiri. "Aku tak tau harus mengajarinya dari mana. Kau tau, aku tak lancar bahasa Inggris. Mungkin, aku sudah menyerah lebih dulu saat melihat wajahnya."
"Bukankah ucapanmu terlalu kasar?" Hoshi mencela.
"Kak, kau membelanya lagi?" spontan Luce.
"Maafkan aku, aku ...." Jade terbata.
"Lagi? Yang benar saja? Bahkan aku sudah hapal apa yang akan dia ucapkan setelahnya. Sehari, dia bisa ucapkan kalimat yang sama puluhan kali."
Hyuk bermonolog, dan Ryusei serta Cyan kompak menoleh ke arahnya.
"Sayang sekali, aku belom fasih bahasa mereka," lirih Cyan dan Ryusei menatap Cyan spontan.
"Karna kita bertiga orang asing bagi mereka, makanya posisi kita bertiga yang paling susah di sini. Dan dia, yang terburuk diantara kita," lirih Cyan dengan lirikan mata ke Jade.
"Aku yakin, suatu saat nanti dia yang akan memikul groub kita. Dan kita bertiga akan lebih diunggulkan dibanding yang lainnya."
Cyan menoleh ke arah Ryusei. "Kau yakin?"
Ryusei mengangguk. "Kita harus dekat dengannya dibanding yang lain."
"Tapi ...." ucapan Cyan menggantung.
"Apa yang aku baca dari buku catatan diantara yang ada di sini. Aku yakin, itulah alasannya Jade masih dipertahankan sampai sekarang."
"Ryu, kau? Punya siapa?"
Ryusei tersenyum. "Orang yang selama ini sering marah, tapi sering membela Jade. Dia, orang yang mampu meyakinkan Luce untuk tetap mempertahankan Jade di sini. Kita tau, Luce punya berbagai cara buat singkirkan anggota yang tak sejalan dengan keinginannya sejak awal."
Cyan bermuka datar, merenungkan sesuatu.
"Kau benar, sayang sekali kita belum fasih bahasa mereka. Andai saja ...."
Ryusei menatap Cyan aneh setelah ucapan Cyan menggantung, seolah ingin mengucapkan sesuatu tapi tak jadi.
Dayton mulai melangkah pelan. "Bolehkah aku ke kamar mandi dulu?"
"Lima menit. Aku tau, kau akan konser tunggal sangat lama di sana, habiskan waktu istirahatmu," ucap Luce setengah tak suka dengan kelakuan dingin Dayton.
Dayton embuskan napas panjang sebelum kembali melangkah.
"Sebenarnya aku tak suka diatur seperti itu," lirih Dayton.
"Dia seperti itu karena tariannya paling unggul diantara kita. Kak Hoshi, kenapa yang satu itu diam-diam susah diatur?"
Luce menoleh ke Hoshi yang duduk di pojokan, sedang selonjoran kaki.
"Dia memang seperti itu, kau mau mengaturnya bagaimana lagi? Asal dia nurut dan sesuai apa yang perusahaan mau, baginya itu sudah cukup."
Luce menyapukan pandangan matanya, dengan wajah datar.
"Sepertinya, aku harus membuatnya lebih nurut lagi."
Hwan berdiri. "Luce, jangan gegabah, jangan lepas kontrol." Hwan berbalik badan menuju pintu untuk keluar ruangan.
"Kau mau ke mana!" lantang Luce.
"Hyuk," lirih Hwan yang membuat Hyuk ikut berdiri dan berjalan pergi usai menoleh ke Luce seolah berpamitan.
"Rion, pergilah beristirahat bersama Jade. Tenangkan dia," perintah Hoshi dan Orion mengangguk.
"Tidak, biar aku saja, Kak. Kami teman sekamar," potong Ryusei yang membuat Cyan melebarkan mata, seolah tak percaya ucapan Ryusei yang spontan.
"Kak Hoshi! Apa yang kau lakukan!" lantang Luce.
Ryusei tetiba saja menoleh ke Hoshi, lalu tersenyum sejenak. "Kak Hoshi, apakah kau bisa jawab jujur?"
"Apa?" spontan Hoshi berwajah serius.
"Apa aku tampan?"
"Hey! Kau mau mati? Bukankah kita semua tampan hingga perusahaan memilih kita diantara banyaknya orang yang punya mimpi seperti kita?"
Ryusei tertawa, dia tahu Hoshi bercanda dalam kalimat yang benar faktanya.
"Boleh kujawab? Aku lebih tampan darimu, Ryu," spontan Cyan sembari menepuk pundak Ryusei.
"Dasar tak mau kalah." Ryusei mengejek.
"Hey Ryu! Kau sama saja dengannya," suara Hoshi membuat Ryusei dan Cyan menoleh spontan dan saling menatap sengit.
"Jade, ayo cari makan dulu di depan, dan kembali sebelum evaluasi," ucap Ryusei yang masih menatap sengit Cyan.
"Jade, akan makan bersamaku. Bukankah kau ada kelas setelah evaluasi, Ryu? Banyak makan akan membuat matamu ngatuk. Jade, kau suka kepiting? Akan kutraktir."
Ryusei mendekatkan kepalanya ke Cyan setelah tinggikan alis. "Kau, baiknya kita pergi bertiga. Kalian makan kepiting, dan aku makan samgyeopsal. Kau lupa, kita bertiga ada kelas bahasa Korea setelah ini, bukan cuma aku saja."
"Setuju. Ah, kenapa aku lupa?" spontan Cyan lalu keduanya menoleh ke arah Luce yang tengah menuju ke tempat Hoshi.
"Kak Hoshi! Kau memanjakan anak-anak lagi!" lantang Luce geram.
"Kita harus segera memesan makanan, kalau tak mau terlambat kembali," ucap Jade sembari memandang Luce.
Bagai anak kecil, setelah melihat Hoshi mengangguk pada Jade, Cyan, Ryusei dan Jade segera berlari ke luar ruangan. Dengan sisa tenaga tanpa berganti pakaian, mereka hanya mengambil uang dan phonsel sebelum lanjut mencari makan.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Xavian
Teen FictionJade salah satu diantara orang yang memiliki mimpi itu. Berjuang dan terbang, berusaha untuk menaklukan batas kemampuan dirinya. Saat mimpi itu malah dipertemukan dengan hal kotor yang dilakukan tukang bully, mampukah Jade terus memperjuangkan mimpi...