12.

43 27 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
.
.

"Kau mau main apa, Rion?" tanya Cyan yang berjalan di sebelah Orion.

"Cyan, apa kamu sering main itu?" Jade menunjuk tempat bermain adu kekuatan pukulan.

Cyan melirik Ryusei yang berjalan di sebelah Jade, dan sedang tersenyum, banggakan diri.

"Kalau itu sudah pasti Ryu pemenangnya diantara kita."

"Kau kalah saing, Cyan," spontan Ryusei dengan tawa.

Cyan kontan berwajah murung, dan Orion tahu hal itu.

"Jade, bisa vidiokan aku dan Cyan main itu?"

Orion menunjuk ke arah tempat "Pump it up". Dia tersenyum dan menyeret lengan Cyan begitu saja.

"Kelihatannya seru. Habis itu kita main Bumper cars. Kita kalahkan mereka berdua," ucap Ryusei yang melingkarkan lengannya di bahu Jade.

Jaden sedikit berwajah murung. "Harusnya aku berlatih, bukan di sini. Atau, setidaknya menghapal lirik lagu. Aku harus segera sinkronkan gerakanku. Aku masih belum menjiwai semua gerakannya, Ryu. Bagaimana ini?"

Jade setengah merengek bagai anak kecil yang hendak menangis. Terlebih mata bulatnya kini sempurna mulai berkaca-kaca. Kecemasan membuat wajahnya penuh ketakutan.

Ryusei hilangkan senyuman dari wajahnya untuk segera beralih menenangkan Jade dengan menepuk punggungnnya.

"Ey, tenangkan dirimu. Jangan takut, okey? Ingat, semuanya bisa berantakan kalau kau cemas. Kau butuh rileks sebentar sebelum latihan maraton. Ini lebih efisien, singkirkan stres sebentar untuk refresh lagi. Kau setuju? Ayolah, ini untuk Cyan juga. Kau mau dia marah? Sebentar saja, paling lama cuman 2 jam. Setidaknya dukung usaha Cyan yang akhirnya bisa membuat perusahaan memperbolehkan kita liburan sebentar ditengah padatnya jadwal menjelang debut."

Jade menunduk dan mengangguk sembari menyeka sisa embun matanya, lalu menatap Cyan dan Orion sejenak sebelum kembali menoleh ke Ryusei dengan senyuman lebar kembali.

"Oke, Bro! Pantas saja hari ini Cyan memaksa kita pakai seragam SMA untuk bermain ke tempat ini. Apa ini untuk konten? Perusahaan mungkin  tak mau sia-siakan kesempatan ini, kan?" tanya Jade pada Ryusei.

"Tanya saja pada Pak Kim," spontan Ryusei.

Kontan Jade menoleh ke arah Pak Kim yang sejak tadi berdiri di belakang mereka berdua. Dan pria itu menggeleng cepat.

"Tak ada jadwal membuat konten hari ini. Sebaiknya, kita segera ikut mereka," ucap Pak Kim yang segera berjalan ke arah Cyan dan Orion yang tengah seru melihat sepasang kekasih tengah bermain Pump it up.

"Orangtua Cyan akrab dengan pemilik perusahaan ini. Kita tak pernah tau, kan? Entah seberapa besar investasinya, atau bahkan sahamnya di perusahaan ini? Bukankah ini hal gila, Jade? Bahkan Pak Kim saja tak tau, percayalah padaku," bisik Ryusei sebelum kedipkan sebelah mata.

"Sebenarnya aku sudah tak terlalu terkejut mendengarnya." Jade berwajah datar sebelum kembali menoleh ke Cyan dan Orion.

"Hay! Sampai kapan kalian berdua akan pacaran di sana! Aku cemburu!" lantang Cyan.

"Sialan mulutnya! Dia kira kita ini apa? Bagaimana kalau orang lain yang mendengar leluconnya, menganggap hal gila ini nyata, hah?"

Ryusei murung, dia sempat akan marah.

"Sudahlah, dia hanya bercanda, Ryu," bujuk Jade dan mengajaknya untuk mendekat ke Orion dan Cyan.

"Kau kenapa?" tanya Cyan saat ekor matanya melirik Jade yang sejak tadi hanya diam.

Arah pandang Jade memang mencurigakan, tertuju ke arah beberapa pria yang berdiri tak jauh dari tempat ini.

"Cyan, Jade kenapa?"

Orion berjalan mendekat. Menatap Cyan dan Jade, lalu menoleh ke arah pandang mereka.

Spontan, Orion ikut melebarkan mata sejenak dengan tangan mulai gemetar ringan. Mata cemasnya mulai berkaca-kaca. Orion menunduk cemas, lalu berbalik badan dan mendekat ke Ryusei.

"Sepertinya, kita harus segera meninggalkan tempat ini."

"Ada apa, Rion? Apa ada yang mengganggumu?" Ryusei melihat gelagat aneh Orion, lalu berpindah ke Jade. "Kalian, kenapa?" tambah Ryusei sebelum menatap Cyan penuh tanya.

"Ada yang tak beres dengan mereka," spontan Cyan. "Mereka, perundung. Ah sial, dulunya mereka sangat keterlaluan pada Rion. Dan luka bahu Jade, ulah mereka."

Jade menoleh, begitu pula Orion, lalu keduanya kompak berkata, "Bagaimana bisa kamu tau?"

Pak Kim segera mendekat, berwajah tak bersahabat dan bersuara dingin. "Lebih baik kita pulang sekarang. Aku tak mau berurusan dengan anak berandalan di sini. Kita tak bisa ambil keputusan dengan cepat di sini."

Cyan berwajah tajam. "Bisa."

"Jangan! Kita sebentar lagi debut, ingat itu, Cyan," cepat Jade.

"Benar. Saat ini tak bermasalah adalah hal terpenting bagi kita," tambah Orion. "Kita pergi saja."

Orion menggandeng tangan Jade untuk diajaknya segera meninggalkan tempat ini.

"Kalian mau menyerah dengan mereka yang menginjak-nginjak?" dingin Cyan yang membuat Orion dan Jade hentikan langkah, sedang Ryusei bingung mencoba mencerna apa yang  terjadi.

"Aku tau semuanya, dan itu menyakitkan, bukan?" tambah Cyan yang kini bermata merah.

Ryusei menepuk bahu Cyan. "Kau mau membuka rahasiamu pada mereka juga?"

Cyan tetiba saja bernapas cepat, menunduk dan cemas. "Apa, aku akan ketahuan?"

"Hey orang asing!" latang pria yang membuat Jade dan Orion melebarkan mata sebelum berbalik badan. Keduanya segera berjalan cepat meninggalkan tempat ini.

"Kami akan memperlambatnya, kalian pergilah dulu," ucap Ryusei menoleh pada Pak Kim, seolah mengajaknya untuk hentikan brandalan itu.

"Tidak Ryu, pergilah bersama mereka," spontan Pak Kim. "Aku sudah menghubungi orang untuk membantuku mengusir mereka."

"Kita di sini sebentar untuk memastikan hal itu," dingin Cyan yang berdiri di sebelah Ryusei dan menatap tajam ke brandalan itu.

"Teman mana yang mau meninggalkan sahabatnya di sini melawan mereka?" Jade tetiba saja berdiri di sebelah Cyan.

"Kenapa kau kembali?" Cyan berwajah murka.

"Benar, kenapa harus ada yang sengaja tertinggal di sini? Padahal kita datang bersama, pulang pun juga harus bersama." Orion berdiri di sebelah Jade, menatap lurus ke brandalan yang tengah berjalan.

"Orion! Kau sudah gila?" lantang Cyan karena di benaknya dia melihat bagaimana dulu Orion tersiksa saat berada di sekolah yang sama dengan tiga brandalan itu.

Nam tertawa melihat Orion, begitu pula Jo dan Han.

"Rupanya, kau berteman sama orang asing ini, Gyumin?" ucap Nam memandang Orion dengan tawa.

"Mereka bertiga sampah!" dengus Cyan.

***

XavianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang