17.

18 8 2
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
.
.

"Hari ini, semuanya sempurna kecuali Jade!" lantang pelatih koreografi yang kali ini berdiri di depan, sedang yang lainnya selonjoran kaki.

Mata tajam Luce tertuju pada Jade.

"Jade, ke sini," tangan pelatih itu menyuruh Jade berdiri di sebelahnya.

Jade berdiri dengan wajah gusar. Sedang Ryusei dan Cyan menatapnya dengan sorot was-was.

"Maafkan anggota kami, dia sedikit mengalami gangguan bahu akhir-akhir ini," lantang Dayton bersuara dingin.

Kontan hal itu membuat Jade menatapnya sejenak sebelum meneruskan langkah ke arah pelatih.

"Benarkah? Kenapa lagi? Padahal beberapa hari ini sudah sembuh, kan?" tanya pria itu sembari meminta penjelasan dari Jade.

Jade menunduk. "Maafkan kelalaian saya."

"Bagaimana kau ini? Kalau terus begini bagaimana dengan teman lainnya? Apa pihak perusahaan sudah tau hal ini? Kalau dibiarkan kau akan menghambat yang lain."

"Maafkan saya," lirih Jade menunduk dalam.

"Luce!" lantang pelatih itu yang membuat Luce segera mendekat.

"Luce, aku tak mau tau. Kau dan yang lainnya pikirkan bagaimana caranya buat pria asing ini segera pulih dan cepat mengejar ketertinggalan. Kalau terus begini, bagaimana kalian bisa cepat matang, hah?"

Luce menunduk dan mengangguk. "Baik, saya mengerti. Maafkan anggota kami yang merepotkan Anda. Kami akan lebih menghargai waktu, tenaga dan pelajaran yang Anda berikan."

Pelatih itu menepuk bahu Luce. "Benar, beginilah sikap idol yang seharusnya. Rendah hati, instospeksi diri, mau menerima kritik dan merubah diri untuk kesempurnaan. PR terbesarmu adalah dia. Aku tinggal dulu."

Pria itu pergi begitu saja. Meninggalkan wajah gugup Jade, wajah kesal Luce, dan wajah anggota lain yang tak bisa diartikan.

Luce berbalik badan. "Ryu, sebenarnya Jade luka apa dan karena apa? Apa lukanya yang kemarin itu belum sembuh?" lantang Luce meski matanya mengarah tajam ke Jade.

"Di-di-dia ...." Ryusei terbata.

Cyan embuskan napas panjang, dia merasa sudah tak sanggup lagi menutupi apa yang sebenarnya terjadi pada Jade.

"Dia menyelamatkanku, Kak," lantang Orion yang membuat Luce dan anggota lainnya menoleh dan menatapnya tajam.

"Dari?" spontan Hoshi yang tak habis pikir kenapa Orion berbohong kali ini.

"Da-dari ...."

"Rion terpeleset saat menaiki anak tangga. Di belakangnya ada aku dan Jade. Tubuh Rion membuat Jade ikut terjatuh dan bahunya kena," sambung Hwan dingin, meneruskan ucapan Orion.

"Pahlawan meskipun berbohong," lirih Cyan menatap Ryusei.

"Dia, lukanya sedikit parah akibat luka baru di tempat yang sama. Jadi, lebih baik Jade beristirahat dulu untuk latihan menari," dingin Dayton yang kali ini memilih merebahkan tubuhnya di lantai.

"Sepertinya, dia merasa tak enak kalau tak ikut latihan. Apa itu alasannya tetap berlatih?" tanya Hoshi yang membuat Jade semakin menunduk dalam setelah Ryusei mengartikannya untuk Jade.

"Ah, kalian ceroboh sekali!" lantang Luce tak terima. "Kalau begini, bagaimana bisa kalian jadi idol?"

"Ta-tapi ini bukan hanya salah Jade dan Orion. Ini kecelakaan Kak Luce," ucap Hyuk yang menatap Jade iba.

"Dia masih berusaha keras untuk mengejar ketertinggalan meski terluka. Dia tak memanjakan tubuhnya karna dia pikir bahunya hanya sedikit nyeri saja. Bahkan, dia rela habiskan waktu lebih lama untuk di ruang ini dan berlatih bersama Dayton."

Ucapan Hyuk terdengar parau, dia menahan tangis sembari menoleh ke Dayton.

"Aku sudah menjalankan tugasku sebisa mungkin, begitu juga Jade. Jadi, jangan salahkan keadaan, Kak Luce. Hal ini tak pernah dikehendaki siapa pun. Percuma memaksa dan menyalahkan," dingin Dayton masih dengan merebahkan tubuhnya.

"Maksudmu keadaan ini dimaklumi begitu saja? Kalau begini, kapan kalian akan bergerak maju? Kapan kalian berpikir untuk lebih bisa jaga diri dan tubuhmu supaya tak cidera dan terluka? Kau lupa, kesehatan dan keadaan fisik itu yang paling utama!" lantang Luce sembari bermata tajam ke Dayton.

Dayton duduk. "Semuanya tau hal itu. Kenapa kau marah padaku? Kenapa kau mengkambing hitamkanku?"

"Karna kau membela!" bentak Luce

"Membela siapa? Aku berkata apa adanya," spontan Dayton tak terima.

"Sudahlah, Luce," ucap Hoshi menengahi.

"Ini salahku Kak Luce. Maafkan aku, jangan salahkan Jade," gugup Orion.

"Maka kau juga harus bertanggungjawab memperbaiki semuanya, Rion!" geram Luce.

"Kenapa kau tak sadar kalau ini kecelakaan, dan tetap memperpanjang masalah? Apa kau pemimpin perusahaan hingga bebas memarahi anggota seperti ini?" Dayton membuang muka malas setelah menatap tajam Luce dan tersenyum kesal.

"Dayton, ini akan berakhir dengan buruk kalau diteruskan," lirih Hwan.

"Kau benar, Hwan," lirih Dayton yang melirik Hwan.

"Perlu berapa kali kubilang, kesehatan kita itu aset perusahaan. Kau mau perusahaan mengira rugi telah berinvestasi? Kau harus ingat, berapa calon idol yang mengantri mendapatkan kesempatan yang sama dengan kita. Kau mau digantikan?"

Luce berapi-api, lalu dia menoleh ke Jade. "Ingat, seberapa baiknya kau, pikirkanlah keadaanmu dulu. Tubuhmu! Kesehatanmu! Kalau begini, bagaimana bisa kau mengejar ketertinggalan? Kau mau menyerah di sini?"

"Maafkan aku, akan kuingat hal itu," pelan Jade.

"Bukan itu yang harus kau ucapkan padaku! Ucapkan itu pada tubuhmu sendiri supaya kau tak lagi melukainya! Kau merugikan dirimu sendiri! Baik hati itu boleh, tapi juga pikirkan tubuhmu! Tubuh yang harusnya kau siapkan untuk jadi idol! Kau mengerti sekarang?"

Luce yang seolah terbawa emosi untuk menyadarkan Jade ini, membuat Hoshi segera mendekatinya.

"Luce, sudah cukup," ucap Hoshi.

"Luce, caramu menyadarkan Jade, sudah melewati batas," lantang Hwan yang berdiri menatap Luce tajam.

Dayton terkekeh. "Kau memperkeruh keadaan, Hwan. Harusnya kita diam untuk meredam semuanya."

"Apanya yang lucu sampai kau tertawa seperti itu, Dayton!" lantang Luce.

Ryusei dan Cyan yang sejak tadi diam, bingung harus kemana lagi mengarahkan sorot mata.

"Jangan bertengkar," lirih Hyuk menatap Hwan.

"Kau! Ke rumah sakit sekarang!" Luce menatap tajam Jade. "Orion! Antar dia menemui Pak Kim!"

Luce pergi begitu saja dari ruangan ini.

"Gila, benar-benar menyeramkan," lirih Cyan.

Ryusei segera berdiri mendekati Jade yang rupanya sudah menitikan air mata.

"Kau menangis?" ucap Ryusei sembari mengintip wajah Jade.

Dayton menatap Jade cemas, sebelum menggeleng kepala dengan senyuman. "Yang benar saja. Jade menangis sungguhan?"

***

XavianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang