13.

47 27 2
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
.
.

"Pak Kim," ucap Ryusei saat mobil ini berhenti di tempat parkir gedung.

Keempat pria yang duduk di belakang kemudi ini sejak keluar dari rumah sakit, tak keluarkan suara sedikit pun.

Hanya saling curi pandang sesekali dengan segala pikiran yang minta penjelasan secepat mungkin.

"Harusnya kau jadi altet Taekwondo saja. Bakatmu akan lebih cepat terlihat di sana, Ryu," jawab Pak Kim sebelum embuskan napas panjang dan mengajak sopir keluar dari mobil.

Mobil seketika bersuasana canggung. Ryusei menunduk bingung dan susah memulai menjelaskan dari mana.

Orion yang melirik Ryusei, berganti melirik Cyan yang sejak tadi hanya melebarkan mata tak percaya, seolah dia menemukan banyak hal yang dia baca dari pikiran orang yang ada di mobil ini.

"Ah! Sialan, kenapa jadi canggung begini?" Ryusei menggerutu, dia menepuk pundak Cyan. "Ada apa denganmu?"

Sayangnya Cyan hanya mematung dengan tatapan mata aneh. Cyan, bagai tak bisa diajak bicara kali ini. Hal itu membuat Ryusei mendengus pasrah dan gelengkan kepala lagi.

"Jade, Rion, tolonglah. Ini juga menggangguku. Jangan biarkan otakku mencari jawaban liar sendiri. Kau tak lihat? Kita punya luka yang sama. Wajah tampanku, tubuhku memar. Cyan juga sama. Gimana kita hadapi Luce dan Kak Hoshi kalau begini? Semua pasti bertanya kenapa bisa dan tak mampu menjaga diri? Kenapa bisa berurusan dengan mereka."

"Dan kenapa kau gunakan emosi sesaatmu untuk melawan balik mereka, sampai tumbang," cepat Cyan yang membuat Ryusei meringis bersalah.

"Ah, maafkan aku," spontan Jade menunduk dalam penuh penyesalan.

"Kau tak bersalah, Jade," spontan Orion.

"Kenapa kita harus berurusan dengan mereka saat kita tak punya waktu banyak begini? Ini akan menjadi bom waktu yang sempurna buat kita. Mereka bisa saja lakukan pemerasan," sungut Cyan yang sandarkan kepalanya di kaca jendela mobil.

"Ketampanan kita tertutupi lebam saat ini, Cyan. Oya Jade, bagaimana bahumu? Kau mendapat luka baru di tempat yang sama."

Tangan Ryusei mendekati bahu Jade, tapi Jade memegangnya pelan.

"Aku tak apa-apa," gugup Jade.

"Bukankah seharusnya tadi, kepalamu juga kena? Apa hanya aku yang salah lihat? Bagaimana menurut kalian berdua? Kalian juga melihatnya?" Ryusei menoleh ke Orion, lalu berganti ke Cyan.

Cyan embuskan napas, dia terlihat memendam sesuatu yang membuatnya terkejut saat ini.

"A-a-aku juga melihatnya." Orion terbata.

Cyan embuskan napas panjang lagi. "Bagaimana kalau saat ini kita saling terus terang satu sama lain? Ada yang aneh, entah ini warna energi, warna aura, atau vibrasi? Hijau kebiruan."

XavianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang