.
.
.
.
."Bukankah yang tadi itu sudah keterlaluan?" ucap Dayton saat dia berpapasan dengan Luce di salah satu lorong lantai dua ini.
Luce menoleh spontan. "Jade?"
"Saat para anggota tengah sibuk saling mengenal dan mempererat hubungan satu sama lain, tapi apa yang kau lalukan? Kau kalah Luce. Kau satu-satunya orang yang melanggar aturanmu sendiri saat ini."
Dayton bersedekap tangan dengan tatapan kesal. Sedang Luce segera menoleh dan berjalan mendekati Dayton dengan pelan dan tatapan tajam.
"Kalah? Melanggar yang mana?" Luce hentikan langkah dengan bersedekap tangan.
"Kau hanya mendekati satu-dua orang anggota saja. Bahkan, kau tak coba akrab denganku, bagaimana kau bisa akrab dengan anggota asing? Kau, terlalu pemilih. Kita hidup dan berjuang bersama, bukan hanya demi kesempurnaan saja, tapi harusnya ada rasa persahabatan yang setara dengan rasa kekeluargaan dan saling bergantung. Bukankah itu yang perusahaan selama ini tekankan pada tiap anggota?"
Luce mengangguk. "Kau mau menggantikan posisiku jadi leader?" tajam Luce.
Dayton embuskan napas panjang dan membuang muka.
"Itu bukan alasan. Bukankah sejak awal pengumuman anggota yang akan didebutkan, perusahaan sudah menjelaskan, bahwa satu saja ada anggota yang berubah pikiran, maka konsep dan yang lainnya juga akan berubah? Dari sana perusahaan juga menjelaskan, debut bisa saja ditunda sampai ada konsep baru. Bahkan, bisa saja kita gagal debut andai perusahaan tak temukan konsep baru sesuai keinginan mereka. Kau lupa itu?"
Luce tak menurunkan tingkat ketajaman sorot matanya untuk Dayton setelah mendengarnya.
"Lalu, kau mau apa? Biarkan salah satu anggota kita tertinggal dan dia merasa bersalah? Kau mau dia tak segera samakan langkah untuk mengejar ketertinggalannya?"
"Apa menurutmu, ucapanmu itu sudah layak untuk Jade?" cepat Dayton dengan mata tajam.
"Lalu aku harus bilang apa yang layak? Bukankah ucapanku bisa memotivasinya untuk segera bergegas? Memotivasinya, bahwa ini bukan hanya kesalahannya pada tubuhnya, tapi juga pada anggota lainnya. Tanggung jawab itu bukan hanya untuk tubuhnya, tapi juga untuk anggota lainnya. Dari sini, ada yang kurang kau mengerti?"
Dayton berkerut alis mendengarnya.
"Sudah jelas, kau tak menjalankan tugas untuk segera dekat dengan anggota lain. Terutama Jade. Kau bahkan tak tau bagaimana karakternya yang lembut dan polos. Kalau ucapanmu sampai membuatnya mundur detik ini, apa kau bisa tanggung jawab?"
Ucapan Dayton kali ini seketika bisa membuat mata tajam Luce melunak. Luce membuang muka kesalnya.
"Kau menyalahkanku yang mencoba memotivasinya? Harusnya dia berterima kasih padaku karena sudah mengingatkannya. Kalau tak begini, dia akan terus tertinggal, akan terus kekusahan untuk belajar cepat dan samakan langkah. Rasa tanggung jawab itu, mungkin saja tak akan dia junjung tinggi dan menomor satukannya. Dayton, bagaimana kalau kau ambil alih saja tugasku sebagai leader, hah?"
Luce kembali menatap Dayton, kali ini dengan tatapan menantang.
"Itu bukan gayaku," dingin Dayton.
"Benar, itu bukan gayamu. Dan beginilah gayaku dan caraku memotivasi anggota kita. Mencapai tujuan sesempurna mungkin dan secepat mungkin untuk hasilkan keuntungan."
Luce berbalik badan dan melangkah pergi.
"Kau setidaknya harus lebih dekat lagi ke anggota asing. Kau selama ini hanya dekat dengan Cyan, memanfaatkan kekuasaan ayahnya."
Kontan mendengar ucapan itu, langkah Luce terhenti seketika. Lalu, Luce tersenyum lebar dan menoleh ke Dayton.
"Kau benar, aku dekat dengan Cyan karena ayahnya orang penting di sini. Apakah salah tindakanku? Lalu, kau juga akan menyalahkanku yang menggunakan kesempatan hasil jerih payahku itu untuk memohon izin supaya boleh meng-cover lagu dengan dua anggota asing lainnya? Menurutmu, kenapa aku mengajak dua anggota asing, kenapa tak yang lain, hah?"
Dayton membuang muka malas. "Sialan."
"Sekarang, kau tau kegunaan memilih teman? Kegunaan punya koneksi? Maka akan kugunakan keduanya untuk dekat dengan anggota sesuai gayaku, sesuai perintahku, sesuai tujuan perusahaan, sesuai tujuan kita bersama, untuk keuntungan kita semua. Dari sini, kau tau kegunaan memiliki teman sepertiku? Ada yang kurang jelas?"
"Jujur saja, sebenarnya kau terlalu aneh," spontan Dayton.
"Bukankah kita sama?" cepat Luce.
"Dan sebenarnya aku tak suka kau. Gayamu, karaktermu, gaya bicaramu, gaya berpikirmu, semuanya."
"Dayton, kau akan mengulang kalimat kebencianmu padaku sampai kapan? Sampai tua, atau sampai kita sudah sama-sama tak berada di perusahaan ini? Tenang saja, aku sudah menganggap ucapanmu itu hal biasa dan lumrah."
Luce kembali berjalan menjauh, dan Dayton menatapnya kesal. Dalam lima langkah, Luce berhenti sejenak, lalu kembali menoleh ke Dayton.
"Aku tak dekat dan akrab denganmu? Dengan anggota lainnya? Kau yakin hal itu? Kau lupa, siapa yang memilihkan nama panggung Dayton padamu. Pada anggota lainnya? Bahkan, aku memberikan nama yang memiliki arti yang sama dengan nama panggungku. Cahaya terang yang indah. Dayton, Luce, Hwan, Hyuk, Orion, artinya sama. Kak Hoshi bintang, dan Ryusei meteor. Cyan warna hijau kebiruan, dan Jade, giok keberuntungan. Aku memikirkan semuanya, kesuksesan semuanya, untuk kebaikan semuanya, supaya dikenal dan dikenang. Seperti cahaya terang yang dipancarkan dari bintang, dari meteor yang mendarat di Bumi, berwarna hijau kebiruan."
Dayton hanya tinggikan alis tak percaya mendengarnya. Luce memang unik, seunik caranya yang bahkan tak terpikirkan oleh anggota lainnya.
Senyuman Luce saat mengucapkan seluruh kalimat itu segera luntur, lalu kembali berjalan menjauhi Dayton.
"Kau terlalu kaku dan keras kepala seperti ayahku, Luce. Itulah mengapa aku membenci apa pun tentang kelakuan dan caramu," gumam Dayton.
"Minta maaflah pada Jade!" lantang Dayton yang hanya mendapat acungan jempol dari Luce.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Xavian
Teen FictionJade salah satu diantara orang yang memiliki mimpi itu. Berjuang dan terbang, berusaha untuk menaklukan batas kemampuan dirinya. Saat mimpi itu malah dipertemukan dengan hal kotor yang dilakukan tukang bully, mampukah Jade terus memperjuangkan mimpi...