7.

84 56 8
                                    

.
.
.
.
.

"Hwan kau tau jadwal hari ini siapa yang bersihkan dapur?"

Hyuk bertanya saat memasuki ruang kamar, di mana Hwan sedang memilih pakaian di almari sebelah ranjangnya.

"Jadwal? Kenapa dengan dapur?" Hwan mencoba mengingat meski sedang memilih pakaian.

"Berantakan sekali. Sudah bersih, tapi dia menempatkan barang tak di tempatnya. Pasti anggota asing. Antara Ryu yang ceroboh itu, atau Jade yang sering linglung."

Hwan tersenyum dan menutup pintu lemari. Lalu berjalan mendekati Hyuk.

"Mereka memang perlu banyak belajar dan adaptasi di negara kita."

"Apa di negara mereka terlalu semrawut seperti itu? Apa tak bisa mereka kerjakan dengan rapi?"

Hyuk terlihat kesal, dia memang si paling rajin bersih-bersih, anti melihat hal kotor dan tak rapi sesuai tempatnya semula.

Hwan tersenyum. "Hyuk, percayalah sudah ada yang mengatasi hal itu. Bersabarlah selagi mereka belajar. Sama seperti saat kita masih kecil yang tak tau apa-apa. Bukankah orangtua dan lingkungan kita rajin mengajari hal itu hingga menjadi kebiasaan?"

Hyuk embuskan napas panjang. "Siapa? Kak Hoshi lagi? Ah, aku memang selalu kesal kenapa anggota asing selalu ceroboh dan tak bisa rapi. Kecuali Cyan."

Hwan tersenyum. "Cyan memang dari keluarga kaya. Dia sudah terbiasa dengan kehidupan luar negeri seperti Korea. Sudahlah, kau mau ikut?"

"Ke mana?" Hyuk spontan mengangkat kepala saat Hwan berjalan menuju pintu.

"Ke ruang latihan, aku ada janji dengan Dayton untuk gerakan yang belom kuhapal."

Hyuk menggeleng. "Aku mau rebahkan punggungku dulu sehabis mandi. Sudah hampir 24 jam punggungku tak bertemu tempat ini."

Langkah Hwan terhenti di depan pintu, lalu berbalik badan menghadap Hyuk lagi.

"Ah, aku lupa. Sebenarnya aku sudah membuat janji duluan untuk keluar sama Jade. Aku akan membatalkan janji dengan Dayton. Dayton bahkan belom tidur dua hari ini. Kau mau ikut denganku?"

Hyuk terlanjur merebahkan punggungnya di ranjang. "Jade? Ah, kurasa tidak."

Hwan berjalan mendekat, dan tangannya menyentuh kaki Hyuk.

"Ingat kata Kak Hoshi, kau harus belajar karakter itu. Kalau Jade mau beradaptasi untuk mengenal kita, kenapa kau tak juga melakukannya? Kita akan debut sebentar lagi, ingat itu."

Hyuk menggerutu dalam logat daerahnya sembari merubah posisi untuk duduk, sebelum akhirnya berdiri di hadapan Hwan.

Dia mengacak rambut belakangnya asal sebelum merapikannya kembali, lalu mengikuti Hwan yang sudah keluar ruangan.

Kalau tak dekat dan mengenal siapa Hyuk dengan benar, orang lain akan salah sangka dan mengira Hyuk adalah tukang bully, atau bahkan ketua geng yang dingin dan irit bicara.

Padahal sebenarnya, Hyuk itu penurut yang pendiam, dan jauh dari kata tukang bully.

"Dayton," ucap Hwan yang menggugah Dayton dalam kesendirian di ruang latihan ini.

"Bagian mana yang susah kau hapal?" jawab Dayton yang hentikan gerakannya untuk menoleh ke Hwan, lalu berganti ke Hyuk yang berada di sebelah Hwan.

"Maaf, aku lupa sudah lebih dulu buat janji dengan Jade."

"Baiklah. Kalau begitu aku mandi dulu. Kalau sudah selesai hubungi aku."

Dayton berjalan ke sisi kanan, mengambil ponsel di loker pojok ruang ini.

"Dalam sehari, kau mandi berapa kali?" ucapan Hyuk hentikan gerakan tangan Dayton di depan loker.

Dayton embuskan napas panjang sebelum menoleh ke Hyuk. Di sanalah Hwan tersenyum dan berjalan ke arahnya.

"Kau mau ikut?"

"Ke mana?" spontan Dayton.

"Ini lebih penting dibanding konser tunggalmu di kamar mandi," jawab Hwan.

"Kau tau alasanku konser di sana? Suaraku tertinggal jauh dari kalian semua. Rapp-ku masih terdengar aneh. Aku harus banyak belajar. Aku tak bisa fokus kalau dalam ruangan banyak orang keluarkan suara bersamaan."

"Aku mengerti, Dayton. Hanya saja kau tak tau, di telinga kami rapp-mu sudah sebagus groub lain. Bahkan, perkembanganmu yang terpesat dibandingkan aku, Hyuk, dan Cyan. Ini hanya perkara kepercayaan dirimu saja. Cyan saja sanggup, kenapa denganmu? Dia rapper, dan dari luar Korea. Sedangkan kita?" Hwan berhenti di depan Dayton.

"Akan kupikirkan hal itu. Lalu, kau mau ke mana?"

"Kau sudah mempelajari karakter itu? Kita kehabisan waktu, kau harus segera dekat dengan anggota lain, terutama anggota asing."

Dayton terlihat merenung sejenak mendengar Hwan.

"Apa yang harus kulakukan?" gumam Dayton.

"Kita makan bareng keluar. Habis itu belanja. Aku sudah mengajak Jade dan Hyuk."

Dayton segera menoleh. "Jade? Ah, sebenarnya aku kesulitan dekat dengannya karena bahasa kami. Aku sudah memikirkannya, dan hanya dengan aplikasi kami bisa berkomunikasi. Kau tau, itu menyebalkan bagiku."

Hwan bergantian melirik Hyuk dan Dayton. "Kalian harus segera beradaptasi. Kalau Jade saja mau belajar, kenapa kalian tak juga ikut belajar? Bayangkan bagaimana mental dia yang datang dari negara jauh. Belajar semuanya dari awal dan tak tau apa-apa. Sejujurnya, kalau posisiku seperti Jade, mungkin aku sudah menyerah di bidang ini."

Dayton mengangkat kepala. "Kau benar. Dia memang telah berjuang keras melangkah dua kali untuk samakan dengan langkah kita. Dia menunggu di mana?"

"Aku sudah menyuruh Jade mengajak Ryu dan Cyan untuk pergi bersama juga. Akhir-akhir ini mereka bertiga sudah lebih dulu belajar untuk mengenal lebih dekat dan kompak. Kurasa kali ini kitalah yang kalah lebih dulu."

Hyuk berjalan mendekat. "Hwan, kau benar."

***

XavianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang