Jeno menyandarkan kepalanya pada kayu rumah pohon. Ia melamun sejak satu jam lalu. Ia kesepian, bahkan mengambil libur selama dua hari untuk menenangkan diri. Jaehyun yang paham akan situasi dan perasaan hancur Jeno pun memaklumi.
Di tangan Jeno memegang sebuah kalung liontin milik Ibunya berbandul anak serigala berbulu cokelat. Embusan angin dapat Jeno rasakan seolah ikut kasihan melihat Jeno terpuruk dalam kesedihan.
Jeno turun dari rumah pohonnya. Berjalan masuk ke dalam rumah hanya untuk menangisi kenangan berharganya bersama sang nenek.
Wajah Jeno pucat karena belum makan sejak semalam. Jeno tak bernafsu sampai tidak memakan sedikit pun makanan. Ibu Donghyuck sudah memaksanya berulang kali, tetapi Jeno tetap keras kepala dan bersikukuh. Membuat ibu Donghyuck akhirnya menyerah.
Jeno membuka lemari pakaian neneknya, mencari kunci pintu besi yang sempat Ia selipkan di bawah tumpukan pakaian itu. Jeno mengambilnya dengan cepat lalu membawanya pergi. Rasa penasaran Jeno masih belum menghilang. Jeno harus membuka pintu itu.
Sampailah di belakang rumah sang nenek. Untuk sejenak Jeno memandangi pintu besi di depannya ini. Jeno mengarahkan tangannya untuk memasukkan kunci tersebut ke dalam lubang yang membuatnya mati penasaran. Di rasa berhasil diputar, Jeno pun kemudian mendorongnya. Namun, pintu itu tetap tidak bisa terbuka.
Ia mendorong kuat pintu besi itu sampai perlahan pintunya bergerak. Menimbulkan bunyi nyaring pada engsel pintu yang terbuka. Karena mungkin sudah lama tak dibuka, membuat pintu menjadi sedikit macat.
Jeno tercengang pada pemandangan di hadapannya. Ia melangkahkan kakinya masuk, sampai dirinya bisa merasakan suasana menenangkan nan sejuk dari hutan ini. Pemandangan alam yang begitu memanjakan mata mendominasi hutan yang selama ini ingin sekali Jeno ketahui.
Pepohonan menjulang tinggi, dedaunan kering menutupi tanah yang tampak seperti di musim gugur, dan jangan lupakan suara binatang asing terdengar samar. Walau hutan lumayan gelap, tetapi pemandangan ini benar-benar membuat Jeno terpukau. Ia melangkahkan kakinya semakin memasuki hutan. Tanpa menyadari jika sepasang mata semerah darah tengah memerhatikannya dari balik pohon besar.
"Ini benar-benar luar biasa," kagum Jeno. Kepalanya terus mendongak memandang ke arah langit senja yang begitu indah.
Jeno mengambil ranting kering sebagai jejak agar dirinya tidak tersesat. Ia sangat penasaran ingin masuk lebih dalam lagi guna menjelajahi suasana hutan menakjubkan ini.
Satu persatu Jeno menancapkan ranting sebagai penanda jalan. Ia terus melangkah dengan perasaan senang. Melupakan sedikit kesedihannya beberapa menit yang lalu.
Jeno sama sekali tak takut jika dirinya akan dimangsa oleh hewan buas. Sejauh ini belum ada tanda-tanda kemunculan binatang buas. Jeno justru merasa aman. Entah mengapa bisa sepercaya diri seperti itu. Instingnya mengatakan tidak akan terjadi sesuatu.
Semakin Jeno masuk ke dalam hutan sampailah akhirnya Jeno menemukan sebuah rumah. Rumah itu keseluruhannya terbuat dari kayu. Bisa jadi ada seseorang yang tinggal di sini. Hanya saja mendapati keadaan rumah yang tampak tidak baik-baik saja, Jeno ragu jikalau ada seseorang yang menghuni rumah tersebut. Kayu itu kemungkinan sudah lapuk, terlihat dari warnanya yang pudar dan separuh berlubang-lubang bak dimakan sekumpulan rayap.
Karena penasaran, Jeno pun mendekat. Jeno menyentuh gagang pintu di depannya lalu memutarnya perlahan sehingga menimbulkan bunyi. Jeno memandang isi rumah yang kosong melompong. Dugaannya salah, tak ada seorang pun yang tinggal di sini.
Karena tidak ada yang menarik, jadi Jeno memutuskan untuk pergi. Sebelum keluar sepenuhnya, langkah Jeno dibuat berhenti tatkala mendengar suara gemerincing rantai dari dalam sebuah kamar. Gesekan antar rantai tepatnya.
Jeno mengurungkan niatnya untuk berlalu. Berjalan perlahan-lahan dengan penuh waspada mendekati pintu bercat cokelat guna memastikan jika Ia hanya salah dengar.
Krieeet
Mata Jeno melebar kaget melihat sesosok lelaki terikat rantai di kedua tangan dan kaki. Bahkan leher pemuda itu juga terbelenggu bagaikan seekor hewan. Jeno mendekati lelaki asing itu, memandangnya dengan ekspresi terkejut. Sementara lelaki itu terlihat sangat lesu. Apalagi dia tidak mengenakan pakaian atas, otot perutnya terbiar sampai terlihat.
"Astaga! Siapa yang mengikatmu di sini?"
Jeno mencoba melepas rantai itu. Namun, usahanya gagal. Rantai itu sangatlah kuat, sedangkan dirinya tak tahu harus membukanya dengan apa.
Mungkin saja ada kunci yang tersimpan di antara laci-laci meja atau di dalam lemari. Jeno pun menggeledah satu per satu. Betapa terkejut dirinya mendapati tulang belulang memenuhi isi lemari ketika membukanya. Tapi Jeno segera menyingkirkan tulang itu. Ia tak melihat adanya kunci di sana, berarti kemungkinan di dalam laci. Jeno membuka laci dan dugaannya benar.
Jeno membuka rantai yang membelenggu lelaki itu. Seketika dia ambruk ke lantai. Masih dalam keadaan sadar, lelaki itu tersenyum tipis sembari menghirup banyak sekali udara.
Tapi oh tapi Jeno langsung beringsut mundur tatkala menyaksikan lelaki itu justru memberinya tatapan tajam. Jeno baru sadar pemuda itu memiliki pupil yang berbeda, tepatnya berwarna biru dan kuning keemasan. Dia menggeram bak seekor serigala yang merasa terancam dengan cakar-cakar tajam keluar dari kukunya.
But, wait, apakah orang ini manusia serugala?
Dia mendekati Jeno dalam wujud setengah serigala menguasai dirinya.
Jeno semakin mundur. Tubuhnya bergetar ketakutan saat tatapan lelaki itu memandangnya bagaikan santapan lezat.
Namun, kuku setajam jarum tadi secara mendadak berangsur-angsur menghilang. Lelaki itu meraih tangan kanan Jeno yang terdapat luka goresan. Jeno bahkan tak merasakan jika tangannya terluka.
Jeno hendak menarik tangannya, tapi segera ditahan oleh lelaki itu. Jeno terkejut ketika dia menjilati lukanya. Benda tak bertulang itu menyapu bersih darah yang keluar. Secara magis luka goresannya tertutup bak meregenerasi. Jeno terkejut, memerhatikan luka di tangannya sudah lenyap bahkan tidak ada bekas luka sedikit pun di sana.
"B-Bagimana bisa?" gumam Jeno tak percaya. Sorotnya masih memandangi tangannya. Lelaki itu juga menatap Jeno dengan senyuman manis yang tampak begitu memesona.
"Si-Siapa namamu?" tanya Jeno hati-hati.
"Taeyong, namaku Lee Taeyong!" jawabnya bersemangat.
....
Akhirnya Nono udah ketemu sama pawangnya mwehehe😋

KAMU SEDANG MEMBACA
Yuex Blues
Fanfiction[REMAKE; TaeNo Version] Banyak rahasia yang disembunyikan oleh neneknya terkait hutan di belakang rumah dan kisahnya. Pada malam setelah neneknya tiada, Jeno nekat mencari tahu ada apa dengan hutan di belakang rumah mendiang neneknya. Hingga saat di...