Jeno menggunakan telapak tangannya sebagai tumpuan dagu. Dihadapkan dengan kertas banyak serta laptop yang menyala, membuat jam tidur Jeno harus tertunda guna menyelesaikan pekerjaannya yang super banyak. Jeno menghela napasnya berat. Rasa kantuknya sudah tergantikan karena Jeno tidak akan tenang selagi pekerjaannya masih menumpuk.
Disaat sedang serius mengetik pada keyboard laptop, suara ketukan dari luar jendela mengalihkan perhatiannya. Jeno sedikit tersentak mengingat kamarnya gelap gulita. Jeno sengaja tak menyalakan lampu, sebab Ia akan tidur selepas pekerjaannya selesai nanti.
Suara ketukan itu kembali terdengar. Membuat Jeno merinding. Dalam benaknya menyebutkan jika gerangan yang mengetuk jendela adalah hantu. Tapi Jeno tak percaya hantu, bahkan jika itu hantu pun kemungkinan makhluk tersebut akan takut padanya. Jeno punya salib di lemari dan jangan lupa Jeno bisa membaca doa pengusir setan berkat belajarnya bersama pastor di gereja ketika usianya enam belas tahun. Lantas siapakah itu? Netra sipit Jeno langsung membola lebar. Jeno mulai ketakutan semisal sosok itu vampir atau manusia serigala yang tengah mengincarnya.
"Ini aku Taeyong."
Seketika Jeno bernapas lega. Pikirnya itu adalah musuh yang sedang mengintai keberadaannya, rupa-rupanya seseorang yang Jeno rindui, tapi tak dapat bertemu secara langsung. Jeno mendekat ke gorden lalu menggesernya perlahan. Ia membuka jendela yang menghubungkan samping rumah menuju jalanan.
"Kau membuatku takut! Kupikir kau vampir atau rogue yang mengetuk-ngetuk jendela. Masuklah, aku merindukanmu, hehe."
Taeyong terkekeh lantas melangkah masuk. "Mengapa kau belum tidur. Ini sudah jam sebelas malam. Apa kau membaca buku bodoh itu lagi, huh? Aku sudah mengatakan padamu untuk tidak begadang, perhatikan juga kondisi kesehatanmu, Noie."
"Aku tidak sedang membaca novel. Aku sedang menyelesaikan pekerjaanku. Besok sudah harus selesai dan aku tidak ingin dikejar deadline, yang ada atasanku akan memecatku nanti. Sebagai seorang dokter baru, aku tidak boleh bermain-main dengan pekerjaanku. Dan lagi, kenapa kau datang ke mari malam-malam sekali? Kenapa tidak sore, atau pukul enam malam?"
"Maaf. Aku hanya ingin melihat dan memastikan jika kau sudah tidur. Aku menyukai saat kau sedang tertidur sehingga aku bisa bebas memandangimu."
Jeno memukul lengan Taeyong dengan kencang. Setelahnya Ia kembali duduk di kursinya guna menyelesaikan pekerjaan yang sempat terhenti karena mengobrol dengan Taeyong.
"Kenapa tidak menyalakan lampu? Kau tidak akan bisa menulis dalam kegelapan."
"Memang benar, tapi aku tidak menulis menggunakan tangan, tetapi mengetik lewat laptop. Kecanggihan teknologi sangat mempermudah untuk melakukan apapun."
"Hm, terserah kau saja. Sekarang aku akan menemanimu sampai kau selesai dan benar-benar tidur."
Jeno mengangguk pelan. Ia kembali memfokuskan pandangan pada laptop di depannya.
"Menginaplah di sini."
"Inginnya seperti itu, tapi aku tidak bisa meninggalkan desa begitu lama. Rogue terus bermunculan dan berusaha masuk ke wilayahku. Aku berjanji setelah semuanya baik-baik saja aku akan menjemputmu, kita melangsungkan pernikahan untuk meresmikan hubungan kita berdua."
Pipi hingga telinga Jeno seketika memerah. Jeno tersenyum malu-malu sebelum kembali fokus pada pekerjaannya. Sementara Taeyong duduk di samping Jeno sembari mengamati setiap ekspresi yang Jeno tunjukkan. Karena menurutnya sangat menggemaskan.
Setelah bermenit-menit tanpa ada yang bersuara, pekerjaan Jeno akhirnya telah usai. Jeno menoleh ke samping di mana Taeyong berada. Manusia serigala itu masih tetap di posisinya sambil terus memerhatikannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yuex Blues
Fanfiction[REMAKE; TaeNo Version] Banyak rahasia yang disembunyikan oleh neneknya terkait hutan di belakang rumah dan kisahnya. Pada malam setelah neneknya tiada, Jeno nekat mencari tahu ada apa dengan hutan di belakang rumah mendiang neneknya. Hingga saat di...