Mata cantik itu terbuka. Namun, secara tiba-tiba bangkit bangun mencari keberadaan manusia serigala yang Ia khawatirkan. Jeno membuang napasnya lega saat yang dicarinya tertidur dengan menelungkupkan kepalanya pada lipatan tangan yang di letakkan di tepian kasur.
Taeyong duduk di atas karpet dan membiarkan Jeno berada di kasur, sementara si pemilik malah tidur di bawah. Saat ini Jeno berada di kamar Taeyong. Jeno pikir hari sudah menjelang pagi, ternyata dugaannya salah karena hari masih gelap.
Melihat wajah tampan Taeyong yang terlelap membuat Jeno tidak tega membangunkannya. Namun, merasakan adanya pergerakan lain, Taeyong segera membuka mata. Lelaki itu mengulas senyum menawan yang sangat indah seraya mendongak memandang sosok berwajah manis di depannya.
"Kenapa tidur di bawah?"
"Menjagamu."
Jeno tersipu mendengar satu kalimat yang keluar dari mulut Taeyong. Ia menepuk tempat kosong di sebelahnya, mengisyaratkan agar Taeyong duduk di sana.
Taeyong segera berdiri dan berpindah tempat sesuai arahan sang pujangga. "Kau baik-baik saja? Tidak ada yang terluka 'kan?" tanya Jeno berniat memeriksa tubuh Taeyong, tapi dia menahan tangan Jeno.
"Kau tahu, Jeno, seorang alpha akan melindungi pasangannya dari segala ancaman. Tak peduli seberapa bahaya ancaman itu, bahkan jika kematian mendekat, alpha tidak akan takut sekalipun. Mungkin suatu saat nanti aku akan tiada dan itu karena melindungimu."
Seketika Jeno memanyunkan bibir. Ia tak suka dengan apa yang baru saja dikatakan Taeyong padanya. Memang benar jika makhluk hidup tidak ada yang abadi, tetapi untuk manusia serigala, mereka bisa hidup beribu-ribu bahkan ratusan tahun lamanya.
"Aku tidak suka dengan perkataanmu."
Taeyong tertawa renyah. "Maafkan aku," katanya sembari menggenggam telapak tangan Jeno lalu mengecup punggung tangan itu.
Jeno mengangguk, menampilkan seulas senyuman.
•••
Jaemin menatap Mark dengan tatapan sulit diartikan. Ini aneh, luka yang didapatkan Mark bahkan tak kunjung meregenerasi, sehingga kondisi Mark tak stabil. Werewolf itu tak sadarkan diri dengan luka menganga di lehernya. Luka itu terjadi saat serigala yang menyerang Mark berhasil melukai leher bagian kanannya yang mana membuat omega itu langsung pingsan.
Cklek
Taeyong melihat sahabatnya sedang duduk di kursi dekat tempat tidur. Ia meletakkan segelas darah penuh untuknya. Siapa sangka Jaemin begitu peduli pada omega buta yang kini masih belum siuman sejak beberapa jam pertempuran usai.
"Dia akan baik-baik saja," ucap Taeyong menenangkan Jaemin.
"Aku tidak mengkhawatirkannya!"
Taeyong mengangkat acuh bahunya. Ia tahu bahwa Jaemin sedang berbohong. Hidup bersama selama bertahun-tahun membuat mereka saling mengenal sifat satu sama lain. Jadi, Taeyong tidak bodoh saat Jaemin berkata dusta sekalipun.
"Uruslah dirimu dulu, Na." Taeyong menunjuk luka goresan di lengan kiri Jaemin dengan dagunya. Ia keluar untuk menemui kedua temannya yang lain.
"Haaaah ...." Ia menghela napas panjang.
•••
Terhitung sudah hampir dua hari berlalu, tapi Mark masih belum bangun dari tidurnya. Omega itu lebih menyukai terpejam dibanding bangun dan menemui sesosok vampir yang sedang mencemaskannya saat ini.
Luka dileher Mark sudah pulih walau membutuhkan waktu beberapa jam agar bisa meregenerasi sempurna.
"Bangunlah," seru Jaemin pelan. Ia menggenggam telapak tangan Mark dan memberinya usapan-usapan lembut pada punggung tangan lelaki manis berkulit putih yang terasa hangat itu.
Gerakan samar membuat Jaemin seketika menegakkan tubuhnya. Itu dari Mark. Kelopak mata itu bergerak pelan hingga akhirnya secara perlahan terbuka. Jaemin senang, Ia sangat senang omega manis ini sadarkan diri setelah dua hari koma.
Iris hazel itu akhirnya terlihat. Keduanya hanya terdiam tak ada yang berniat membuka suara.
"J-Jaemin?"
Oke, ini sangat menggembirakan. Jaemin tiada hentinya tersenyum mendengar namanya disebut oleh Mark. Tak disangka Mark dapat mengenalinya. Tentu saja itu karena aroma vampir dan penciuman Mark yang tajam sehingga omega itu dapat merasakan kehadiran Jaemin.
"Ya?"
"B-Berapa lama?" tanyanya lirih. Pupil matanya bergerak sesekali mengerjap.
"Dua hari," jawab Jaemin lembut. Mark langsung menunjukkan wajah terkejutnya dan itu membuat Jaemin terkekeh. Wajahnya begitu menggemaskan omong-omong.
"Aku pasti merepotkanmu?" Mark bergerak resah. Ia tidak ingin berhutang budi kepada vampir menyebalkan di sebelahnya ini.
"Hei, hei, kau tidak merepotkanku sama sekali. Sekarang katakan padaku, apa bagian tubuhmu ada yang sakit atau aku panggilkan Jeno untuk memeriksamu?" tawar Jaemin. Mark segera menggeleng, Ia juga tidak ingin membuat manusia itu kerepotan mengurusnya.
"Aku sudah tidak apa-apa."
Jaemin mengangguk. "Kalau begitu tunggu di sini, aku akan mengambilkan makanan untukmu." Jaemin beranjak pergi, mengabaikan Mark yang berusaha memanggilnya agar tidak perlu merepotkan diri.
•••
Semuanya sudah hancur. Tak ada penduduk desa yang hidup. Semuanya tiada karena keberingasan Yunho dan kelompoknya yang menghancurkan peradaban. Jeno memandang sedih melihat puing-puing bangunan dari rumah pohon di belakang rumah neneknya. Bahkan ayah dan ibu kedua sepupunya pun harus menjadi korban keganasan serigala-serigala itu.
Tinggal mereka keluarga yang tersisa, tapi takdir justru berkata lain. Jeno memang masih memiliki Hyujin dan Donghyuck, tapi sayangnya mereka bukan manusia lagi.
"Maafkan aku, Jeno."
Empunya nama lantas menoleh ke belakang di mana Taeyong berdiri menatapnya.
"Tidak, kau tidak perlu meminta maaf."
Werewolf itu menunduk takut. Jeno pun menarik napasnya dalam lalu menyuruh Taeyong duduk di sebelahnya. Jika tidak begitu maka Taeyong tidak akan mau duduk dan lebih memilih berdiri di tempatnya.
"Berhenti menekuk wajahmu, Taeyongie. Kau terlihat jelek!"
"Tapi karena Yunho kau harus kehilangan keluargamu yang tersisa. Aku benar-benar menyesal." Taeyong semakin menundukkan wajahnya.
"Ulululu~ bayi besarku. Aku memang kehilangan mereka tetapi aku tidak kehilanganmu," ucap Jeno sambil merangkul pundak Taeyong. Taeyong menatapnya sedih, iris berbeda warna itu benar-benar membuat Jeno serasa terhipnotis akan keindahannya.
Jeno membulatkan matanya ketika Taeyong tiba-tiba menciumnya. Hanya saling menempelkan, sebelum akhirnya dilepaskan Taeyong guna melihat paras manis sang pujaan hati. Detik berikutnya Taeyong kembali mempertemukan bibir keduanya. Melumatnya lembut yang membuat Jeno sulit mengimbangi ciuman tersebut.
Taeyong melepaskan pagutan dirasa Jeno mulai kehabisan oksigen. Napas kedunya memburu, Jeno segera menghirup udara sebanyak-banyaknya.
"Jeno ... bolehkah?" tanyanya dengan kilatan nafsu di matanya.
Jeno sempat terperangah, tapi kemudian Ia mengangguk mengizinkan. "Lakukanlah."

KAMU SEDANG MEMBACA
Yuex Blues
Fanfic[REMAKE; TaeNo Version] Banyak rahasia yang disembunyikan oleh neneknya terkait hutan di belakang rumah dan kisahnya. Pada malam setelah neneknya tiada, Jeno nekat mencari tahu ada apa dengan hutan di belakang rumah mendiang neneknya. Hingga saat di...