"Kau tidak ada niatan untuk ikut denganku ke kota? Kita bisa hidup bersama di sana."
Taeyong tersenyum manis. Tangan kanannya terulur membelai pipi Jeno dengan gerakan lembut. "Aku sekarang seorang pemimpin, rumahku ya di desa ini. Aku masih belum bisa membaur dengan manusia dan jika malam purnama tiba, aku tidak ingin membuat kekacauan sehingga menimbulkan peperangan antara manusia dan werewolf."
"Tapi kau bisa mengunjungiku, 'kan?"
"Aku akan mengunjungimu setiap pagi hingga sore. Intinya, kau di kota bersama Jaehyun harus hidup sehat. Aku tidak suka saat kau begadang hanya untuk membaca buku bodoh itu. Noieku juga harus banyak istirahat, hm?" Taeyong memberikan pelukannya kepada Jeno. Mereka telah mendeklarasikan hubungan mereka sebagai sepasang kekasih. Jangan heran bagaimana posesifnya Taeyong saat tahu Jeno tidak mengikuti ucapannya.
Jeno hanya terkikik geli menanggapinya. "Baiklah, Alpha."
Beep! Beep!
Klakson mobil Jaehyun terdengar. Jeno segera melepas pelukannya dan dengan cepat mencuri ciuman di bibir Taeyong. Jeno segera berlari kecil sembari menyeret kopernya ke arah mobil Jaehyun.
"Kau curang, Luna," ujar Taeyong membantu Jeno memasukkan koper besarnya ke bagasi mobil.
"Hei, masih ada aku di sini. Jika ingin bermesraan jangan di hadapanku. Kalian membuatku iri, huh," cibir Jaehyun seraya memanyunkan bibir.
"Apa sebelumnya Johnny hyung tidak pernah membuat suasana romantis saat bersamamu, hyung? Wah, jahat sekali suamimu itu," gurau Jeno berakhir terkena pukulan pelan dari Jaehyun.
"Sembarangan! Sudahlah, apa semuanya sudah siap? Tidak ada yang tertinggal, 'kan?" tanya Jaehyun memastikan. Jeno tampak berpikir sejenak kemudian menggeleng.
"Aku yakin semuanya siap, kecuali satu."
Taeyong dan Jaehyun menaikan satu alis ke atas. "Apa?" tanya mereka bersamaan.
"Cintaku, dia memilih tetap tinggal," jawab Jeno memasang wajah sedih, mendramatisir keadaan yang mana membuat Taeyong tertawa terbahak, sementara Jaehyun hanya tersenyum kecut. Lelaki manis itu heran. Jeno bisa menggombal seperti itu siapa yang mengajari?
"Sudah-sudah, ayo berangkat," ucap Jaehyun.
"Hati-hati." Taeyong melambaikan tangannya kepada Jaehyun dan Jeno. Jujur, Jeno merasa sedikit tidak rela jika harus pergi sekarang. Tapi mau bagaimana lagi, teman-temannya yang ada di kota meminta Jeno kembali bekerja di rumah sakit lamanya setelah mengetahui kabar bahwa nenek Jeno telah tiada.
Setidaknya, sampai Jeno benar-benar sudah siap untuk ke jenjang pernikahan bersama Taeyong. Karena Jeno masih ragu menjalin hubungan dengan werewolf seperti Taeyong. Ia hanya takut jika alam tidak merestui sampai membuat Taeyong menderita. Bukankah werewolf dan manusia tidak akan pernah bisa bersatu? Jikapun memaksakan untuk tetap bersama, pasti dalam kehidupan akan banyak sekali permasalahan dan Jeno tidak mau sampai hal itu terjadi pada keluarga kecilnya kelak.
•••
Perjalanan dari desa ke kota tak membutuhkan waktu lama. Hanya membutuhkan satu jam empat puluh lima menit karena sempat terjadi kemacetan akibat kendala saat di lampu merah. Jeno menyeret kopernya masuk ke dalam rumah orang tuanya. Ia akan tinggal bersama Jaehyun mengingat lelaki manis yang kini tengah berbadan dua itu juga ikut menetap di kota.
Johnny sedang bertugas ke luar kota untuk satu bulan dan Jeno berjanji akan menjaga Jaehyun selama Johnny tidak ada. Terlebih Jeno juga kesepian seorang diri di rumah, jadi Ia tidak keberatan sama sekali.
"Biarkan aku saja yang mengangkatnya. Hyung duduk saja, takutnya baby dalam perutmu kenapa-kenapa karena Papanya kelelahan."
Jaehyun tersentuh. Jeno sangat baik sampai memperhatikan baik atau buruk keadaan calon bayi dalam perutnya jika Ia terlalu kelelahan mengangkat yang berat. Jaehyun pun membiarkan Jeno memindahkan barang-barangnya ke dalam.
"Terima kasih ya, Jeno. Hyung jadi tidak enak."
"Oh, ayolah, Hyung, jangan seperti itu. Kau sudah seperti Hyungku sendiri"
"Uh, manisnya. Nanti Hyung buatkan kue untukmu."
Jeno tersenyum sumringah mendengarnya.
•••
Taeyong yang kebetulan sedang berjaga di perbatasan menoleh kaget melihat dua orang werewolf; satu beta dan satu omega asing terluka. Salah satu werewolf berstatus beta memapah werewolf omega yang mendapat luka cukup parah.
"Kalian kenapa? Kemarilah!" titah Taeyong membantu keduanya.
Minho langsung menangis sejadi-jadinya. Ia berlutut memohon pertolongan kepada Taeyong. "Alpha, kumohon bantu kami. Kawanan rogue baru saja menyerang di bagian timur tebing," mohon Minho seraya berlutut di kaki Taeyong.
Bertepatan datangnya Hyunjin dan Donghyuck melihat Renjun yang sudah tak sadarkan diri dengan Minho yang berlutut sambil menangis histeris dengan luka yang perlahan mulai tertutup. Taeyong memandang kedua temannya, meminta membawa pulang kedua werewolf ini ke rumah. Kebetulan ada Mark yang memang ditugaskan untuk tetap berada di rumah.
"Aku akan mengurus rogue, bawa mereka ke rumah," titah Taeyong kemudian berlari untuk memperingatkan para rogue agar tidak mengganggu wilayahnya.
"Ayo," ajak Hyunjin sambil membopong tubuh Minho. Mereka berempat pergi meninggalkan kawasan perbatasan. Tidak aman berlama-lama berada di sana mengingat banyak sekali rogue kejam sewaktu-waktu akan masuk dan membuat kekacauan.
Sesampainya di rumah, Hyunjin membaringkan Minho di atas kasur, sedangkan Renjun kini duduk di kursi. Mark hampir memekik, tidak menyangka bisa bertemu dengan kedua temannya. Dari penciuman dan penglihatan yang Mark rasakan, sudah jelas bahwa itu Renjun dan Minho.
"Renjun?"
"Mark? Astaga! Kupikir kau sudah tiada bersama Alpha!"
Kedua teman itu berpelukan. Membuat Hyunjin dan Donghyuck mengerutkan dahi saling menatap. "Sebelumnya kalian sudah saling mengenal?" tanya Donghyuck penasaran.
Mark mengangguk. "Renjun dan Minho pernah satu kawanan denganku saat masih menjadi kelompok Alpha Yunho. Kupikir mereka berdua sudah tiada, tapi ternyata tidak. Aku sangat senang mengetahuinya. Selama ini kalian berada di mana, kalian membuatku cemas!" omel Mark.
"Jika aku menceritakannya akan selesai sepuluh BAB. Intinya, kami sempat diberi tempat tinggal oleh kelompok serigala yang baik hati lalu kami memutuskan untuk pergi. Kita tidak bisa menetap sampai merepotkan mereka terus-menerus, tapi sekarang aku bersyukur bisa bertemu denganmu lagi, Mark."
"L-Lalu, kalian tidak apa-apa, 'kan?" tanya Mark khawatir. Jelas khawatir mengetahui kondisi Minho yang luka-luka apalagi Renjun. Mark tidak ingin kedua temannya itu kenapa-kenapa.
"Aku sudah tidak apa-apa, tapi tidak tahu dengan Minho. Dia mendapat serangan yang begitu kuat saat mencoba melindungiku. Aku sangat berterima kasih kepada Alpha dan kalian berdua." Renjun tersenyum tulus menatap Hyunjin dan Donghyuck secara bergantian.
Donghyuck terdiam menyaksikan betapa manisnya sosok beta yang sedang tersenyum itu. Jujur, Ia terpesona oleh kecantikan Renjun. "Panggil aku Donghyuck saja," ucap Donghyuck setelahnya. Renjun pun mengangguk.
Tolong beritahu kepada Donghyuck bagaimana caranya agar Ia bisa menjadi manusia lagi agar Ia bisa merasakan debaran jantung yang begitu kencang seperti manusia-manusia normal saat jatuh cinta.

KAMU SEDANG MEMBACA
Yuex Blues
Fanfiction[REMAKE; TaeNo Version] Banyak rahasia yang disembunyikan oleh neneknya terkait hutan di belakang rumah dan kisahnya. Pada malam setelah neneknya tiada, Jeno nekat mencari tahu ada apa dengan hutan di belakang rumah mendiang neneknya. Hingga saat di...