"Kurasa hari semakin gelap, aku pamit pulang, ya."
Jeno membersihkan debu di pakaiannya, menatap sekilas ke arah Taeyong lalu berjalan keluar.
Taeyong masih bergeming, sampai akhirnya dia beranjak guna mengejar Jeno.
"Jeno, tunggu sebentar."
Si empunya nama menghentikan langkahnya. Berbalik badan menghadap Taeyong.
"Aku antarkan kau sampai depan perbatasan. Kupikir sesuatu yang buruk bisa saja terjadi jika kau pergi seorang diri."
"Ehm, tentu."
Keduanya berjalan beriringan. Merasakan udara di malam hari cukup sejuk saat mengenai kulit. Jeno tidak tega melihat Taeyong bertelanjang dada dan menggigil pelan karena dinginnya udara menyentuh kulitnya.
Jeno memberanikan diri menggenggam telapak tangan Taeyong guna menyalurkan rasa hangat, lebih tepatnya supaya Taeyong tidak terlalu merasakan dinginnya angin malam. Pria itu menatap Jeno dengan senyum tulusnya. Dia mengeratkan genggaman Jeno saat telapak tangan mungil nan hangat itu menyentuh permukaan kulitnya.
Mereka berdua berjalan bersama tanpa adanya pembicaraan. Keheningan mereka membuat debaran jantung Jeno terdengar pelan. Taeyong dapat mendengar jantung Jeno berdetak kencang, tetapi Ia berpura-pura tak menyadarinya.
Suara hewan samar-samar terdengar dan itu begitu menenangkan. Tidak ada tanda-tanda bahaya seperti yang neneknya katakan. Jeno rasa neneknya memang telah berbohong kepada dirinya sampai menyembunyikan hutan seindah nan tenang ini. Meski ada cerita yang menjadi kenyataan, Jeno baru bisa mempercayainya sekarang.
"Mimpi indah, Jeno," ucap Taeyong setelah sampai di depan tembok besar. Jeno tersenyum lalu mengangguk.
Lelaki manis itu menutup pintu besi. Sosok Taeyong langsung menghilang dari pandangannya saat pintu sudah tertutup. Jeno yang masih berdiri di tempatnya, memutuskan untuk membuka lagi pintu besi tersebut.
"Taeyong, ada yang ingin akㅡ"
Hilang. Taeyong sudah tidak ada di depannya. Jeno rasa manusia serigala itu sudah pergi sehingga mau tak mau Ia harus menutup pintu itu lagi. Namun, sesaat Jeno dibuat membatu di tempat tatkala merasakan sesuatu menyentuh pundaknya.
"AAAAA! HYUNJIN SIALAN!"
Sepupunya itu tertawa terpingkal-pingkal melihat ekspresi ketakutan di wajah Jeno. "Maaf, aku mengejutkanmu," ujarnya main-main sembari memegangi perutnya yang sakit karena tak bisa berhenti tertawa.
"Ada apa?!" tanya Jeno sedikit meninggikan suara. Sepertinya Hyunjin memang berencana ingin melenyapkannya dengan cara membuat dirinya terkejut sampai Ia terkena serangan jantung.
"Kemarilah, aku ingin membahas sesuatu." Suara Hyunjin tiba-tiba terdengar mengerikan. Jeno meneguk ludahnya susah melihat perbuahan ekspresi Hyunjin yang begitu menakutkan.
Jeno mengikuti Hyujin dari belakang. Lelaki yang sudah menjadi vampir itu membawanya ke sebuah ruang bawah tanah. Hei, sebelumnya Jeno tak tahu jika ada ruang bawah tanah. Yang membuat Jeno semakin terkejut adalah saat Ia melihat Donghyuck dan Jaemin sudah ada di sana sembari memandangnya tanpa ekspresi. Jeno panas dingin dibuatnya.
Ingat, saat mengetahui bahwa Jaemin juga vampir membuat Renjun agak panik tentunya. Ayolah, dirinya hanya seorang manusia biasa dan ketiga orang di hadapannya ini adalah vampir.
Bayangkan, bagaimana jika Hyunjin mengajaknya ke ruang bawah tanah karena mereka ingin mengeksekusinya? Menyedot darahnya sampai kering lalu dia mati mengenaskan? Dan yang lebih parahnya lagi Ia mati diterkam kedua sepupunya sendiri!
"Sepertinya aku harus membawamu ke gereja agar rasa ingin taumu menghilang. Kau tahu apa yang baru saja kau lakukan, Bocah?" celetuk Hyunjin bersedekap dada.
"Memangnya apa yang sudah kulakukan? Aku tidak melakukan apa-apa dan jangan memanggilku dengan sebutan bocah atau kupanggilkan pastor untuk memusnahkanmu!"
Donghyuck kemudian angkat suara, "Kau baru saja membuka pintu pembatas yang selama ini dibiarkan tertutup selama bertahun-tahun. Kau tahu mengapa tembok itu dibangun?"
Renjun menggeleng, karena Ia memang tidak tahu pasti fungsi tembok itu didirikan.
"Kurasa peperangan antara manusia serigala dan vampir sebentar lagi akan tiba. Aku berteman dengan pangeran dari bangsa mereka yaitu Lee Taeyong, Ayahnya bersumpah akan menghancurkan desa ini. Aku mempunyai ayah tiri dan dia seorang manusia seperti dirimu, yaitu Choi Siwon," jelas Jaemin.
"Alpha bernama Yunho menganggap ayahku telah menyembunyikan Taeyong. Dia berjanji akan datang bersama kelompoknya untuk menghancurkan seluruh desa. Kami para vampir berpihak kepada manusia karena aku masih tidak terima atas kematian ayah tiriku yang dihabisi oleh para bajingan itu."
"Aku mendekati Taeyong bukan karena ingin membalaskan dendamku padanya, tetapi instingku mengatakan jika Taeyong bukanlah seperti hewan-hewan sampah itu. Dia memiliki kepribadian yang menyenangkan. Ayahku merawatnya sejak serigala itu masih bayi dan aku menganggapnya seperti saudaraku sendiri."
"Aku mempunyai sumpahku sendiri, yaitu melindungi desa ini walau kematian menghampiriku. Aku belajar banyak dari Ayahku, dan manusia tidak seburuk dari yang pernah kubayangkan. Tetapi kejadian beberapa tahun lalu membuatku juga iba kepada Taeyong."
Jeno mengerutkan dahi. "Apa yang terjadi di masa lalu?" tanyanya.
"Kau ingat cerita Taeyong tadi? Manusia serigala yang melompat dari atas tebing itu adalah omega serigala yang telah melahirkannya. Ayah Taeyong melompat agar para warga desa di masa lalu tidak menghabisi anaknya. Setelah Ayahnya melompat datanglah Yunho bersama kelompoknya dengan amarah, kemudian mereka semua menyerangi satu per satu manusia hingga mereka semua tewas."
"Lalu apa yang terjadi setelah itu?"
Jaemin melanjutkan, "Satu tahun kemudian para warga desa membangun tembok itu setelah dilakukannya diskusi panjang dengan Ayahku. Nenekmu berpegang teguh menjaga tembok itu agar kawanan Yunho tidak bisa masuk. Terkadang aku berjaga di sana untuk memastikan mereka semua tidak datang."
"Pernah ada ramalan di mana akan ada seseorang membuka pintu itu dan ternyata benar, orang itu adalah dirimu, haha!" Jaemin terkekeh pelan, membuat Jeno merasa tersinggung.
"S-Sungguh? Maafkan aku, Na, a-aku tidak bermaksud seperti itu. Aku sangat penasaran, tapi tidak ada yang mau menjelaskannya padaku. Jika mereka datang, apa mereka akan menghancurkan desa? Aku menyesal, aku minta maaf telah membuat permasalahan ini semakin membesar!"
Jaemin tertawa renyah, lantas menepuk pundak Jeno agar lelaki itu tenang. "Kau menggemaskan sekali. Aku hanya bercanda, tapi mungkin dampaknya akan besar jika Yunho dan kelompoknya datang."
"Apa tidak ada cara untuk mencegahnya?" tanya Jeno panik.
"Ada," sahut Donghyuck menimpali. "Kau ditumbalkan."
![](https://img.wattpad.com/cover/370258637-288-k386682.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Yuex Blues
Fanfiction[REMAKE; TaeNo Version] Banyak rahasia yang disembunyikan oleh neneknya terkait hutan di belakang rumah dan kisahnya. Pada malam setelah neneknya tiada, Jeno nekat mencari tahu ada apa dengan hutan di belakang rumah mendiang neneknya. Hingga saat di...