Chapter 17

650 71 1
                                        

"Hahaha!"

Aku mengernyit mendengar tawa seorang anak kecil. Pandanganku mencari keberadaan anak itu. Namun, hasilnya nihil. Tempat ini terlalu asing bagiku. Mengapa semuanya terlihat putih? Ini benar-benar menyiksaku.

"Papa, kita belum selesai bermain, seharusnya kau bersembunyi setelah aku selesai menghitung."

Aku dikejutkan oleh kemunculan seorang anak laki-laki berpakaian serba. Wajahnya tak begitu jelas seakan pandanganku terkena blur oleh sesuatu. Tetapi suaranya terdengar lembut dan membuatku tanpa sadar tersenyum.

Aku ikuti permintaan anak itu sesuai instingku. Bersembunyi di balik pohon yang tiba-tiba muncul di depanku.

"3 ... 2 ... 1 ...."

Aku menahan napas ketika anak itu mulai mencari keberadaanku. Anehnya ini semua membuatku merasa gembira sehingga perlahan warna mulai bermunculan satu persatu menyesuaikan warna tanah, batu, pohon, langit biru, rumput dan lain-lain.

"Papa, aku menemukanmu!"

Aku terkejut mendapati anak itu sudah berada di belakangku. Aku tertawa, begitu juga dengannya. Kami menikmati permainan sampai seseorang yang kukenal datang sambil membawa keranjang dan tikar.

"Sudah bersenang-senangnya? Sekarang kita nikmati dengan bersantap sambil memandang keindahan alam."

Ya, dia Taeyong. Dia menggelar tikar setelah itu meletakkan keranjang anyaman berisi makanan di atas tikar. Anak itu tiba-tiba menghampiriku kemudian duduk di atas pangkuanku.

Taeyong mengeluarkan roti isi serta madu yang akan diolesi ke permukaan roti. Menyusun sebotol soda dan sebotol susu serta air putih dan puding berbentuk anak serigala menggemaskan.

"Papa, suapi aku, a~" Anak itu membuka mulutnya terlebih dulu. Aku mengambil roti yang sudah dioleskan madu kemudian menyuapi anak itu dengan perlahan.

Jiwa keibuanku tiba-tiba muncul. Dia tampak menikmati roti itu. Aku melirik Taeyong yang tersenyum memandang kami.

"Ini akan menjadi momen bahagia untuk keluarga kecil kita," tuturnya tiba-tiba.

.

.

.

.

.

"Kurasa dia mati."

"Jeno, bangunlah! Jangan mati dulu! Aku belum puas menjahilimu. "

Suara kedua sepupunya membuat Jeno membuka mata. Ia terkejut melihat objek menyebalkan tengah menatapnya tanpa wajah dosa. Oh, ayolah, Ia sedang bermimpi indah mengenai keluarga kecilnya bersama Taeyong, tapi tiba-tiba kedua vampir menyebalkan ini mengganggu semuanya.

Duagh!

"Ouchh!!"

Gotcha! Jeno menendang tepat selangkangan mereka menggunakan dua kakinya. Tendangannya pun bukan main-main sampai kedua sepupunya meringis memegangi kejantanan mereka masing-masing.

"Kau ... aishh! Aku tidak mau mengantarmu lagi saat ada acara penting sekalipun!" ancam Donghyuck kesal.

Jeno menyengir. Sungguh, tadi Ia terkejut, refleks menendang milik mereka. Salahkan Hyunjin dan Donghyuck yang tiba-tiba muncul dan membuatnya kesal di pagi hari yang cerah ini.

"Tak masalah, aku bisa meminta Taeyong untuk mengantarku, wlee!" Ia menjulurkan lidah mengejek kedua sepupunya.

Saat Hyunjin hendak menjitaknya lagi, terlebih dulu Jeno kabur menjauhi mereka. Melihat itu, Jeno pun terkekeh.

•••

Malam sunyi nan tenang, suara bising dari hewan-hewan kecil mengisi keheningan rumah kayu di tengah hutan itu. Jeno mengangkat tangannya, menengadah ke atas agar kunang-kunang hinggap. Ia tersenyum melihat dua kunang-kunang menghinggapi telapak tangannya.

Taeyong datang sembari melihat betapa indahnya paras Jeno saat terkena bias cahaya dari kunang-kunang itu. Keduanya menyunggingkan senyuman sampai Taeyong tiba-tiba menyodorkan sebuah tabung mini berisi beberapa kunang-kunang beterbangan.

"Astaga, ini sangat indah!" Jeno menjerit tertahan. Diambil tabung itu kemudian memeluknya ke dalam dekapan.

"Sepertimu," ungkapnya yang berhasil mengundang rona kemerahan di pipi Jeno.

Sementara di tempat Jaemim, sebenarnya, tidak ingin menganggu, tapi sepertinya menengahi pasangan di depan matanya itu sangat menyenangkan.

"Malam ini terlalu cerah untuk mengabadikan kisah cinta. Aku berharap turun hujan karena di sini terasa sangat panas." Sambil bersedekap dada, Jaemin berjalan malas menghampiri Taeyong dan Jeno.

"Kenapa kau kemari?" Taeyong memandang datar kedatangan Jaemin. Vampir itu tergelak sinis. Memang ya cinta membuat seseorang menjadi lupa diri.

"Aku bosan."

"Lalu Mark?"

"Dia tidur."

Ketiga orang itu duduk di teras rumah dalam diam. Suasana malam ini begitu tenang membuat batin pun terasa damai.

Yuex BluesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang