Tangan Jeno bergemetar hebat. Ia merobek pakaiannya untuk menutup darah yang keluar dari punggung Taeyong. Tidak tahu kepada siapa Jeno harus meminta pertolongan. Jaemin dan Mark pasti sudah jauh dan kini hanya tersisa dirinya dengan Taeyong yang terluka.
"Aku mohon bertahanlah. Aku akan mencari bantuan."
Jeno hendak berdiri, tapi langsung ditahan oleh Taeyong. Manusia serigala itu menggeleng, menggenggam telapak tangan Jeno yang terkena bercak darah.
"A-Aku tidak perlu dokter ataupun bantuan dari seseorang—argkhh! Bisakah kau mengeluarkan peluru di tubuhku? Aku bisa menahan sakitnya," pinta Taeyong dengan suara lirih.
"Tapi tidak ada peralatan yang memadai untuk melakukan operasi. Aku mohon biarkan aku mencari bantuan."
Taeyong menggeleng lagi. "Tidak akan ada cukup waktu jika kau mencari pertolongan. Daerah ini jauh dari pemukiman penduduk. Lakukan dengan besi itu untuk menyayat dadaku, aku bisa menahannya!"
Jeno masih tidak ingin melakukan hal berbahaya itu. Meskipun Taeyong adalah manusia serigala, seorang alpha terkuat, tetapi sangat rawan jika melakukan operasi tanpa menggunakan alat-alat yang asli. Jeno tidak ingin melakukannya dengan cara itu dan malah membuat Taeyong berakhir tiada. Jeno belum siap kehilangan Taeyong, sungguh.
"Aku tidak bisa, aku ... a-aku takut terjadi hal buruk padamu ...."
Taeyong menggeram rendah. "Jika kau tidak melakukannya, aku akan mati karena peluru ini," seru Taeyong lantang.
Jeno benar-benar tersudutkan oleh takdir mengerikan antara memilih melakukan operasi secara darurat atau membiarkan Taeyong perlahan tiada.
"Baik! Baik, aku akan melakukannya." Jeno berdiri mengambil sebuah besi tumpul yang tergeletak di belakangnya. Bersiap menyayat dada Taeyong. Perlu diketahui lagi bahwa Jeno masih ragu untuk melakukannya. Bagaimana saat ditengah operasi, tiba-tiba Taeyong tiada karena kesalahannya?
"Tae—."
"Lakukan, Jeno!"
Dengan amat sangat terpaksa, Jeno duduk di samping manusia serigala itu dan mulai mengarahkan besi itu ke dada Taeyong. Membuat sayatan vertikal memanjang tepatnya area letaknya jantung.
"Arghh!" Taeyong mengerang kesakitan. Air mata Jeno kembali mengalir keluar mendengar rintihan Taeyong yang menyiksa batinnya.
Dapat dilihat jantung Taeyong yang berdetak cepat. Jeno mengarahkan tangannya mencari benda mungil yang membuat Taeyong kesakitan.
Taeyong berulang kali menahan sakit dengan mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat. Tak peduli hal itu malah membuat kukunya melukai telapak tangannya sendiri.
Jeno berhasil menemukan peluru itu lalu mengambilnya. Sekarang tinggal menjahit sayatan itu, tapi dengan apa?
"Luka ini akan meregenerasi, kau tak perlu khawatir. Maaf telah membentakmu dan terima kasih sudah membantuku." Taeyong mulai bernapas dengan teratur. Sementara Jeno mengusapkan lengan bajunya untuk menghapus air mata yang sedari tadi tidak mau berhenti. Tangan yang digunakannya untuk menyayat dada Taeyong itu masih bergetar ketakutan.
Siapa yang tidak takut membedah tubuh manusia seolah-olah hendak membunuhnya? Sebagai dokter bedah, terkadang Jeno masih merasa ngeri oleh organ dalam manusia setelah membuat sayatan pembedahan, apalagi sampai memasukkan tangan ke dalam organ untuk mencari permasalahan dilakukannya pembedahan. Walaupun terbalut sarung tangan steril, Jeno diselimuti rasa takut tak dapat menyelamatkan pasiennya.
Perlahan-lahan luka sayatan di dada Taeyong menutup. Regenerasinya sangat cepat dan itu membuat Jeno bernapas lega. Taeyong bangkit duduk, memandang wajah manis Jeno lalu menarik tubuh itu untuk dipeluknya erat. Lagi dan lagi, Jeno kembali menangis tersendu-sendu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Yuex Blues
Fanfiction[REMAKE; TaeNo Version] Banyak rahasia yang disembunyikan oleh neneknya terkait hutan di belakang rumah dan kisahnya. Pada malam setelah neneknya tiada, Jeno nekat mencari tahu ada apa dengan hutan di belakang rumah mendiang neneknya. Hingga saat di...