BETTER THING

811 108 7
                                    








Ingat ini hanya fiksi, semua muse tidak ada sangkut pautnya dengan tokoh di dunia nyata!




















JiMin terbangun di jam 3 pagi, merasa tenggorokannya begitu kering, ia menoleh ke seberangnya yang terhalang meja kaca. Aeri masih tertidur, dengan mulut terbuka dan satu kakinya naik ke sofa. JiMin menghela nafas, kepalanya juga terasa berputar, kemarin, setelah Winter tertidur, ia dan Aeri benar- benar minum.

Menikmati wine sambil bercerita banyak hal, kebanyakan tentang ke khawatiran JiMin akan Winter. JiMin tak terlalu takut seandainya ia keceplosan soal Winter yang sebenarnya.

Toh nantinya, Aeri hanya akan meledeknya karena mengkhayal.

JiMin berdiri, dirinya masih sempoyongan, berjalan menuju dapur untuk menuntaskan dahaganya. JiMin mengambil air mineral kemasan dari lemari pendingin. Ia takjub dengan ukuran juga isi lemari pendingin milik Aeri.

JiMin jadi tersenyum getir. Kehidupannya dan kehidupan Aeri begitu berbeda, tapi Aeri bisa tidak membuat JiMin merasa rendah diri. JiMin sadar, ia hanya seorang yatim piatu yang miskin.

JiMin bawa botol minumnya, ia ingin menengok sejenak Winter yang tidur di kamar Aeri. JiMin buka pintunya sepelan mungkin, ia melongok, hanya memunculkan kepalanya.

Ia tersenyum teduh, Winter tertidur pulas, JiMin lega karena rumah Aeri begitu hangat. Namun JiMin terkikik geli setelahnya, sepertinya Winter memindahkan semua bantal Aeri, menumpuknya di lantai. Winter malah menjadikan potato chip yang kemasannya besar sebagai bantal. Entahlah, JiMin tak mengerti kenapa Winter belum memakannya juga.

JiMin memutuskan untuk menyusul Winter, ia naik ke tempat tidur itu dengan hati- hati. Menarik Winter pelan, memindahkan potato chip-nya dan membawa kepala Winter pada lengan kirinya. JiMin tersenyum, merasakan Winter menyambut kehadirannya. Winter mendekap JiMin, naik keatasnya, memeluk seperti anak koala dan menyamankan posisinya.

JiMin ingin sekali tertawa, ini juga salah satu kebiasaan Winter, manja padanya saat tidur. JiMin mendekap tubuh mungil Winter diatas tubuhnya, menepuk pelan punggung Winter.

"Sepertinya, aku harus mencobanya." Lirih JiMin, "Tapi apa yang harus aku ceritakan di tulisanku nanti?"



















Aeri mengerjapkan matanya, sinar matahari masuk, sinarnya menyorot tepat ke wajahnya. Seluruh tubuhnya terasa sakit karena tidur di lantai, ia menengok kesebelah dimana JiMin malam tadi tertidur, namun tempatnya sudah kosong.

Mungkin ketoilet pikir Aeri.

Aeri bangun sambil memijit- mijit pundaknya, melangkah ke kamarnya, dimana Winter tidur. Dia berniat menilik gadis kecil itu.

Aeri membuka pintu kamarnya, ia melihat gundukan selimut di atas serta tumpukan bantal dibawah. Ia menguap dan menutup kembali pintunya sebelum matanya tiba- tiba membola, ia berlari kearah gundukan selimut itu dan langsung membukanya.

SURPRISE!

Winter tidur diatas JiMin, mereka berdua tidur terlelap saling mendekap.

Tiba- tiba tengkuknya terasa berat, Aeri memejamkan mata dan memijit tengkuknya.

Sebagai tuan rumah dirinya merasa tersisihkan, kamarnya sudah di dominasi orang lain. Winter tak masalah, tapi JiMin? Dia merasa dikhianati, di tinggal sendiri tidur di lantai yang dingin serta membuat sakit.

Aeri melepas dekapan tangan JiMin pada Winter, lalu ia gulingkan Winter kesamping, yang untungnya tak sampai membangunkan keduanya. Ia tarik kaki Winter agar menjauh dari JiMin. Setelah dirasa posisi Winter aman, ia langsung melompat menindih JiMin.

PYGMALION : WINTER (WINRINA) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang