LUCKY

948 106 6
                                    










Ingat ini hanya fiksi, semua muse tidak ada sangkut pautnya dengan tokoh di dunia nyata!




















JiMin tidak bisa meninggalkan Winter sendirian lagi,

satu; bisa tambah gawat kalau Winter terkontaminasi acara TV lagi.

dua; kasihan juga meninggalkan Winter seorang diri.

tiga; kalau rasa penasaran Winter muncul atau Winter merasa bosan mungkin, bisa saja dia akan membuat ulah.

JiMin mengerang frustasi, dirinya di landa gelisah harus meninggalkan Winter atau tidak. Tapi kalau mengajaknya pun, apa yang akan dia beri sebagai alasan? Meski Aeri tidak akan mempermasalahkannya.

Haruskah JiMin mengenalkan Winter sebagai sepupunya? Oh, ayolah JiMin! Kau saja anak dari panti asuhan.

Sebagai teman? Bull shit! Temannya hanya Aeri.

Ottoke?



"JiMin JiMin JiMin."

Winter berseru sambil menunjuk- nunjuk penjual odeng di pinggir jalan saat bus yang ia tumpangi bersama JiMin melewati jajaran penjual makanan. JiMin menengok pada apa yang di tunjuk Winter, penjual itu sudah terlewati dan semakin menghilang dari pandangan. JiMin tersenyum lantas menepuk pelan puncak kepala Winter yang tertutup tudung hoodie.

"Nanti kita beli, Winter."

Winter tersenyum manis sambil bertepuk tangan.

JiMin memejamkan matanya, menangis dalam hati.

"Tuhan, aku tau aku banyak dosa, tapi jangan hukum aku mati muda terkena serangan jantung"

Winter menggoyang- goyangkan kakinya, merasa senang karena JiMin menjanjikannya membeli apa yang dia minta nanti. Winter tak tahu saja, kalau JiMin tengah menahan gemas dengan tingkahnya yang kelewat menggemaskan.

Jangan- jangan, Winter memang di kirim oleh Tuhan untuk menghukumnya yang kerap kali merutuki hidup miskin yang Tuhan berikan. Winter bahkan muncul like magic, siapa orang yang akan mempercayainya, selain dirinya sendiri.


















"Annyeong, Aeri." Sapa JiMin.

"Annyeong, Aeri." Sapa Winter.

Aeri menoleh pada sosok mungil di sebelah JiMin, Aeri memberi isyarat lewat matanya pada JiMin, mempertanyakan sosok di sebelahnya. Winter hanya berdiri di sebelah JiMin sambil menikmati sate odeng di tangannya.

"Ini anak ahjumma pemilik gedung tempatku tinggal hehehehehe." Jawab JiMin sambil menggaruk tengkuknya.

Aeri memincingkan matanya tak percaya.

"Ini anak ahjumma yang datang dari Amerika hehehehe." JiMin masih menampilkan senyum kikuknya.

Kali ini Aeri memasang poker face-nya.

"Keojitmal hajimara." Ancam Aeri.

JiMin tertawa, semakin mencurigakan dimata Aeri. Aeri menarik JiMin menjauh dari Winter, seperti biasa, Winter yang tak paham hanya memiringkan kepalanya. Tapi setelah itu ia tidak peduli pada mereka, dia memilih duduk dikursi di dekatnya dan kembali menikmati sate odeng yang di belikan JiMin tadi.






"Gadis itu benar- benar anak pemilik gedung tempat kutinggal, Aeri..." bisik JiMin saat mereka sudah ada di dekat pantry.

Tapi Aeri tetap tak percaya, "Cheongmalimnika?"

PYGMALION : WINTER (WINRINA) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang