BONDING

945 87 3
                                    







Ingat ini hanya fiksi, semua muse tidak ada sangkut pautnya dengan tokoh di dunia nyata!


















1 tahun sebelum Winter muncul...

Sebuah bis berhenti saat rambu jalan berwarna merah, di sampingnya, mobil sedan berhenti. Seorang gadis di dalam mobil sedan itu menghela nafas, kepalanya yang tersandar pada jendela mobil ia tegakan. Ia menoleh keluar, di mana ada bis berwarna hijau, gadis itu menilik pada jendela bis di mana seorang gadis lain duduk di sana.

Gadis di bis itu tampak seperti sedang memeluk sesuatu, seperti hasil karya berupa patung yang belum usai, patung itu belum memiliki wajah.

Merasa di perhatikan, gadis di dalam bis menengok ke bawah, dapat ia lihat, seorang gadis dengan pakaian bagus di dalam mobil mewah sedang menatapnya. Mereka bersitatap untuk beberapa saat hingga gadis di mobil sedan melempar senyum, gadis di dalam bis terkesiap, wajahnya memerah, lantas ia kembali menatap lurus ke depan.

Untungnya bis kembali melaju sehingga gadis yang berada di dalamnya tak bertambah tersipu. Namun gadis di dalam sedan melunturkan senyumnya, seolah merasa kehilangan seorang teman.

Bis dan sedan itu melaju beriringan, sesekali bis tertinggal karena harus berhenti menaik turunkan penumpang. Namun bis dan sedan akan kembali bersebelahan, dan tentu saja si gadis bis dan si gadis sedan akan kembali bertemu. Sesekali si gadis bis akan mencuri pandang, berbeda dengan gadis satunya, dengan terang- terangan menatapnya dan memberikan senyuman.








Kim MinJeong, seorang gadis yang terlahir dari pasangan yang telah lama menantikan buah hati, dan dia terlahir saat usia pasangan itu sudah tak lagi muda. Menjadi anak tunggal yang kelahirannya begitu di tunggu, membuat hidupnya serba di batasi dengan dalih demi kebaikan sang buah hati.

Tanpa tahu, bahwa gadis itu kesepian. Memiliki seorang ayah yang jarang di rumah karena tuntutan pekerjaannya sebagai seorang dokter, juga seorang ibu kaya yang hidupnya diabdikan untuk kegiatan sosial. Kehidupannya memang bergelimang harta dan tahta, namun MinJeong kecil kesepian.

Di jauhkan dari dunia luar yang menurut ibunya begitu kejam dan kotor, membuatnya menjadi gadis lugu. Tak pernah ia menginjakan kaki di bangku sekolah, semua pendidikannya di dapat di rumah, home schooling. Temannya pun hanya satu, anak kolega ibunya, mereka pun jarang bertemu. Jika ingin keluar penthouse, MinJeong harus selalu di kawal.

Kedua orang tua MinJeong begitu menjaga putrinya, terutama sang ibu yang begitu ketat pada hidup MinJeong. Ibu itu sadar bahwa putrinya menawan, dia ingin menjauhkan semua pria yang penasaran pada MinJeong, sampai dirinya yakin suatu saat nanti dia bisa memilihkan pendamping untuk putri semata wayangnya.

Namun kembali lagi, sikap posesif kedua orang tuanya itulah yang membuatnya benar- benar kesepian. Tak mengerti apa pun yang ada di luaran sana, mengerti pun hanya lewat buku atau TV saja yang juga di batasi.

Makanya, waktu itu, waktu ia melihat gadis lain selain Ning sahabatnya, ia merasa senang. Seperti ada satu bunga yang tumbuh di hatinya yang gersang. Namun bukankah pertemuan itu hanya kebetulan yang kemungkinan terjadi lagi 1:1000?

Namun MinJeong merasa bahagia meski hanya sesaat, dia merasa ada orang lain yang menyadari keberadaannya.


















6 bulan sebelum Winter muncul...

Mobil sedan yang di tumpangi MinJeong berhenti di lampu merah. Dia baru saja kembali dari mengunjungi kakak sepupunya.

MinJeong melamun, tiba- tiba hatinya berkata untuknya menoleh keluar, ke seberang jalan sana. Ia menuruti kata hatinya, ia menoleh keseberang, seketika matanya melebar, tak percaya pada apa yang di lihatnya.

Itu gadis yang waktu itu berada di dalam bis, duduk di halte. MinJeong tersenyum bisa melihatnya lagi. Muncul perasaan tak ingin kehilangan, MinJeong keluar dari mobil,

"Agasshi? Tunggu Agasshi!" Sang supir tergesa keluar mobil.

Tanpa MinJeong tahu, rambu kembali menyala hijau.












Yu JiMin, si gadis bis, duduk di halte dengan patung hasil karyanya tergeletak di bawah kakinya. JiMin menangis, ia baru saja gagal melanjutkan pendidikannya.

Patung karyanya menjadi sia- sia.

JiMin mengusap kasar air matanya, hingga...


TIN...

BRAK!


JiMin tersentak kaget, di depannya seseorang tertabrak mobil. JiMin berdiri, ia melihat seorang gadis sudah tergeletak dengan wajah berlumuran darah. Gadis itu menatap pada JiMin dan tersenyum, dan entah kenapa air mata JiMin kembali terjatuh, ia melihat gadis itu mengulurkan tangan, seolah ingin digapai.



















Sekarang JiMin yakin dengan perasaannya. Ia bisa memberikan hatinya secara utuh pada MinJeong. Winter-nya yang ini adalah manusia nyata dan bukan sekedar sosok yang muncul di dalam mimpinya.

"Mimpi panjangku menjadi mimpi semalam milikmu, Unnie." MinJeong mendongak kebelakang, dimana JiMin memeluknya dari belakang.

JiMin sudah mandi dan kembali mengenakan pakaiannya yang telah dicuci bersih oleh ahjumma pengurus MinJeong.

"Kita berbagi mimpi yang sama, MinJeong." JiMin mencium rambut MinJeong, wanginya sama seperti dimimpi, wangi strawberry.

MinJeong menyamankan kepalanya didada JiMin, "Tapi aku tak tau kalau kita punya mimpi yang sama. Karena itu aku membuntutimu, Unnie."

JiMin mengeratkan pelukannya, "Ternyata Kau mengalami koma selama ini, dan baru menjalani terapi berjalan. Tapi Kau malah nekat untuk membuktikan mimpi kita."

MinJeong terkekeh, ia membalik tubuhnya dan naik ke pangkuan JiMin. Ia mengulum senyum dan menangkup wajah JiMin, senyuman MinJeong menular pada JiMin. Gadis yang lebih tua melepas tangkupan MinJeong, ia balik menangkup wajah gadis yang berada dipangkuannya. JiMin menghujani kecup diseluruh wajah MinJeong hingga membuat gadis itu terkikik geli.

"Boleh cium?"

JiMin tersenyum lalu mengangguk. JiMin menarik tengkuk MinJeong dan mengajaknya kedalam cumbuan, bahkan mereka menggunakan lidah dipermainan mulut mereka.

"Unnie..." bisik MinJeong yang terengah, dahinya menyatu dengan dahi JiMin.

"Hm?"

"Celana dalamku basah..." cicitnya.

Mata JiMin berkedip, ia menelan ludahnya kasar.



Bukankah ini waktu yang tepat dan tempat yang pas, malam ini mereka sedang berbagi peluk diatas ranjang MinJeong yang luas.




















Matahari mulai menampakan dirinya, sinarnya yang tak begitu menyengat masuk melalui jendela kaca kamar MinJeong yang lebar. Terlihat 2 puan tidur tengkurap dengan wajah saling berhadapan.

MinJeong tertidur pulas, wajahnya terlihat begitu kelelahan. Disebelahnya, JiMin yang bahkan tak memejamkan mata barang sesaat, setelah kegiatan panas mereka.

JiMin menatap MinJeong yang terlelap, jemarinya menari diatas punggung polos MinJeong. Katakanlah JiMin gila, ia menganggap kulit putih MinJeong sebagai kanvas kosong yang dia coret dengan kiss mark hampir diseluruh tubuh MinJeong.

JiMin tersenyum gemas, ia menusuk- nusuk pipi gembil MinJeong. JiMin beranjak, berniat mendekapnya, ia kungkung MinJeong yang masih tidur tengkurap.






BRAK!!!

"Jeongie! Appa dan eomma pulang, Sayang!"




...
















"Putriku MinJeongie...!!! Siapa Kau!!!"









(Part 🔞 ? Ada kok)



















TBC

Other kind of feedback would be very much appreciated.

PYGMALION : WINTER (WINRINA) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang