FOND SUNDAY

786 108 5
                                    








Ingat ini hanya fiksi, semua muse tidak ada sangkut pautnya dengan tokoh di dunia nyata!



















"Bissayo!"

"Bissayo!"

"Bissayo!"

Setiap kali Aeri menunjuk suatu barang pada Winter, gadis itu selalu mengatakan mahal pada barang yang di tunjuk. Entah itu baju, tas, atau apa pun, semua barang mendadak jadi mahal, hingga Aeri merasa malu pada pegawai toko yang berjaga.

Aeri curiga, pasti Winter menirukan JiMin saat sedang berbelanja. Karena JiMin juga seperti itu, jika satu barang menurutnya menarik, akan dia ambil, di lihat harganya, di taruh kembali.

Aeri memijit pangkal hidungnya, Winter mirip JiMin saat di ajak belanja.

"Winter... ini jeoryeomhaeyo..." ucap Aeri sambil menarik paksa tangan Winter untuk masuk ke salah satu store pakaian pilihannya.

"Winter tidak apa- apa, I'm crazy rich!" Masih menarik Winter yang malah berjongkok di depan toko.

"Jinjja!"

Aeri harus memutar otaknya untuk dapat membujuk Winter selama di tinggal JiMin.

JiMin tadi menitipkan Winter pada Aeri, selama di tinggal dirinya menemui Ning di apartmentnya. Tadi Winter juga sempat merengek ingin ikut, namun mengingat bagaimana kemarin Ning jatuh pingsan setelah melihat sosok asli Winter, JiMin tidak mau hal serupa terjadi.

"Winter..." akhirnya Aeri ikut berjongkok di depan store RL.

"Tadi JiMin bilang apa?"

Winter menengok pada Aeri yang telah berjongkok di sebelahnya dengan bibir ditekuk ke bawah.

"Jadi anak baik, ikuti semua yang Aeri unnie bilang..." lirih Winter.

"Kalau tidak?" Tanya Aeri masih sabar mencoba menekan emosinya.

"JiMin marah."

"Good girl." Aeri menepuk tangannya.

Aeri berdiri, lalu menarik pelan Winter yang untungnya kali ini di turuti Winter tanpa drama lagi.

"Ayo, belanja dan pergi ke salon!" Ucap Aeri bangga, "Kita buat JiMin terpesona!"

"Aku ingin makan daging Aeri unnie." Kata Winter yang mulai mengekori Aeri.

"Anaknya JiMin agak tidak tahu diri rupanya, ya?" Canda Aeri, "Tapi, kajja!"


















JiMin kembali di buat terpana, saat dirinya dipersilahkan masuk kedalam hunian milik Ning, tempat tinggal Ning adalah smart home, berbanding terbalik dengan gedung tua tempat tinggalnya. Semua interior terlihat mahal, banyak barang branded ada di sana.

Dan yang lebih membuat JiMin iri adalah kenyataan bahwa Ning menikmati ini semua seorang diri. Kedua orang tuanya ada di negara asalnya, sementara Ning di sini untuk pendidikan. Bahkan unit Ning ini di beli bukan di sewa seperti JiMin.

"JiMin unnie."

Panggil Ning saat mendapati JiMin masih berkeliling menatap kagum ke segala penjuru ruang tengah yang begitu luas. Menurutnya, ini 2 kali lebih luas dari unit milik Aeri.

"Unnie." Kembali Ning memanggilnya, kali ini dengan menyentuh lengannya.

JiMin terkesiap, "Ne."

"Duduk dulu, Unnie."

Ning menunjuk ke sofa panjang, bahkan di sana sudah tersaji minuman hangat, mungkin kopi atau coklat.

"Maaf, aku tidak membawa apa- apa." Ucap JiMin sembari membawa langkahnya kearah sofa yang di tunjuk.

PYGMALION : WINTER (WINRINA) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang