SMALL TALK

738 88 16
                                    






Ingat ini hanya fiksi, semua muse tidak ada sangkut pautnya dengan tokoh di dunia nyata!



















"JiMin!" Teriak Aeri.

Si boss keluar, ke belakang cafe di mana ada kamar JiMin dan Winter. Langkahnya terhenti saat melihat Winter berdiri seraya menunduk menghadap pohon kecil, Aeri mengernyit heran dengan tingkah ajaib gadis itu.

"JiMin!" Teriaknya lagi tapi matanya masih memincing pada Winter.

JiMin keluar dari dalam kamar, ia melihat Aeri membawa kantung plastik hitam.

"Wae?"

"Kenapa dengan Winter?" Bukannya menjawab, Aeri malah mempertanyakan polah Winter yang seperti anak kecil.

"Marah. Sudah dari pagi memberiku silent treatment, entah mencontoh siapa dia?"

"Dasar tak tau diri." Cibir Aeri, "Dia mencontohmu, Pabo!"

Oh! JiMin lupa. Benar, kemarin selama 2 hari dia yang telah mendiamkan Winter. Susah memang, Winter seperti punya sindrom pantomim, semuanya ditiru.

"Memangnya kenapa dia bisa marah?" Aeri kembali bertanya sembari menjatuhkan bokongnya di kursi dekat Winter.

JiMin turut duduk di sebelahnya, Aeri menaruh kantung plastiknya diatas meja. Suara dari kantung plastik itu membuat Winter menoleh, mengintip mereka dari pundaknya sendiri.

JiMin menghela nafas, "Keripik kentangnya aku makan."

Aeri menggeleng tak percaya, "Pantas Winter marah."

"Lagi pula kenapa tidak di makan? Malah di jadikan pajangan, di taruh di dekat TV." Kesal JiMin.

"Jinjja pabo ya, JiMin." Aeri juga ikut kesal pada JiMin.

"Jinjja pabo ya, JiMin." Ulang Winter.

JiMin dan Aeri menoleh pada Winter yang ikut mengolok JiMin, tapi masih menghadap pohon.

Aeri mendorong kepala JiMin, "Itu produk dari LYAN, tidak di jual di Korea. Keripik kentang rasa coklat dan edisi terbatas."

"Bahkan aku harus menunggu selama 2 bulan pengiriman dari Indonesia." Tambahnya.

"Pabo JiMin, baka JiMin." Winter masih mengolok JiMin.

"Aku mengalah dan kuberikan pada Winter. Baka JiMin." Kompor Aeri.

"Baka baka baka bak..."

"Winter, stop!" Marah JiMin.

Winter bertambah kesal. Dia memang berhenti mengolok JiMin tapi dia semakin jengkel, Winter berjongkok, kembali menunduk dalam dan sekarang memainkan kerikil di hadapannya.

JiMin mengerang frustasi, dia memijit pelipisnya.

"Ya Tuhan, ampunilah dosa- dosaku yang selalu mengeluh akan hidup miskin ini."

Aeri sudah terkikik geli melihat pasangan yang lebih mirip balita dan pengasuhnya.

"Jadi kenapa Kau tadi memanggilku?" JiMin teringat dengan niat awal Aeri tadi.

"Oh! Ini..." Aeri menyodorkan kantung plastik yang dibawanya tadi.

JiMin mengintip isinya, ada sepasang pakaian.

"Katanya nanti siang Kau akan bertemu dengan seorang editor 'kan?" JiMin mengangguk dan mengeluarkan pakaian itu. "Kupinjamkan pakaianku. Kau perlu tampil menarik di pertemuan pertama, JiMin."

JiMin melipat pakaian itu dan meremat kantung plastiknya, "Apa tidak ada kantung yang lebih bagus, Aeri?"

"Wae? Buatmu tidak perlu yang bagus."

PYGMALION : WINTER (WINRINA) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang