SHOCKED

884 104 9
                                    










Ingat ini hanya fiksi, semua muse tidak ada sangkut pautnya dengan tokoh di dunia nyata!



















"Annyeong, Ning."

JiMin menghampiri Ning, menyapanya lebih dulu. Memang sejak masuk kerja, JiMin berencana untuk berbincang dengan gadis muda itu. Setelah tadi, seperti biasa, Ning memesan menu favoritnya, JiMin menunggu beberapa saat untuk pada akhirnya menghampiri Ning. Selagi Winter ada di belakang bersama Aeri.

"Annyeong, JiMin unnie." Balas Ning menutup novelnya.

"Boleh duduk di sini?" Tanya JiMin dengan isyarat gerakan mata.

Ning tersenyum lantas mengangguk kecil. JiMin menarik kursi cafe di hadapan Ning, lalu mendudukinya.

"Waeyo, Unnie?" Ning segera melayangkan tanya saat JiMin kembali melirik novel miliknya yang telah tertutup.

"Em... bolehkah aku meminjam novel yang Kamu baca?"

"Unnie, ingin membacanya?"

"Ne... sebenarnya untuk aku jadikan referensi..."

"Unnie benar- benar akan jadi penulis?!" Tanya Ning heboh dengan mata berbinar.

"Ning..."

Bisik JiMin dengan gestur tangan meminta untuk tenang, karena mereka menjadi pusat perhatian beberapa pengunjung cafe.

"Belum sampai sejauh itu, Ning." JiMin menggaruk pucuk hidungnya karena malu.

"Aku akan menjadi penggemarmu nomer satu, Unnie." Perkataan jujur Ning semakin membuat JiMin malu.

"Terima kasih... tapi apakah aku boleh meminjam..."

Belum usai perkataan JiMin, Ning begitu saja menyelanya, "Akan aku pinjamkan semua yang aku punya, Unnie!"

JiMin terperangah, ia terharu dengan gadis di depannya ini. Mereka tidak terlalu dekat, hanya pelanggan dan staf cafe yang ramah pada satu sama lain.

JiMin tersenyum, hatinya turut menghangat. Ternyata selain Aeri, masih ada juga orang yang tak peduli dengan status sosialnya, yang kerap kali di pandang sebelah mata.

"Unnie bisa datang ke apartmentku besok. Unnie bisa meminjam berapa pun yang Unnie mau." Katanya lagi dengan senyum yang semakin lebar.

"Kamsahamnida." Ucap JiMin seraya menunduk kecil.

Untuk beberapa saat, hening berada disekitaran mereka. Ning kembali membuka novelnya, sementara JiMin belum beranjak pergi, menurutnya, tidak sopan pergi begitu saja setelah mendapatkan yang dia mau.

"Ning..."

"Ne, Unnie?"

Ning kembali pada JiMin dan kembali menutup novelnya. Kini seluruh atensi Ning ada pada JiMin.

JiMin ingin lebih mengenal Ning dengan memulai obrolan dengan topik lain.

"Kata Aeri, hampir setiap hari Kamu menemani temanmu yang ada di rumah sakit di seberang sana, ya? Sakit apa temanmu, Ning?"

"Uri chingu sedang tertidur, Unnie."

"Temanmu putri tidur?" Canda JiMin.

Ning terkekeh lalu menggeleng, "Tertidur karena koma, Unnie."

Seketika JiMin merasa bersalah, tentu temannya begitu berharga, hingga Ning rela dengan setia menemaninya hampir setiap hari.

"Mian..." cicit JiMin.

PYGMALION : WINTER (WINRINA) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang