Part 11. Sendekala

16 6 0
                                    

Hey yo apa kabar guys gimana kabarnya baik??

Jangan lupa vote end komennya yah
Tandai typo terimakasih

Happy reading....!!!

Aku hanya seorang manusia seribu topeng yang terbiasa dengan luka.

-Pengagum Luka-

****

Cakrawala kian berganti menjadi warna ke oren-orenye yang menandakan malam akan tiba, anak Sd Bumi 01 baru selesai latihan untuk lomba besok. Namun, kata orang-orang pulang di saat sendekala tidak baik apalagi berkeliaran di luaran sana karena takut di bawa kelong wewe atau wewe gombel.

"Serius kita mau pulang sekarang?" tanya Lisa.

"Gak baikkan pulang jam segini apalagi sendekala kaya gini," ucap Cika.

"Harusnya kita liat waktu," timpal Riko.

"Ko pada ngerti dewek kan kiye gedung angker ra ulih di tempati nek wis bengi?" tanya Riski yang sudah merasakan hawa yang tak enak. (Kalian pada tau sendirikan ini gedung angker gak boleh di tempati kalau udah malam?)

"Kek kiye bae pada kumpul ning umahe Fleya ngko balike jujugna nggo mobil," ucap Lisa yang di balas anggukan dari Fleya. (Kaya gini aja pada kumpul di rumah Fleya nanti pulangnya di anterin pake mobil)

"Ora usah ngko cah lanang sing anterna balik ko-ko pada, umahe cah lanangkan perek-perek jejer malah," tolak Riski. (Gak udah nanti anak cowok yang anterin pulang lu-lu semua, rumahnya anak cowokkan deket-deket jejer malah)

"Ya wis yuh," ucap Riko yang memimpin perjalanan pulang. (Ya udah yok)

Akhirnya mereka pun pulang sebelumnya salah satu anak cowok mengunci pintu gedung tersebut sebelum pulang, barisan depan di pimpin oleh Riko dan Riski di ikuti anak cewek dan ke tiga anak cowok di belakang untuk berjaga-jaga.

Satu per satu akhirnya pulang ke rumah masing-masing dengan selamat tinggal ke lima anak cowok dan Fleya cewek seorang diri, padahal Fleya gak usah di anterin pulang tapi ke lima teman cowoknya ngeyel tidak mau mendengarkan ucapan Fleya.

"Yong anjog kene bae ko pada balik bae ra papa," ucap Fleya secara tiba-tiba. (Gue sampai sini aja kalian semua pulang aja gak papa)

"Masih adoh umahe ko Fleya wis nurut bae mbarah, ko juga wadon masa jam semene balik dewekan," nasehat Riko. (Masih jauh rumah lu Fleya udah nurut aja sih, lu juga cewek masa jam segini pulang sendirian)

"Lagian gue biasa sendirian apa kalian lupa fakta itu?" tanya Fleya dengan sinisnya.

'Padahal gue pingin di perlakukan kaya gini sama kalian, tapi gue gak bisa,'

"Gue benci di perlakukan kaya gini," tutur Fleya.

"Fley are you oke?" tanya Riko dengan raut wajah khawatirnya.

"No," jawab Fleya dengan lirih.

"Hey kenapa?" tanya Riski yang mengusap punggung Fleya agar tenang.

"Kalian capek gak sih nunggu orang yang paling kita rindu?" tanya Fleya tanpa menjawab pertanyaan yang Riski lontarkan.

"Gak lah kalau gue bakal bodo amat," celetuk Niki.

"Gue setuju sama Niki lebih baik bodo amat ketimbang harapan itu pupus dan kita lelah akan semua hal," sahut Riko dan yang lainnya.

'Inilah yang gue rasain gue bakal berubah kali ini mungkin Fleya yang dulu bakal mati saat gue masuk ke jenjang selanjutnya,'

Tak terasa mereka sampai di depan rumah minimalis milik Fleya yang di mana terdapat Bunda Indri dengan raut wajah khawatir yang tercetak jelas di wajah cantiknya walaupun mau memasuki kepala 4, anak cowok menatap Bunda Indri dengan was was lantaran baru mengantarkan anaknya sangat lama tapi jauh berbeda dengan Fleya yang menatap bundanya dengan raut wajah yang tak bisa di tebak.

"Ya allah nduk sane mbeke balik?," tanya Bunda Indri dengan suara paraunya. (Ya allah nduk kenapa baru pulang)

"Ngampunten bu wau Fleya nganter rencang-rencang rihin kalih kulo," ucap Riko dengan sopan jangan lupa senyum manisnya yang menampakan lesung pipinya. (Maaf bu tadi Fleya nganter teman-teman dulu sama saya)
"Owalah matursuwun nggih," balas Bunda Indri. (Owalah terimakasih ya)

Mereka pun mulai berpamitan untuk pulang agar tidak terlalu larut, apalagi besok akan lomba.

"Pamit nggih bu, assalamua'laikum," pamit mereka semua tidak lupa salim ke Bunda Indri.

"Waa'laikumsalam hati-hati," balas Bunda Indri dan Fleya.

Setelah kepergian teman-temannya Fleya langsung beranjak masuk tanpa sepatah kata pun ke pada bundanya, terlihat tidak sopan bukan tapi Bunda Indri tetap bersabar atas sikap putrinya.

"Fleya," panggil Bunda Indri ke arah putrinya yang hampir sampai di depan pintu kamar miliknya.

"Ada apa Bunda?" tanya Fleya to the point.

"Wudhu dulu nduk," titah Bunda Indri.

"Nanti," ucap Fleya singkat padat tak terbantahkan.

"Nduk kamu pulang pas sendekala loh, kamu juga pasti rasain itu bukan?" tanya Bunda Indri.

"Tanpa Bunda kasih tau Fleya udah tahu dari di gedung," balas Fleya dengan sangat lelah.

"Fleya capek, Fleya minta maaf kalau suatu saat Fleya gak kaya dulu lagi," lanjut Fleya yang menghilang di balik pintu.

Bunda Indri menatap sendu ke arah anaknya yang menghilang di balik pintu bercat putih itu, apa maksud dari anaknya dia tetep putri kecilnya sampai kapan pun.

'Kamu tetap putri kecil Bunda Indri nduk jangan tinggalkan bunda sayang, maafkan bunda, ayah, dan abang sayang maaf,'

Orang-orang kerap bilang, waktu bisa menyembuhkan luka. Sebenarnya enggak, waktu hanya membuat terbiasa dengan luka. -->> Fleya Handoyono Putri.

****

Gaje banget ya ya udah sih bodo amat situ kok sewot wkwkw maaf-maaf
See you next time guys
Semoga kalian suka yang gak suka angkat kaki kalian dari sini terimakasih

Tegal Dan Kenangannya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang