09 | Tempat Baru

228 47 14
                                    

Pagi pertama yang Kanaya lewati setelah Kavi tidur di kamarnya, dengan tempat tidur yang terpisah tentu saja, Kanaya sudah mendapat omelan dari Bu Kalina karena bangun  kesiangan dan membiarkan Kavi berangkat kerja lebih dulu tanpa Kanaya ajak cowo itu untuk sarapan atau membekali Kavi makanan untuk dia makan di kantor.

Dengan entengnya Kanaya menjawab, "Kavi kan udah gede, Mah. Dia bakal makal tanpa disuruh. Lagian kantornya ada kantin khusus karyawan juga kok, ga bakal kelaperan dia itu."

Dan karena itu Kanaya diomeli habis-habisan oleh Bu Kalina. Kanaya yang tidak terlalu peduli itu akhirnya berangkat ke kantor menggunakan mobil milik Arthur yang nganggur di rumah.

Setidaknya, Kanaya bisa merebut satu barang berharga Arthur setelah kakaknya itu yang membuat masa depan Kanaya berantakan karena tiba-tiba harus menggantikannya menikah.

Di lobi kantornya, Kanaya bertemu dengan Chika yang juga baru saja datang. Chika melambaikan tangan pada Kanaya yang dibalas Kanaya dengan senyuman manisnya.

"Berangkat sama Mas Galen ya?" terka Kanaya.

Chika menggeleng, "Ngga, gue sama cowo gue. Mas Galen ada jadwal meeting pagi sama atasannya, jadi berangkatnya pagi banget." jelas Chika pada Kanaya yang membuat Kanaya mengangguk.

Mungkin karena itu juga Kavi berangkat lebih pagi dan meninggalkannya berangkat ke kantor sendiri. Lagipula Kavi memang harus pulang lebih dulu ke rumahnya untuk mandi dan bersiap ke kantor karena dia tidak punya kemeja apapun di lemari Kanaya.

Lucu bukan? Sudah menikah, tapi bangun tidur pun harus pulang ke rumah sendiri karena semua baju-baju Kavi masih di rumahnya.

Kalau bisa memang harus terus seperti itu. Kanaya tidak mau membagi lemarinya dengan Kavi. Biarkan cowo itu beristirahat di rumah, dan Kanaya harap mereka cuma satu kali saja tidur di satu kamar yang sama.

Kedepannya, tolong tidur di kamar masing-masing.

Begitu doa Kanaya.

"Nay? Diajak ngobrol malah ngelamun." Chika menggibaskan tangannya di depan Kanaya saat keduanya menunggu lift untuk naik ke lantai ruangan kerjanya.

Kanaya menoleh pada Chika dan meminta maaf karena fokusnya buyar.

"Gimana kemaren jalan sama mas Galen? Seru ngga?" tanya Chika dengan kedua alis yang dinaik-turunkan untuk menggoda Kanaya.

"Seru kok, asik banget." Hanya itu yang bisa Kanaya ucapkan, tidak ada kata apapun yang muncul di otak Kanaya sekarang selain memikirkan bagaimana caranya Kavi bisa tidur di rumahnya sendiri nanti malam dan Kanaya tidak perlu repot-repot bersandiwara menjadi istri yang baik di depan keluarganya.

"Nanti gue pulangnya dijemput mas Galen loh Nay, bareng aja ya sama kita." ajak Chika pada Kanaya.

"Gue bawa mobil sendiri, Chik. Gampang lah ya, nanti aja, kapan-kapan."

Chika sudah bertekad untuk menjadi perantara pengenalan Galen dengan Kanaya. Karena menurut Chika, mereka terlihat serasi jika menjadi pasangan.

Saat Kanaya sudah mulai fokus dengan pekerjaannya, Dika datang dengan Dion disampingnya. Cowo itu duduk di kubikel miliknya yang berada tepat di samping Kanaya, sedangkan Dion berdiri di kubikel Dika untuk mengambil beberapa berkas yang tadi dia bicarakan dengan Dika saat berjalan ke ruangan.

Tapi Kanaya tau daritadi Dion mencuri pandang ke arahnya. Kanaya mencoba melihat ke arah Dion yang balas menatapnya dengan kedua mata yang tersenyum saat Kanaya menatap padanya.

Dion mengajak Kanaya untuk makan siang bersamanya di restoran kantor. Kanaya hanya mengiyakan karena yang lain pun diajak Dion.

Kanaya berencana untuk memberitahu Dion jawaban dari pernyataan Dion kemarin padanya. Memang dari awal Kanaya sudah mempunyai jawaban tersebut, tapi urung dia beritahu langsung pada Dion.

Behind the Story • KaistalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang