12 | Jangan Pergi Ya?

306 60 36
                                    

"Kenapa Nay? Tadi ada suara Kavi ya?"

Galen berdiri saat Kanaya kembali masuk ke dalam rumah karena tadi perempuan itu sempat keluar saat mendengar ada suara motor Kavi yang berhenti di depan garasi.

Kanaya mengangguk membenarkan pertanyaan Galen, "Iya, dia ngasih obat." jawab Kanaya sambil menunjukkan plastik berisi obat-obatan yang diberikan Kavi sebelum cowo itu pergi lagi.

Kanaya masih kepikiran sikap Kavi yang tadi seakan marah pada Kanaya. Apalagi Kavi pergi dengan keadaan pergelangan tangan dan lututnya yang berdarah. Kanaya yakin luka itu akan perih jika terkena hembusan angin malam, terlebih Kavi pergi dengan membawa motor yang sudah jelas akan memperparah sakit yang ditimbulkan luka tersebut.

Pikiran Kanaya jadi tidak fokus dan malah memikirkan kondisi Kavi yang seharusnya tidak boleh menyetir motornya disaat lukanya saja belum diobati.

Sampai Galen sepertinya mengerti kalau Kanaya tidak fokus dan jiwanya entah kemana setelah tadi dia menemui Kavi.

"Kamu mikirin apa?" tanya Galen yang tadi sempat kembali melanjutkan ceritanya yang terpotong karena Kanaya harus melihat Kavi di depan, tapi sepertinya Kanaya tidak benar-benar fokus pada ceritanya.

"Eh, sorry, Mas. Tiba-tiba jadi ngga fokus, tadi kamu cerita apa?"

Galen tersenyum, dia tidak mempermasalahkan Kanaya yang tidak mendengarkan ceritanya, "Ngga papa. Aku cerita random aja."

Kanaya mengangguk dan tersenyum canggung, merasa bersalah karena dia tidak mendengarkan dengan baik cerita Galen tadi dan terkesan menyepelekan tamunya.

"Kavi ada masalah?" tanya Galen membuat Kanaya kembali menatap Galen dan mengangguk ragu. "Kayanya emang dia ada banyak pikiran, Nay. Hari ini dia di kantor lebih banyak sendirian, padahal biasanya dia makan siang bareng sama temen-temen atau sama Jemima. Tapi hari ini dia ngga mau kemana-mana selain duduk di kubikelnya." tambah Galen menceritakan tentang Kavi pada Kanaya.

Sepertinya memang ada sesuatu yang Kavi pikirkan dan Kanaya tidak tau. Entah apa yang membuat Kavi malah memilih menanggung sendiri masalahnya, padahal biasanya juga Kavi akan cerita pada Kanaya tentang apapun yang terjadi di hidupnya.

Ini kali pertama Kavi terlihat menyembunyikan sesuatu dari Kanaya sampai Kanaya harus menerka sendiri jawabannya.

"Apa dia ada masalah sama Jemima ya, Mas?"

"Mungkin?" Galen mengangguk tidak yakin, "Kalo ga salah denger kemaren Agam minta penjelasan sama Kavi karena Jemima nanya sama Agam kenapa Kavi berubah sama dia."

"Berubah gimana?"

"Kurang tau sih, tapi udah beberapa harian ini Kavi sama Jemima udah ga pernah makan siang bareng. Pulangnya pun Kavi selalu sendiri."

Kanaya mengangguk paham, sudah pasti ada yang salah dengan hubungan Kavi dan Jemima sampai sahabatnya itu menarik diri dan tidak menceritakannya pada Kanaya. "Nanti aku coba nanya deh."

Setelah itu, Galen pamit pulang karena sudah cukup malam dan tidak enak jika bertamu sampai larut, apalagi orang tua Kanaya sedang tidak ada di rumah. Lagipula Galen hanya ingin memastikan keadaan Kanaya baik-baik saja setelah tadi jam pulang kantor Kavi dengan wajah paniknya mengatakan harus secepatnya menjemput Kanaya di kantor karena Kanaya sakit.

Kanaya mengantarkan Galen sampai ke depan. Galen masuk ke mobilnya tapi beberapa detik kemudian cowo itu turun lagi dan berdiri di depan Kanaya.

"Ada yang ketinggalan?" tanya Kanaya bingung saat Galen kembali.

Satu tangan Galen yang dari tadi di belakang punggungnya itu perlahan terulur di depan Kanaya dengan satu buket bunga dan satu kotak hitam dengan pita yang membungkus cantik kotak itu.

Behind the Story • KaistalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang