Arthur berdiri sendiri di depan ruang operasi dengan keadaan yang sudah berantakan. Kepalanya terluka dan darahnya masih belum dibersihkan, Arthur mencegah dokter yang akan menanganinya untuk melakukan tindakan karena dia harus lebih dulu mempedulikan keadaan Tanaya yang lebih parah.
Dokter yang tadi menanganinya di UGD langsung menyarankan tindakan operasi pada Tanaya karena ada banyak pendarahan dan diagnosa cedera yang lumayan parah agar bisa segera ditangani. Arthur hanya bisa mengikuti semua yang dikatakan dokter agar bisa menyelamatkan nyawa Tanaya dan bayinya.
Laki-laki itu menunggu di ruang khusus untuk keluarga pasien yang sedang dioperasi. Arthur tidak bisa duduk karena itu hanya akan membuatnya tidak nyaman dan merasa semakin bersalah pada Tanaya.
Dia menunggu sendirian sampai akhirnya derap suara langkah kaki yang berlari itu membuat Arthur menoleh dengan air matanya yang masih membasahi wajahnya.
Bu Ratih dan Pak Wisnu tiba lebih dulu di Rumah Sakit untuk mengetahui kondisi Tanaya.
"Gimana keadaan Aya, Thur?" tanya Bu Ratih pada menantunya yang masih menangis.
Arthur dengan pelan menjawab, "Cederanya cukup parah, Bun. Arthur minta maaf..." Hanya itu yang bisa Arthur katakan dengan suara yang tercekat.
Bu Ratih mengelus pundak Arthur, berusaha menenangkan menantunya yang juga masih belum menangani lukanya sendiri. "Udah, ngga papa. Mba Aya pasti kuat. Kamu yang sabar ya."
Berbeda dengan respon Bu Ratih yang menenangkan Arthur, Pak Wisnu justru kalap dengan emosinya dan menyudutkan Arthur.
"Kamu yang salah! Nyetir aja kamu ngga bisa?! Anak saya itu lagi hamil, kamu membahayakan istri dan anak kamu?! Dimana otak kamu, Arthur?" Pak Wisnu hampir mencengkram kerah Arthur jika tidak ditahan Bu Ratih dan Kavi yang baru saja datang dengan Kanaya itu langsung menahan tubuh ayahnya yang sudah termakan emosi.
Walaupun Kavi dan Bu Ratih sudah menahannya, Pak Wisnu tetap merasa kalau semua ini adalah salah menantunya.
"Kamu." Pak Wisnu menunjuk Arthur, "Dari awal saya sudah ngga suka dengan cara kamu yang kabur di pernikahan. Kamu yang buat anak saya hamil di luar nikah. Sekarang apa?! Jagain istri dan anak aja kamu ngga bisa? Laki-laki macam apa kamu?!"
Kanaya baru pertama kali ini melihat Pak Wisnu marah sampai wajahnya memerah. Yang lebih tidak Kanaya percayai, Pak Wisnu marah besar pada Arthur.
Kanaya membawa kakaknya sedikit mundur, mengelus kedua bahu Arthur tanpa bicara apapun. Kanaya tidak terima Pak Wisnu menyalahkan Arthur seolah-olah kecelakaan ini terjadi karena Arthur yang lalai.
Padahal sudah jelas tadi polisi menjelaskan pada mereka di depan Rumah Sakit sebelum masuk ke ruang tunggu keluarga pasien operasi. Polisi mengatakan penyebab dari kecelakaan itu adalah karena saat Arthur dan Tanaya berkendara di jalur cepat, tiba-tiba sebuah kendaraan dari arah berlawanan yang melaju kencang kehilangan kendali dan masuk ke jalur mereka. Pengemudi kendaraan tersebut, seorang remaja yang mengantuk dan kehilangan fokus, tidak sempat mengendalikan mobilnya dan melaju ke arah mobil Arthur dan Tanaya. Arthur yang kaget, secara reflek membanting setir ke kanan untuk menghindar.
Namun, saat upaya menghindar, Arthur tidak menyadari bahwa di sisi kanan ada tumpukan pasir yang tertinggal dari proyek perbaikan jalan. Mobil mereka menghantam tumpukan pasir tersebut, membuat kendaraan meluncur dan akhirnya menabrak pembatas jalan dengan keras.
Insiden itu murni kecelakaan, kenapa harus Arthur yang disalahkan?
Kavi menarik Kanaya untuk berada di sampingnya saat kedua orangtua Kanaya sudah tiba dan menanyakan semua kronologinya pada Arthur. Bu Kalina menangis mendengar Tanaya mengalami patah tulang yang cukup serius, terlebih keadaan Arthur yang tidak sempat mengobati lukanya itu semakin membuatnya merasa sedih melihat anak-anaknya mengalami musibah seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind the Story • Kaistal
Fanfic"Tuhkan, putus lagi. Karma sih lo, makanya jadi cowo jangan kebanyakan gaya." "Apaan sih, lo juga jomblo mulu." "Masih mending gue lah, ngga pernah galau. Ga kaya lo gagal tunangan dua kali." "Berisik." Kavian Pradipta merasa kesal karena selalu di...