19 | Belum Pernah

325 55 30
                                    

Kanaya yang bangun tidur lebih pagi karena jadwal rapat evaluasi bulanan itu memilih mempercepat kegiatannya dengan melewatkan sarapan pagi dan meninggalkan Kavi yang masih bersiap di kamar. Selain karena tidak ada waktu untuk menunggu Kavi selesai, Kanaya memang sengaja menghindari agar dirinya tidak satu mobil dengan Kavi.

Sayangnya, saking sibuk Kanaya sudah siap setelah merapikan laptop dan semua dokumen yang diperlukannya untuk rapat evaluasi bulan ini, dia sama sekali tidak menyadari kalau Kavi juga sudah selesai mandi dan bersiap pergi ke kantor.

Kavi turun dari kamar dan menghampiri Kanaya di ruang tengah.

Kanaya sadar dengan kehadiran Kavi, makanya dia menoleh ke belakang untuk memastikan.

Pagi ini Kanaya tidak menyapa Kavi, tidak mau. Pokoknya Kanaya bertekad tidak akan berinteraksi dengan Kavi hari ini demi harga dirinya.

Setelah memastikan semua barang bawaannya sudah siap di tas kerja, Kanaya melengos melewati Kavi yang daritadi menunggunya sambil berdiri dan menyandarkan tubuhnya di dinding.

"Dih, sombong banget ga kenal suaminya." sungut Kavi begitu Kanaya lewat di sampingnya, berjalan melewati Kavi begitu saja menuju ke garasi mobil.

Seakan mendapat karma instan, baru saja Kanaya akan membuka pintu mobilnya, tapi dia harus mendesah kesal saat melihat ban mobilnya benar-benar terlihat tidak terisi angin.

"Kenapa bocor lagi sih nih mobil?!" Kanaya menendang ban mobilnya yang kempes itu cukup keras. Dia kesal karena mobilnya bobrok seperti ini, masa satu bulan sudah tiga kali bolak-balik ke bengkel?

Kavi tersenyum menang, semesta berpihak padanya lagi kali ini. Dia menepuk mobilnya meledek Kanaya yang masih kesal.

"Oy cantik! Sama Mas aja sini berangkatnya." goda Kavi sekaligus meledek Kanaya dengan wajahnya yang terlihat sangat menyebalkan bagi Kanaya.

Sekarang saja Kanaya sudah menatap garang ke arah Kavi, "Ngga mau. Ga bisa satu mobil sama laki-laki penghibur." balas Kanaya lagi-lagi melewati Kavi begitu saja keluar rumah.

Kavi yang melihat Kanaya senekad itu berjalan kaki keluar dari rumah langsung panik. Kavi buru-buru mengecek semua pintu rumah sudah terkunci dan mengeluarkan mobilnya dari carport kemudian kembali menutup gerbang sebelum membawa mobilnya menyusul Kanaya yang sudah berjalan menuju keluar komplek.

Kavi mengimbangi langkah Kanaya dan menurunkan jendelanya untuk memudahkan Kavi berkomunikasi dengan Kanaya.

"Nay, ayo pake mobil aja, nanti lo telat. Ada rapat kan hari ini?"

Kanaya hanya menoleh tanpa menjawab ajakan Kavi. Laki-laki itu menghela napasnya, berusaha sabar menghadapi sahabatnya yang kalau marah memang tidak bisa hanya sehari.

"Gue ngga akan macem-macem, Nay. Nih kalo lo ngga percaya, lo aja yang nyetir, kalo gue macem-macem, gue yang turun." bujuk Kavi sekali lagi.

Beruntungnya, Kanaya mau berhenti dan melihat Kavi. Tidak ada sepuluh detik, Kanaya menerima tawaran Kavi, perempuan itu menyuruh Kavi keluar mobil untuk pindah ke sebelah kiri agar Kanaya bisa menyetir mobil.

Daripada membiarkan Kanaya jalan kaki sampai kantor, lebih baik seperti ini. Jadi Kavi langsung menuruti permintaan Kanaya tanpa pikir panjang.

Toh sebelum ini juga Kavi sering disetiri Kanaya kemanapun tujuannya. Tergantung mobil siapa yang dipakai, pemilik mobil harus menyetir.

Sepanjangan perjalanan, keduanya hanya saling diam. Ralat, Kavi ikutan diam karena daritadi ajakan bicaranya ditolak mentah-mentah oleh Kanaya. Kavi akhirnya pasrah dan menutup mulut karena takut Kanaya akan lebih marah kalau Kavi memaksa mengobrol.

Behind the Story • KaistalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang