22 | Kabar Buruk

304 47 15
                                    

"Lo ngga ada lembur kan hari ini? Jemput gue jam lima sore ya?"

"Aman."

Kanaya menutup pintu mobil Kavi dan membiarkan cowo itu kembali menginjak gas mobilnya meninggalkan lobi kantor Kanaya.

Kanaya yang berniat langsung masuk ke dalam kantor pun mengurungkan niat karena melihat mobil Galen berhenti di lobi, setelahnya Chika turun dari kursi sebelah pengemudi dan menutup pintu mobil Galen.

Kanaya tersenyum dan menyapa Chika seperti biasa. Tapi Chika yang menatap Kanaya dengan tajam dan melengos begitu saja melewati Kanaya. Tidak seperti Chika yang Kanaya kenal.

"Naya!"

Suara Galen yang memanggilnya mengalihkan Kanaya dari Chika. Perempuan itu menoleh ke belakang dan balik menyapa Galen yang menurunkan kaca mobilnya.

"Pagi banget Mas berangkatnya?" tanya Kanaya basa-basi.

Galen tersenyum dan mengangguk, "Iya, biar ga telat. Kavi udah berangkat?"

"Udah kok, tadi baru aja nganterin aku."

"Oh gitu, yaudah gue duluan ya, Nay!" Galen membunyikan klaksonnya sebelum benar-benar meninggalkan lobi kantor Kanaya.

Kanaya bernapas cukup lega karena Galen bersikap biasa saja padanya, bahkan sekarang cowo itu sudah kembali memakai gue-lo untuk berbicara dengan Kanaya. Syukurlah, berarti masalahnya dengan Galen sudah selesai.

Masalah Kanaya hanya satu. Chika.

Galen memang terlihat baik-baik saja dengan Kanaya, tapi sepertinya Chika tidak bisa terima perlakukan Kanaya pada kakaknya. Mungkin Chika beranggapan Kanaya sudah mempermainkan Galen, Kanaya memaklumi itu karena dia memang salah. Kanaya akan mencari waktu untuk mengobrol dengan Chika dan meluruskan kesalah pahaman yang terjadi pada mereka.

Baru saja Kanaya tiba di lantai ruangannya setelah keluar dari lift, dia tidak sengaja berpapasan dengan Dion yang berjalan masuk ke ruangan dan laki-laki itu menghentikan langkahnya untuk menunggu Kanaya.

"Pagi, cantik. Kebetulan yang terlalu sering ya kita papasan di depan ruangan." ujar Dion yang hanya dibalas tatapan sengit dari Kanaya.

Tapi bukannya mundur, Dion malah semakin suka melihat Kanaya meresponnya begitu galak. Dion yang ditatapan seperti itu dari Kanaya malah senyam senyum sendiri.

"Gue tau kok, Nay. Respon lo yang kaya gitu sebenernya karena salah tingkah kan sama gue?" gumam Dion pada dirinya sendiri yang daritadi tidak berhenti tersenyum.

Dion merapikan rambut dan dasinya sebelum melangkah masuk ke dalam ruangan dan kembali menyapa semua timnya, terutama Kanaya yang sudah duduk di kursi kerjanya. Dion berhenti di kubikel milik Kanaya, mengeluarkan satu kotak makan yang Dion siapkan dari rumah dan menyerahkannya pada Kanaya.

"Gue masak ayam kecap sama telor mata sapi, dimakan ya." ucap Dion masih tidak melunturkan niatnya mendekati Kanaya.

Kanaya tidak membalas apapun. Dia hanya fokus pada layar laptopnya tanpa melirik bekal yang diberikan Dion tadi.

Dika yang baru saja sampai melirik kubikel Kanaya dan memegang kotak bekal milik Dion di meja Kanaya, "Wuih enak banget nih baunya. Masak sendiri, Nay?"

"Ngga. Ambil aja kalo mau."

Tanpa babibu, Dika langsung mengambil kotak makan itu dari meja Kanaya beralih ke mejanya, dan Dion melihat adegan itu dengan mata kepalanya sendiri. Dia berniat menghentikan Dika tadi, tapi terlanjur Dika sudah membuka kotak itu dan memakannya dengan semangat.

Behind the Story • KaistalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang